Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi baik Diandra atau pun Rini belum terlihat batang hidungnya. Sedangkan Morgan sudah menunggu kedatangan kedua gadis itu, terutama Diandra.
"Sedang apa kau di sini?." Regina mantap sekeliling Morgan.
"Menunggu seseorang, Kak." Jawab Morgan malu-malu.
"Pacar?." Tanya Regina penuh selidik.
"Baru mau, Kak. Lagi pedekate." Jawab Morgan dengan sorot mata yang berbinar.
"Jangan lama-lama di sini nya, kasian para cewek yang di dalam. Mereka sudah mengantre untuk kau kencani." Goda Regina sambil menepuk pundak Morgan dan pergi dari sana.
Senyum lebar diperlihatkan Morgan, kala melihat pujaan hati datang dengan penampilan yang sangat cantik.
"Hai Morgan..." Sapa Rini sambil melambaikan tangannya, namun sayang yang Morgan lihat hanya Diandra.
"Hai Di..." Sapa Morgan sambil mengulurkan tangannya tapi Diandra mengacuhkannya.
"Hem" Jawab Diandra singkat.
Melihat hal itu Rini hanya mesem sendiri sambil membatin, "Syukuran dicuekin sama Diandra, itu balasannya udah cuek sama aku."
"Ayo kita masuk!." Ajak Morgan pada kedua gadis itu. Diandra dan Rini mengikuti Morgan, Morgan membawa mereka ke tempat yang sudah dipersiapkannya.
Diandra dan Rini berjalan sambil berbisik, tapi nyatanya mereka tetap berbicara dengan mode sangat kencang. Karena suara musik yang sangat memekikkan telinga. "Morgan biasa party gini ya?." Diandra menarik lengan Rini supaya lebih dekat. Sebab mereka berdua baru pertama kali masuk ke tempat hiburan
"Iya, aku juga baru tahu, kalau Morgan sudah mengenal dunia hiburan seperti ini" Jawab Rini.
Langkah Diandra dan Rini terhenti karena Morgan yang tiba-tiba berhenti.
"Kakak..." Panggil Morgan pada Regina yang sedang menjamu beberapa teman prianya.
"Hai Morgan..." Regina meletakkan minuman yang ada ditangannya. Lalu mendatangi Morgan.
"Hai..." Sapa Regina begitu ramah pada Diandra dan Rini.
"Hai Kak..." Balas kedua gadis itu bersamaan.
"Oh iya Kak, kenalkan ini Diandra dan ini Rini." Morgan memperkenalkannya pada Regina.
Kemudian Diandra dan Rini saling memperkenalkan diri pada Regina, begitu juga dengan Regina. Regina menyambut hangat kedua teman sekolah Morgan.
"Kami keruangan dulu, Kak." Pamit Morgan pada Regina.
"Iya Morgan, selamat menikmati party nya." Ucap Regina menepuk pundak Morgan dan tersenyum manis pada Diandra dan Rini.
Ketiganya melanjutkan perjalannya lagi, sampai mereka berhenti ditempat yang cukup luas dan sangat nyaman. Karena sudah tidak terlalu bising seperti di area depan.
"Kalian mau minum apa?." Tanya Morgan saat sudah di tempat private room.
"Aku jus jeruk, Morgan."
"Sama aku juga!." Seru Rini.
"Baik, aku akan memesannya." Morgan segera meminta pada pelayan untuk membawakan minuman yang mereka minta.
Kini ketiganya duduk saling berhadapan sambil menunggu minuman mereka datang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Jam berapa Regina mengadakan party nya?."
"Sudah dua jam yang lalu, Tuan." Jawab Asistennya.
Anggara menatap jam mahal yang melingkar dipergelangan tangan kanannya.
"Kosongkan schedule ku malam ini, aku akan menemui Regina." Anggara menutup laporan yang sudah selesai di periksa dan ditandatanganinya.
"Baik, Tuan anggara. Hanya tinggal satu meeting lagi." Jawab Asistennya.
Mereka berdua segera meninggalkan kantor setelah membuat schedule ulang untuk meeting Anggara malam ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sayang, aku kira kamu tidak akan datang." Ucap Regina begitu manja pada sang suami. Mengecup lembut bibir sang suami di depan para tamu dan sahabat pesta yang datang.
Sebagian wanita yang selalu datang di setiap malamnya, untuk memenuhi undangan Regina. selalu saja terpana, terpesona dengan ketampanan yang nyaris sempurna yang melekat pada sosok Anggara.
"Tidak mungkin aku melewatkan pesta mu, Baby." Kini giliran Anggara yang mencium bibir Regini, bahkan sampai **********.
Anggara dan Regina menunjukkan kemahiran mereka dalam berciuman yang sanggup membangkitkan hasrat dan gairahnya. Sehingga mereka semua memberikan tepuk tangan atas hubungan yang begitu harmonis tersebut. Bahkan ada sebagian dari tamu Regina begitu histeris dengan apa yang baru ditontonnya secara live.
"Tapi sepertinya ada yang aneh dengan sebagian para tamu pesta kali ini?, tapi apa ya?." Anggara kembali mengedarkan pandangannya, mengamati sekeliling tempat itu, baru lah Anggara menemukan keanehan tersebut.
"Kau tidak salah mengundang mereka yang masih memakai seragam SMA?." Anggara merasa risih dengan tatapan mereka begitu memujanya.
"No..." Regina menggelengkan kepalanya sambil kembali mencium bibir Anggara.
"Mereka begitu lucu dengan tingkahnya yang aneh. Mereka semua temannya Morgan. Aku yang memintanya untuk membawa teman wanitanya. Tapi rupanya Morgan sudah menyukai teman sekolahnya yang lain, yang sekarang ada di ruangan VVIP." Sambung Regina dengan arah mata yang menatap ruangan VVIP itu.
"Oh Morgan ada di sini?." Tanya Anggara ikut menatap ruangan itu.
"Apa dari mereka ada yang membuat kau tertarik, sayang?."
"Tidak, aku sangat tidak tertarik." Anggara meremas bokong Regina sampai dress nya sedikit terangkat. Hal itu kembali membuat mereka histeris, terutama bagi mereka yang masih gadis itu.
Sedangkan di ruangan VVIP, Rini yang sedari tadi mencari perhatian pada Morgan sungguh sangat kesal dibuatnya. Karena mata dan kuping Morgan hanya terpasang pada Diandra. Sementara Diandra sendiri tidak mempedulikannya.
"Di, sudah jam sepuluh kurang. Ayo kita pulang?." Ajak Rini sambil berdiri menurunkan roknya yang sedikit naik sampai paha.
"Ayo Rin, nanti Mama keburu pulang." Balas Diandra beralasan. Karena sebenarnya Diandra hanya mendukung yang dilakukan oleh Rini.
"Ini masih belum terlalu malam, kenapa kalian buru-buru pulang?. Ini saja belum masuk acara inti." Morgan menahan tangan Diandra supaya tetap berada di sana sampai pestanya selesai.
"Enggak bisa Morgan, kami harus pulang sekarang!." Rini semakin kesal dengan tangan Morgan yang memegang tangan Diandra. Lagian yang mau pulang itu dirinya, kenapa yang ditahan malah Diandra.
Diandra dan Rini keluar dari ruangan itu, berjalan melewati beberapa ruangan yang terdapat beberapa orang yang ada didalamnya.
"Tunggu Di..." Suara Morgan menarik perhatian Regina, sehingga Regina segera keluar dari ruangan yang ada di sana.
"Hei Morgan ada apa?." Tanya Regina pada Morgan, dengan belahan dress yang terlalu ke bawah sehingga Diandra dan Rini memperhatikan beberapa tanda Kiss Mark, yang sudah ada di bagian leher dan dada Regina.
Diandra dan Rini berbarengan menelan saliva nya sendiri kala semakin diperhatikan, semakin banyak tanda seperti itu pada buah dada Regini. Sehingga Diandra dan Rini bergidik ngeri.
Regina tersenyum sambil merapikan dress nya, "Tenang saja, nanti juga suami kalian akan membuat tanda yang sama seperti ini. Banyak menghiasi tubuh kalian yang indah dan mulus."
Dengan spontan Diandra dan Rini mengangguk mengiyakan ucapan dari Regina.
"Minta pada Diandra, Kak. Untuk tetap berada di sini sampai acaranya selesai. Acara intinya saja belum di mulai, masa Diandra sudah mau pulang." Bujuk Morgan pada sang Kakak.
"Morgan benar, kalian jangan pulang dulu. Kalian bisa menikmati acaranya sampai pagi, besok libur sekolah kan?. Teman-teman yang lain juga masih banyak yang di luar, jadi apa yang kurang, sayang?." Tanya Regina menatap keduanya.
"Iya Kak, mungkin lain kali kami bisa menikmatinya acaranya, tapi sekarang kami harus...."
"Baby, kenapa lama sekali?."
Diandra dan Rini menatap pria yang baru keluar dari ruangan VVIP yang sama seperti ruangan mereka yang tadi.
Tapi mulut mereka tetap rapat dengan mata yang membulat sempurna. Ketika pria itu hanya mengenakan kemeja yang sudah terbuka di bagian dada, tanpa bawahan, ada beberapa tanda Kiss Mark yang sama seperti persis dengan Regina.
Pun dengan tatapan tajam yang ditunjukkan Anggara pada Diandra yang berdiri didepannya.
Tatapan Anggara terlihat tidak biasa bagi Regina ketika menatap Diandra.
"Sayang, ini loh yang aku bicarakan. Diandra ini gebetannya Morgan di sekolah. Betul begitu kan Morgan?." Regina mendekati Morgan dan membawanya berdiri bersebelahan dengan Diandra.
"Mereka sangat cocok kan, sayang?." Kini Regina bertanya pada Anggara yang masih menatap Diandra.
"Iya mereka pasangan yang sangat cocok." Jawab Anggara sambil berlalu masuk kembali ke dalam ruangan itu.
"Nanti pulang biar Morgan saja yang mengantarkan kalian ya?. Sekarang kalian tunggu di depan hanya lima saja. Suami ku sudah tidak bisa menahannya." Regina masuk menyusul Anggara lalu menutup pintu dan menguncinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kau baik-baik saja, Di?." Tanya Rini ketika mereka sudah sampai di depan rumah Diandra. Karena Diandra tetap meminta pulang pada Morgan, hingga Morgan tidak bisa lagi menahan Diandra untuk tetap mengikuti party sampai selesai.
"Iya, aku baik-baik aja. Hanya saja aku begitu shock." Jawab Diandra jujur sambil menatap jauh ke depan.
"Bagaimana kita bisa terus terhubung dengan Morgan?." Lanjut Diandra.
"Aku juga tidak tahu, Di?."
"Kau jangan pernah salah paham pada ku, Rin. Karena kau tahu sendiri, kalau dari awal aku tidak pernah tertarik dengan Morgan." Ucap Diandra menjelaskan kembali apa yang sering dikatakannya dulu.
"Iya, Di. Aku percaya itu. Tapi kalau begini Morgan akan semakin dekat pada kau, kalau Kak Regina tahu suaminya adalah suami kau."
"Ya jangan sampai ketahuan, Rin. Itu kan perjanjian yang harus aku ikuti." Keduanya saling tatap dengan tubuh yang bersandar pada badan kursi.
"Apa kau menyesal, Di?."
"Apa aku bisa mundur lagi, Rin?."
Lalu keduanya tertawa terbahak-bahak padahal tidak ada yang lucu sama sekali dengan obrolan mereka.
"Kau tidak menginap?."
"Besok Mama ku mau pergi, jadi aku harus ikut." Diandra mengangguk dan memundurkan langkahnya.
"Kau beranikan tidur sendiri?."
"Sudah biasa, Rin. Hati-hati di Jalan. Salam ya buat Mama, Papa."
"Ok, aku balik, Di."
Diandra melambaikan tangan sampai mobil Rini menghilang dari pandangannya.
Diandra segera masuk dan mengunci pintunya. Kemudian berjalan menuju kamar.
Sudah berganti pakaian dengan setelan tank top dan hotpants. Diandra segara naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana. Berguling ke kanan dan ke kiri sampai kedua matanya terpejam karena sudah tidur dengan lelap.
Keesokan paginya...
Diandra merasakan ada yang basah dan dingin di saat yang bersamaan pada bagian dadanya.
"Eugh..." Diandra mengangkat dadanya karena sensasi geli yang sudah diciptakan oleh hisapan seseorang pada ujung buah dadanya.
"Eugh..." Lagi, Diandra mengangkat dadanya, karena hisapan itu berpindah pada ujung buah dadanya yang satu lagi.
Kedua matanya Diandra terasa begitu berat untuk terbuka, kala kenikmatan yang sudah menjalar memenuhi setiap inci tubuhnya.
"Eugh..." Kali ini bagian perut Diandra yang bergerak lincah kala sapuan lidah seseorang yang begitu lembut menyusuri sampai bagian bawah perutnya.
Kedua tangan Diandra meremas kuat sprei sisi kanan dan kiri, dengan sekuat tenaga Diandra memaksakan kedua matanya untuk terbuka.
"Si-apa anda?." Diandra melihat kepala seseorang berada di bawah sana, sebelum lidah orang itu memainkan sesuatu yang sangat membakar gairahnya.
"To-long henti kan!." Kepala Diandra menggeleng beruang kali sambil berusaha menarik tubuhnya untuk bangun. Tapi tangan seseorang di bawah di sana sudah menahan kuat kedua pangkal paha Diandra.
"Ahhh..." Tubuh Diandra kembali terjauh ke atas tempat tidur bersama dengan lidah orang itu semakin dalam memainkan di bawah sana.
"Ahhh..." Lagi, tubuh Diandra bergerak liar mengikuti irama gelombang kenikmatan yang dirasanya akan membawanya terbang ke nirwana.
"Ahhh..." Suara merdu Diandra mengudara berbarengan dengan gerakan liar di bawah sana terhenti, yang ada hanya hembusan nafas yang begitu terasa pada area sensitifnya.
"Apa kamu menyukainya?." Tanya seorang pria yang kini mengungkung tubuhnya yang masih terasa lemas dengan bermandikan keringat.
"Anda?."
"Iya, aku suami mu!." Jawab Anggara kemudian menempelkan bibirnya pada bibir Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
susi 2020
🤩🤩🥰😘
2023-09-24
0
susi 2020
😘😘😍
2023-09-24
0