Aku terbangun saat terik matahari menerpa wajahku, oh sial bahkan aku baru tidur 3 jam dan sekarang sudah pagi. Kalian tau dosen itu memberiku hukuman dengan mengerjakan tugas berpuluh-puluh slide hanya karena aku telat masuk kelasnya kemarin.
"Yonaaaaa, cepatt turunn ada nak Regan menjemputmu," teriak Mommy .
Hah tadi Mommy bilang tuh dosen di sini???? Aduhhhhh ngapain sih pakai ke sini jemput segala. Mandi aja deh daripada kena semprot Mom karena kelamaan.
Aku bersenandung ria menuruni tangga, dari sini aku melihat Dad, Mom dan dosen rese itu tertawa entah membahas apa, huh sok dekat sekali anda Sir!! •﹏•
"Pagi semua," sapaku pada mereka agar mereka menyadari kehadiranku.
"Kamu lama sekali Yon, Regan menunggumu sampai kutuan," omel Mommy.
"Namanya juga cewek mom," kataku cemberut.
Salah siapa ke sini pagi sekali!
"Sudah-sudah ayo sarapan dulu," kata Dad.
Setelah sarapan bersama aku langsung pergi ke kampus bersama dosen Rese ini.
"Tugasmu sudah selesai?" tanyanya padaku.
"Sudah, dan gara-gara tugas sialan itu aku tidur tiga jam. Hanya TI-GA JAMMM!" Kataku menekan kata tiga jam.
"Baguslah." Jawabnya dengan cuek tanpa menoleh ke arahku.
Baguslah katanya? Wah sialan nih dosen.
"Hanya itu saja?" teriakku tak percaya. Wah-wah gila nih dosen. Kebangetannnnn oeeeee ...
"Lalu apa lagi?" tanya dosen rese ini balik.
"Kau tau Sir, sekarang aku mempunyai lingkaran hitam dibawah mata dan itu membuatku tidak percaya diri, pasti wajahku jelek, dan nanti kalau-" kataku terpotong.
Ciiiiiiiiittttttttttt...
Tiba-tiba dosen rese ini menghentikan mobilnya mendadak membuat ku kaget setengah mati.
"Hiii kau gila hah? Kau ingin membunuhkuuuu?" teriakku marah.
"Keluar!" katanya menyuruhku, tatapan matanya berubah dingin.
"Apa?" tanyaku tak percaya dia menyuruhku keluar.
"Keluar sekarang!" bentaknya padaku.
Aku langsung keluar dan membanting pintu mobil dengan kencang, aku menatapnya marah.
Keluar dia bilang? Kalau dia berniat menurunkanku di sini lebih baik dia tidak usah menjemputku segala. Apa maunya lelaki sinting itu!
Whatttt to the hell!!!
"Dasar orang gila, setres, nggak tau diri, sialan, kurang kerjaan!" teriakku padanya saat ia melajukan mobilnya.
Tiba-tiba ada yang menepuk nepuk bahuku, siapa lagi coba???
"Apaaaaa?" bentakku menatap orang yang menepuk-nepuk bahuku. Aku melihatnya dari kaki sampai kepala.
Orang ini? Apa yang dia inginkan? Kenapa orang ini begitu lusuh ... dia?
Ini orang gila sungguhan!!
Aku terbelalak. "Aaaaaaaaa, oranggg gilaaaaa ... toloooooonggggggg," teriakku sambil berlari dengan kencang.
Huhhh huhh huhhh, aku mengambil napas sedalam-dalamnya, gila tuh orang. Eh kan emang tadi itu orang gila!  ̄︿ ̄
Aku sampai di kampus dengan penampilan acak-acakan, semua ini gara-gara dosen sialan itu. Awas aja deh kalau kita ketemu lagi, loh ini kan jamnya dosen mengesalkan itu. Haduhh gimana nih kalau telat, lari aja deh.
Aku mengetuk pintu membuat semua mahasiswa menatapku heran. Pasti karena muka kucelku ini, Mommy aku ingin balik lagi ke perutmu deh kalau kayak gini.
"Sorry Pak, saya telat," kataku dengan wajah sangat mengerikan, meliriknya sekilas dan membuang muka acuh.
Wahh dosen ini menatapku dengan sinis, bukankah dia yang seharusnya mendapatkan pandangan itu dariku.
"Kamu tidak boleh masuk kelas saya hari ini, sana keluar!" katanya membentakku, matanya melotot garang padaku.
Ckckck, dasar tak tahu diri, dia menjemputku, kemudian membuangku ke jalanan. Lalu mengusirku dari kelasnya?
Lelaki macam apa yang berkelakuan semenyebalkan itu?
Aku berjalan lesu menuju kantin untuk membeli minum.
"Jus strowberry satu buk," kataku lalu duduk di bangku kantin.
"Kok mukanya Neng keringetan banget?" tanya Bu Ita saat mengantar minumanku.
"Habis dikejar orang gila tadi Bu," jawabku.
"Hah kok bisa gimana? Emangnya Neng Yona enggak bawa mobil?"
"Enggak Bu, tadi Yona dijemput eh malah diturunin di jalanan," kataku sebal.
.
.
.
.... Regan Pov ....
Aku melihat Yona berlari masuk ke dalam kelas dengan tampilan acak-acakan, keringat bercucuran dari dahinya.
Hatiku terasa berdenyut melihat bibirnya yang memucat. Aku sepertinya sudah salah dan juga keterlaluan kepada wanita itu.
Tentu saja, kamu memang salah Regan! Batinku menjawab.
Bukannya aku tega menyuruhnya keluar, hanya saja aku sedang pusing ditambah dia kalau ngomong nyerocos mulu tanpa dipikir panjang.
Jangan bilang aku tega, aku menyuruhnya keluar agar wanita itu bisa istirahat. Toh hari ini aku tidak memberikan materi secara lisan, aku hanya memberikan mahasiswaku power point dari materi yang minggu depan akan aku bahas.
Tapi bisa saja Yona berpikir bahwa aku sangat kejam, setelah menyuruhnya keluar dari mobil dan meninggalkannya di tepi jalan, kini aku mengusirnya dari kelasku. Ahhh katakan saja aku sangat bodoh. Lebih baik aku mencarinya, dan meminta maaf telah membuatnya kesal hari ini.
Aku keluar dari kelas, karena jam mata kuliahku sudah habis. Aku melihat ke kanan kiri koridor kampus, mencari-cari ke mana sosok itu pergi. Apakah dia pulang ke rumah? Bukankah hari ini dia masih ada satu mata kuliah lagi?
Itu dia, dia berada di kantin kampus sendirian. Hanya ditemani satu gelas jus yang sepertinya jus strowberry kesukaannya di kantin ini.
"Kamu bolos jam kuliah?" tanyaku dengan nada dingin.
Haishhh kenapa nada dingin yang keluar dari mulut sialanku ini?
'Niatmu kesini minta maaf Regan, jangan menambah masalah dengan wanita itu lagi!' Sepertinya dewi fortuna membela Yona dengan telak.
"Disuruh keluar," jawabnya memalingkan wajahnya ke arah lain. Suaranya sangat acuh, dia bahkan mengambil napas dalam.
Aku tersenyum, diia sangat cantik atau mungkin paling cantik untuk seukuran wanita-wanita seusianya yang aku kenal dan aku temui. Jujur saja, aku bahkan terpesona saat pertama kali dia pindah ke sini dan menjadi mahasiswiku. Namun pikiran itu segera kutepis, menaati aturan moral kampus di mana dosen dan mahasiswa tidak bisa menjalin hubungan asmara di kampus. Tapi mempunyai rasa tertarik terhadap lawan jenis, apa salahnya?
"Kenapa?" tanyaku, aku duduk di depannya, menatapnya dengan seksama.
"Kamu tanya kenapa? Itu karena kamu. Karena kamu meninggalkanku di jalan, aku lari-larian karena dikejar orang gila!" jawabnya marah, dia menunjukkan jarinya ke arahku. Wajahnya memerah karena amarahnya.
"Oke sorry, aku tahu aku salah. Maafkan aku emh?" kataku meminta maaf dengan tulus.
Dia memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.
"Sudahlah, aku permisi," katanya meninggalkanku, tanpa melihat lagi ke arahku.
Aku hanya diam mematung saat dia pergi, hingga ada suara gaduh di koridor dekat kantin membuatku penasaran. Aku melangkah cepat menuju tempat suara.
"Yona?" gumamku menyaksikan Yona ditarik-tarik dengan lelaki yang sepertinya seusiaku.
Siapa dia? Kekasih atau seorang fans fanatiknya Yona?
"Lepas ... Ninooo sakittt lepasin," kata Yona dengan meringis kesakitan saat tangannya ditarik paksa.
Aku berjalan semakin cepat ke arah mereka.
"Aku hanya ingin menjelaskan semuanya, tapi kamu tidak mendengarkanku. Aku mencintaimu Yona," kata lelaki itu.
"Ninoooo, lepasinnnnnn!" berontak Yona namun tidak berpengaruh.
Berani-beraninya dia berlaku kurang ajar di kampus milik keluargaku. Lelaki berengsek memang.
Aku merasa emosiku memuncak melihat Yona disakiti laki laki itu, aku berjalan kearah mereka dan melayangkan pukulan kepada lelaki yang dipanggil dengan 'Nemo' atau apalah itu.
Buuuughhhhhh .... bughhhh.
Aku memukul lelaki itu dua kali dengan keras hingga dia tersungkur ke lantai.
"Pak Regann," teriak Yona.
Yona menarik kemejaku. "Berhenti, kau akan membunuhnya. Berhenti," ucap Yona, wanita itu memelukku erat.
"Kumohon, lepaskan dia," pintanya dengan suara yang belum pernah kudengar dari mulutnya yang sangat ceplas ceplos ketika bicara.
Aku melepaskan cengkramanku dari kerah baju lelaki itu, menatapnya tajam.
"Jangan ganggu Yona, dia tunanganku!" ucapku dengan penegasan di akhir kalimatku.
Aku menggenggam tangan Yona, mengajak wanita itu pergi meninggalkan lelaki berengsek yang sangat kasar kepada wanita. Ini bukan soal Yona atau siapalah, ini tentang bagaimana cara lelaki memperlakukan wanita. Dia sangat kasar, juga sangat angkuh menurut sudut pandangku.
Aku mengajak Yona ke ruanganku, aku mengambilkan dia minum.
"Hustt tenanglah," ucapku mencoba menenangkan Yona dengan mengelus punggungnya yang bergetar karena menangis.
"Akuu ... aku takut. Hiks," katanya berderai air mata.
"Ada aku, kamu bisa tenang," kataku memeluknya erat dan mengelus punggungnya yang bergetar.
Wanita itu mengangguk, dia masih memakai bahuku untuk menangis senyaman mungkin disana. Sepertinya, wanita ini tidak semenyebalkan apa yang aku pikirkan.
Dia unik, punya rasa percaya diri yang tinggi, mandiri, terlihat tegar namun cukup tertutup akan masalah yang menimpanya.
Yona, bolehkah aku mencoba mengenalmu lebih dekat lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Dela Aulia
thor kalau boleh ngasih saran gak usah ada regan pov atau yona pov berasa jadi kek baca deary.
2022-05-28
1
Mimo
🤦🤦🤦nemo🤣🤣🤣
2021-02-15
0
Kadek Cameliaa
bagus
2021-01-21
0