Pernikahan Rahasia
Di kantin salah satu Sekolah Menengah Atas, dua remaja sedang terlihat menikmati semangkuk bakso yang super besar dan pedas. Mereka adalah Diandra dan Rini.
Keduanya terlibat obrolan penting usai pulang sekolah sambil menikmati makanan favorit keduanya yaitu bakso.
"Kau yakin, Diandra?." Rini menegaskan kembali apa yang sudah diputuskan oleh sahabatnya itu.
Diandra hanya mengangguk mengiyakan, karena mulutnya penuh dengan bakso.
"Lalu Tante Mona?." Rini kembali mengajukan pertanyaan supaya sahabatnya itu berpikir ulang dengan ide gilanya.
"Jangan sampai tahu lah, kalau pun tahu mungkin Mama enggak akan peduli." Jawab Diandra santai, karena hidupnya sendiri sudah banyak beban.
"Kapan kau akan bertemu dengan orang yang akan menikahi mu?." Bisik Rini hati-hati.
"Nanti Paman Usman akan mengabari ku lagi." Jawab Diandra.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Tapi kau harus ingat Diandra!." Paman Usman sudah memperingatkan Diandra sebelum melanjutkan ucapnya.
Diandra mengangguk sambil sudah siap mendengarkan dengan seksama yang akan disampaikan oleh Pamannya.
"Kau akan menikah dengan pria yang notabenenya bukan orang sembarangan. Pria itu memilki jabatan dan kekuasaan penuh di kota ini, bahkan sampai ke luar negeri. Kehidupan kau akan terjamin selama menjadi istrinya.
"Kau hanya perlu menjadi ibu rahasia dari anak-anaknya nanti. Karena pria itu sendiri hanya akan mengakui anak-anak mu dari istrinya yang pertama.
"Jadi dengan kata lain kau itu istri rahasia dari pria ini. Karana pernikahan kau sendiri akan di rahasiakan dari semua orang. Terkecuali hukum dan agama. Sebab pria itu ingin memiliki anak dengan status yang jelas. Dan Paman sendiri yang akan menikahkan kalian.
"Kau paham sampai di sini?." Tanya Paman Usman diakhir kalimatnya.
"Berapa orang anak yang harus aku lahir kan untuk pria itu?." Diandra ingin kejelasan dalam hubungannya di sini. Jadi dirinya bisa tahu langkah apa, yang nantinya akan diambil setelah melahirkan beberapa anak.
"Kalau untuk itu, kau nanti bisa tanya kan langsung padanya." Jawab Paman Usman, karena dia tidak bisa memberikan jawaban yang pasti.
"Ok, Paman." Sahut Diandra.
"Kalau kau sudah jelas, Paman akan pulang sekarang. Mungkin sebentar lagi Mona akan segera sampai." Pamit Paman Usman yang langsung meninggalkan rumah.
Keesokan paginya....
"Mama akan pergi ke luar kota beberapa hari, kau minta Rini menginap di sini." Ujar Mama Mona saat keduanya duduk di meja makan.
"Iya Ma." Jawab Diandra singkat. Karena sudah sering ditinggalkan, bahkan bisa sampai berbulan-bulan hanya untuk urusan pekerjaan.
"Uang jajan sudah Mama transfer, bayaran sekolah juga sudah Mama lunasi. Kau sekolah lah yang benar, hanya tinggal beberapa bulan lagi." Ujar Mama Mona lagi sambil mengecup pucuk kepala Diandra, karena sudah ada mobil yang menjemputnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Hai Morgan...."
"Hai Rin...."
"Mana Diandra?."
Rini mencabik kesal, setiap kali dirinya menyapa Morgan. Justru yang ditanya Morgan itu sahabatnya, Diandra.
"Sabar...sabar..." Batin Rini sambil mengelus dada.
"Mungkin sebentar lagi Diandra sampai, kan kamu tahu sendiri kalau Diandra orangnya suka telat."
"Iya juga sih, dari dulu emang hanya Diantara yang berani telat saat jam pelajaran Pak Togar." Morgan tersenyum kala mengingat kekonyolan yang dilakukan Diandra.
Rini memasang wajah imut kala Morgan tersenyum kearahnya, namun ternyata tidak lama pundak Rini ada yang menepuk dari belakang.
"Cie...." Bisik Diandra melewati tubuh Rini yang diam mematung. "Jadi senyum manis tadi, senyum manis itu untuk Diandra." Rini mendudukkan dirinya begitu lemas di samping Diandra.
"Tumben enggak telat?." Morgan berdiri di samping Diandra.
"Enggak dong, lagi beruntung soalnya. Tadi sekalian berangkatnya bareng Paman Usman jadi enggak mungkin telat." Balas Diandra tanpa melihat wajah gebetan Rini.
Semua siswa langsung duduk rapi ketika bel sekolah berbunyi tanda masuk dan jam pelajaran pertama akan segera di mulai.
Pak Togar yang mengisi pelajaran pertama di kelas Diandra.
"Alhamdulillah Diandra kamu tidak telat, padahal Bapak sudah menyiapkan hukuman untuk mu." Canda Pak Togar yang terkenal humoris sekaligus bisa tegas pada saat yang bersamaan.
Semua murid bersorak sorai, dengan tatapan yang mengarah pada Diandra yang hanya memasang wajah santai.
"Hukumannya apa?." Celetuk Rini bertanya.
"Apalagi kalau bukan membersihkan semua WC yang ada di sekolah ini." Jawab Irwan menyambar, yang duduk di sebabkan Morgan.
Kembali terdengar riuh dari suara tawa semua siswa-siswi yang berasal dari kelas 3 IPA 1. Sampai terdengar keruangan kepala sekolah, karena posisinya yang memang cukup dekat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di lain tempat, di sebuah ruangan kantor yang begitu mewah namun sangat elegan. Seorang pria yang memiliki postur tubuh tegap sedang duduk di kursi kebesarannya.
Menandatangi beberapa Mega proyek yang bernilai Milyaran, dengan menggunakan pena yang tidak kalah mahal dari keluaran merk ternama Mon blank.
"Kau sudah urus semuanya?." Pria bersuara barito itu bertanya pada Asisten yang baru datang, sambil tetap meneruskan pekerjaannya.
"Sudah Tuan Anggara, semuanya sudah siap." Jawab Asistennya.
"Kau sudah membuatnya seaman mungkin, tidak memiliki resiko apa pun. Karena aku tidak ingin kalau rahasia besar ini akan tercium oleh keluarga besar ku. Apalagi oleh Media, yang nantinya akan melukai hati istri ku." Ucapnya penuh ketegasan dan penuh perhitungan.
"Saya sudah memastikan semuanya aman, Tuan Anggara." Jawab Asistennya pasti.
"Ok, nanti malam kita akan menemui wanita itu, dan malam ini juga pernikahannya akan dilangsungkan."
"Baik Tuan Anggara. Saya akan pastikan semuanya berjalan lancar."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Saya terima nikah dan kawinnya Diandra Pranata binti Yusuf Pranata dengan mas kawin tesebut dibayar tunai."
"Sah?."
"Sah"
"Alhamdulilah."
Diandra yang dibantu Rini akhirnya keluar dari dalam kamar, untuk menemui seorang pria yang baru saja menikahinya.
Diandra hanya mengenakan kebaya sederhana, yang rencana awalnya akan dipakai Diandra saat kelulusan. Tapi karena ini sangat mendesak, jadi Diandra memilih untuk mengenakan nya sekarang.
Duduk di samping sang suami dengan ketampanan yang dimilikinya, hingga bisa dibilang mendekati sempurna. Lantas tidak menjadikan Diandra bergetar hatinya, apa lagi sampai tertarik. Karena menurut penglihatan Diantara, pria yang menjadi suaminya itu sangat sombong, angkuh dan tidak ada baik-baiknya.
Buku nikah keduanya sudah berada di tangan Anggara. Dan kini di dalam rumah Diandra hanya ada mereka berdua sebagai sepasang pengantin baru. Setelah Paman Usman dan Rini berpamitan pulang usai acara pernikahan mereka, menyusul para pegawai KUA yang sudah pulang terlebih dahulu.
Sebelum Rini pulang, Rini sudah menyiapkan beberapa makanan yang bisa dinikmati oleh Diandra. Karena Rini sangat tahu kalau Diandra tidak bisa menahan lapar saat tengah malam. Jadi harus selalu ada makanan.
"Karena besok kau sekolah, cepatlah tidur, ini sudah malam." Ucapan pertama Anggara pada Diandra saat keduanya belum juga ada yang membuka obrolan.
Diandra mengangguk lalu segera masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Anggara masih di ruang keluarga.
"Kata orang, kalau jadi pengantin itu bahagia lah, excited lah, deg-degan lah, haru lah, sedih lah tapi ujung-ujungnya bahagia." Gerutu Diandra sambil berjalan mondar-mandir melepaskan pakaian yang menempel di tubuhnya.
Membersihkan wajah dari riasan make up tipis yang dipoles Rini pada wajah cantiknya.
Diandra segera naik ke atas tempat tidur lalu memejamkan matanya. Karena pernikahan ini seperti hal biasa saja yang baru terjadi dalam hidupnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Nanti aku akan menemui mu setalah dua Minggu!. Ini ada kartu ATM untuk mencukupi semua kebutuhan mu." Diandra membaca keras-keras Note yang ditinggalkan suaminya.
"Baguslah suami ku pergi, jadi aku masih bisa bebas untuk jalan-jalan bersama Rini." Diandra menyimpan Note itu di dalam tas sekolahnya.
Kemudian Diandra berangkat sekolah bersama Paman Usman atas perintah suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Suami kau itu, Di. Sangat tampan sekali, bahkan sangat sempurna." Dengan terang-terangan Rini memuji ketampanan Anggara, pria yang baru semalam menjadi status suaminya.
"Lebih tampan mana kalau sama Morgan?." Tanya Diandra mesem mengerjai Rini.
"Kau tidak perlu mempertanyakan itu, Di. Semua cowok menurut ku akan kalah tampan sama Morgan." Jawab Rini sambil cekikikan.
"Cih, berarti kalau begitu suami ku tidak tampan dong. Orang masih kalah sama ketampanan Morgan."
"Bukan begitu, Di..."
"Alah sudah Rin, aku akan percaya kalau suami ku itu tampan kalau sudah bisa mengalahkan ketampanan seorang Morgan."
Diandra segera masuk ke dalam kelas yang kemudian di susul oleh Rini.
"Hai Di..." Sapa Morgan
"Hai..." Balas Diandra cuek.
"Nanti malam di klub Kakak ku ada pesta kecil-kecilan. Jadi aku mengundang mu untuk datang ke sana sebagai tamu VVIP ku."
Rini memasang wajah cemberut, kala Morgan hanya mengundang Diandra saja, sementaranya dirinya tidak diajak. Jangan kan diajak, ditawari juga enggak.
"Emmm...bisa saja aku datang. Tapi aku harus pergi sama Rini, supaya Mama menginginkan." Diandra beralasan demikian, karena Diandra sangat tahu kalau Rini selalu ingin menjadi bagian penting dalam setiap acara yang dibuat oleh Morgan. Jadi Diandra selalu berusaha membantu Rini, untuk mewujudkan setiap keinginan Rini yang selalu ada hubungannya dengan Morgan.
"Emmm...ok tidak masalah. Aku akan menunggu kalian di sana." Ucap Morgan mengelus lengan Diandra, lalu Rini mengelapnya. Sebab tidak rela jika Morgan mengelus lengan sahabatnya. Diandra hanya menjulurkan lidah dengan tingkah konyol Rini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Baby..." Suara lembut Anggara mencari keberadaan sang istri di dalam istana megahnya.
"Sayang, aku di sini!." Jawab Regina Febrianti, sang istri tercinta.
Derap langkah kaki Anggara yang begitu lebar menaiki anak tangga, menggema di seluruh istana megah itu, guna mempercepat dirinya sampai di lokasi sang istri.
"Kau sangat cantik sekali?." Mata Anggara menangkap sempurna tubuh sang istri yang hanya berbikini.
Anggara segera turun bergabung ke kolam renang setelah menanggalkan pakaian formalnya. Kini Anggara hanya mengenakan boxer nya saja saat berenang bersama sang istri.
Anggara dan Regina saling bersenda gurau, tertawa di dalam kolam renang dengan tubuh yang saling menempel sebab pelukan mereka yang begitu erat. Gesekan kulit keduanya menimbulkan percikan api gairah yang tidak pernah padam diantara keduanya.
"I love you, Baby..."
"I love you too sayang..."
Di dalam kolam renang itu mereka melebur menjadi satu, dibakar api gairah yang sudah mereka ciptakan sendiri.
Jika pasangan suami itu sudah berada di dalam satu kolam renang, tidak ada satu pun dari pelayan yang berani naik ke lantai tiga, sebab yang sudah-sudah mereka melihat live streaming film hot.
"Kau sudah menikahi gadis itu?." Tanya Regina usia percintaan mereka, namun dengan tubuh yang masih berpelukan.
"Hem" Jawab Anggara merasa malas, kenapa harus membahas hal itu di saat mereka bersama apalagi setelah mencapai puncak nirwana bersama.
"Secepatnya kau lakukan hubungan dengan gadis itu, supaya cepat kita memiliki anak sebelum kedua orang tua kita datang ke sini." Anggara melepaskan pelukannya lalu berdiri, memakai kimono nya sendiri lalu membawa Regina duduk di pinggir kolam renang.
"Aku tidak bisa cepat melakukannya, karena gadis itu mungkin sekitar empat atau lima bulan lagi baru selesai dengan sekolahnya. Jadi kemungkinannya kami melakukannya setelah kelulusannya."
"Kenapa?."
"Banyak yang harus aku kerjakan di kantor. Deadline yang sudah menumpuk, Papa memberikan semua proyeknya pada ku. Jadi aku harus menyelesaikan itu tanpa ada kesalahan."
"Tapi kau bisa memulai pendekatan dengannya lebih dulu, supaya gadis itu tidak kaget saat kau akan menyentuhnya."
"Kau tenang saja, sepertinya gadis itu cukup mengerti dengan pernikahan kami, jadi mau dekat atau tidaknya kami, kami bisa melakukanya tanpa perasaan."
"Apa kau dapat menjaminnya sayang?."
"Hem, karena tidak ada yang sempurna dan spesial seperti kamu, Baby." Anggara mengangkat tubuh sang istri lalu, di bawa ke kamar mereka untuk melanjutkan kegiatan mereka di atas tempat tidur.
"Awww...sayang...pelan-pelan." Regina melayangkan protes ketika Anggara menindih tubuhnya dengan cukup kuat.
"Karena kau begitu menggemaskan, Baby." Anggara dan Regina kembali mereguk nikmatnya madu surga dunia pagi itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sriza Juniarti
ngapa anak sama istrinya aja🤣🤣😭
2023-11-26
0
susi 2020
😍😍🤩🤩
2023-09-24
0
susi 2020
😘😘
2023-09-24
0