Rania

Rania

Bab 1 Pernikahan.

"Aku tidak mau mengerti dan tidak mau tahu. Pokoknya aku ingin ibumu segera mengembalikan semua perhiasanku sekarang juga." Rania mulai menitikkan air mata.

David kaget. Rania kini menangis di hadapannya.

"Berapa harga semua perhiasan itu? Aku akan menggantinya."

"Kamu tak akan bisa membayarnya." Rania tersedu.

"Berapa? Katakan saja aku akan langsung mentransfernya padamu sekarang juga."

"Kamu tak akan sanggup membayar nilai historis yang ada pada perhiasan itu. Perhiasan itu adalah peninggalan ibuku yang telah tiada." Rania menatap nanar suaminya.

David langsung mematung. Dia kini dilema, kalau begitu perhiasan itu pasti sangat berarti untuk istrinya, namun sangat tak mungkin baginya untuk menentang keinginan sang ibu.

Di usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga, tak sekalipun dia berani menentang semua keputusan ibunya, selama ini David menjadi anak patuh yang begitu berbakti pada sang ibu, apalagi semenjak kematian ayahnya. David memegang tanggung jawab untuk menjaga ibu dan kedua adiknya, selalu berusaha untuk selalu membahagiakan mereka.

Karena sang ibu baginya mempunyai peranan yang sangat penting di hidupnya, David yakin jika keberhasilan yang berhasil diraihnya hingga saat ini berkat didikan dan doa dari sang ibu tercinta.

"Maaf. Aku tak bisa," ucap David penuh sesal sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Rania yang masih menangisi perhiasannya.

Rania terduduk di lantai dengan tangis yang menjadi. Tak menyangka jika suaminya sendiri bahkan tak berani untuk mengambil kembali perhiasannya, menentang keinginan ibunya.

Rania kini hanya berharap jika ibu mertuanya memang tidak bermaksud memiliki perhiasan miliknya, seperti perkataan suaminya tadi, Widuri hanya ingin menunjukkan kuasanya di rumah ini, menunjukkan jika siapa saja harus mendengarkan perkataannya menuruti keinginannya dan tak akan ada yang berani menentangnya.

Rania menyeka air matanya. Dia tahu jika ini hanya permulaan saja. Di hari pertamanya di rumah ini bahkan Widuri telah menyambutnya diluar ekspektasi. Sang mertua pasti akan semakin mengintimidasinya setelah ini karena dia juga tahu jika dirinya memang bukan menantu yang diinginkan.

Seandainya saja dia tahu jika kesepakatan pernikahan yang dilakukannya akan membawanya masuk pada titik ketidakberdayaan ini.

***

Sehari sebelumnya.

Pernikahan mewah dan megah yang diselenggarakan di sebuah hotel berbintang itu telah selesai diselenggarakan. Menyisakan sisa-sisa pesta yang mulai dibereskan oleh para pegawai hotel. Sembari membereskan sesekali mereka berbincang, berdecak kagum atas pesta yang tidak tanggung-tanggung dihelat secara besar-besaran.

Namun rupanya kemegahan pesta tak menjamin jika mereka yang menikah benar-benar karena saling cinta, bisa saja karena sebuah perjanjian atau kesepakan belaka.

Itulah yang terjadi di pernikahan antara Rania, putri tunggal pengusaha Pramono Rahardjo dan David Bratasena, CEO muda sukses yang perusahaannya ada dimana-mana. Keduanya menikah hanya untuk keuntungan perusahaan semata. Jadi malam ini di kamar Presidential suite room yang sudah diubah menjadi kamar ala pengantin baru jangan mengharap sesuatu terjadi, jangankan bercumbu memadu kasih, keduanya bahkan tidur terpisah dan tak saling peduli.

Pagi harinya. Rania keluar kamar sudah berpakaian rapi, tampak anggun dan menawan di hari pertamanya dengan status sebagai istri. Dia disambut oleh David yang sedang berbicara dengan ketiga asistennya. Rupanya asisten Rania juga sudah ada disana, tanpa diperintah bahkan keduanya langsung masuk ke dalam kamar untuk membereskan barang-barang milik bos mereka.

"Siang ini kita akan makan siang bersama dengan direktur utama PT Asian group. Jangan sampai telat." David melirik istrinya.

Rania tak menyahut, fokusnya hanya ada pada sarapan pagi di atas meja.

"Kamu sudah sarapan?" tanyanya basa-basi sambil menarik kursi.

"Batalkan jika kamu sudah ada janji makan siang dengan siapa saja. Makan siang dengan direktur itu sangat penting untuk perusahaan kita," ucap David lagi.

"Baiklah-baiklah." Rania menjawab sambil akan memasukkan roti ke dalam mulut.

"Oh iya, satu lagi."

"Apa lagi?" Rania melirik suaminya jengkel.

"Antarkan sendiri barang-barang milikmu ke rumahku. Jangan menyuruh asisten atau pegawaimu. Ibuku tak akan suka." David lalu pergi meninggalkan kamar diikuti oleh para asistennya.

Rania hanya mendelik kesal, tak lama kedua asistennya keluar kamar dengan mendorong sebuah koper dan beberapa barang miliknya.

Di kediaman David

Seorang wanita paruh baya, dengan dandanan yang anggun dan menawan walau di usianya yang tak lagi muda tampak terus mengerutkan keningnya melihat beberapa koper milik menantu barunya turun dari dalam mobil.

Bukan hanya beberapa koper, ada banyak sepatu juga tas branded semuanya dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam sana.

"Mana yang punya semua barang-barang ini?" tanyanya pada ketiga orang suruhan Rania.

"Nona Rania sedang sibuk. Dia menyuruh kami untuk membawa semua barang ini kesini," jawab salah seorang dari mereka.

"Juga untuk membereskannya lagi dengan rapi di dalam kamar."

Widuri membelalakkan matanya tak percaya, sesibuk apa menantu barunya hingga tak sempat untuk mengantarkan sendiri barang miliknya kesini. Alih-alih menyapa dan mencoba mengambil hatinya, sang menantu baru bahkan berani hanya mengirimkan para pegawainya saja.

"Dasar wanita tak punya tatakrama. Seharusnya dia sendiri yang datang kesini. Kenapa hanya menyuruh para pegawainya saja! Apa dia pikir rumah ini hotel apa? Seenaknya bisa datang dan pergi begitu saja." Widuri berjalan dengan kesal, meninggalkan ketiganya yang bingung harus melakukan apa lagi.

Dia lalu menyuruh kepala asisten rumah tangga untuk mengarahkan ketiga orang itu membawa semua barang milik menantu barunya ke dalam kamar David.

Dengan jengkel dia langsung menelepon sang putra.

"Jangan memanjakan istrimu. Ajari juga dia sopan santun. Seenaknya saja dia menyuruh para pegawainya untuk membawa semua barangnya kesini, tanpa terlebih dahulu menemui dan meminta izin dulu pada ibu. Dia memang istrimu tapi ingat nyonya di rumah ini tetaplah ibu, dia tak bisa bebas melakukan apapun di rumah ini tanpa seizin ibu. Sampaikan itu padanya."

"Iya ibu. Maafkan istriku." David menghela napas kesal, dia tak percaya jika Rania tak mendengarkan perkataannya tadi pagi, padahal dia sudah mewanti-wanti.

David yang sudah tahu betul karakter ibunya, tak akan dengan mudah menyukai Rania begitu saja, apalagi dia nekat menikah dengannya tanpa restu sang ibunda yang ternyata sudah memiliki gadis pilihannya sendiri untuk sang putra.

Walaupun dijelaskan ibunya tak akan mengerti jika pernikahan ini hanyalah kesepakatan bisnis belaka, yang ibunya pikir jika mereka menikah karena saling mencinta.

Terpopuler

Comments

🦋🦋Lore Cia🦋🦋

🦋🦋Lore Cia🦋🦋

berbakti atau di setir orang tua, mundur Rania jika suamimu lebih berat ke ibumu. anak wajib berbakti ke orang tua tetapi kalau sudah menikah istri dan keluarga harus di dahulukan😣

2023-07-19

2

Aprisya

Aprisya

hadir kak

2023-07-08

2

Ety Nadhif

Ety Nadhif

mampir lagi Thor,,,,harusnya yg Yumna di selesain dulu Thor satu satu biar pembaca ga lupa lg sama alur ceritanya,,,,,

ini murni saran saya Thor yg suka semua karya author yg santun dan banyak pelajaran dalam ceritanya

2023-05-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!