Bab 7. Pernyataan Cinta

Widuri semakin membelalakkan matanya mendengar perkataan Rania lagi. Bibirnya menipis geram, belum lagi kulit wajahnya yang berubah merah padam.

"Apa? Berani sekali kamu bicara seperti itu pada saya?"

"Ibu. Jika ibu sedikit baik padaku, aku pasti juga akan memperlakukan ibu dengan baik. Tapi ibu terlalu memperlihatkan ketidaksukaan ibu padaku. Aku bisa apa? Selain membela diri sendiri." Rania mengangkat pundaknya.

Widuri semakin geram. Menghentakkan kaki lalu berjalan mendekati menantunya.

"Wajar kan saya tidak suka sama kamu? Karena kamu itu bukan sosok menantu yang saya inginkan." bentaknya pada Rania.

"Ibu juga bukan sosok mertua ideal impianku. Tapi aku tetap akan berusaha memperlakukan ibu dengan baik." Rania malah tersenyum lembut pada sang mertua.

Bukannya mereda, emosi Widuri malah semakin tersulut. Apalagi kini dia melihat Rania yang sudah berjalan gontai meninggalkannya, tak menghiraukan kemarahannya yang belum tuntas tersalurkan.

Widuri merapatkan giginya kesal sambil terus menatap kepergian menantunya yang semakin menjauh lalu menghilang di ujung tangga atas.

Dengan napas naik turun, tangannya mengepal tak rela sang menantu bisa dengan telak membalikkan semua perkataannya.

Ingin rasanya David segera pulang karena dia sudah tak tahan ingin segera memberitahukan kepada sang putra akan perkataan Rania yang menurutnya sudah sangat kurang ajar.

"Tunggu saja kamu! Saya akan membuat David mengusirmu dari rumah ini!" cerocos Widuri murka.

Sementara itu.

Rania menikmati waktu senggangnya dengan mandi di dalam bathtub, berendam sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat perlawanannya tadi pada Widuri, dia hampir tergelak mengingat wajah sang ibu mertua yang begitu murka.

Walaupun sudah cukup lama dia disana, tapi Rania belum ingin menyudahi, masih ingin melepas penatnya dengan berendam di air hangat yang sebelumnya sudah dia bubuhi dengan minyak esensial aroma terapi.

Namun tiba-tiba, pintu kamar mandi yang lupa dia kunci tadi terbuka, David masuk ke dalam tak menghiraukan raut kaget sang istri yang langsung menurunkan tubuhnya hingga terendam sebatas leher.

"Ada apa? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" Rania berusaha menutupi dadanya.

David hanya menghela napas panjang sambil membuang muka ke sembarang arah.

"Cepatlah mandinya. Kita harus bicara." David melirik Rania sekilas sebelum akhirnya memutar tubuhnya dan kembali keluar kamar mandi.

Beberapa saat kemudian.

Rania keluar dengan menggunakan handuk kimono, rambut basahnya dia biarkan tergerai sambil terus dia coba keringkan dengan handuk kecil di tangannya.

Dia melihat David yang memang sudah menunggunya sembari melepas dasi dan membuka kancing atas kemejanya.

"Ada apa?" Rania berjalan mendekati meja rias, duduk di sana, membelakangi David yang menatapnya kesal.

"Apa ibumu mengatakan sesuatu?" tanyanya lagi sambil melirik suaminya pada pantulan kaca.

"Apa kamu tidak bisa menahan diri untuk tidak melawan pada ibuku?"

"Ibumu yang mulai. Bukan aku!" jawab Rania enteng.

"Aku tahu. Tapi apa kamu tidak bisa untuk tidak melawannya? Membantah semua perkataannya?"

"Tidak!" jawab Rania cepat.

David membasuh wajahnya kasar.

"Kamu tahu apa yang akan aku lakukan jika kamu tak menuruti perintahku."

Rania langsung berdiri, memutar badannya lalu berjalan mendekati sang suami.

"Apa? Perusahaan? Kamu akan membuat perusahaan ayahku bangkrut? Lakukan saja. Aku tidak peduli!" Rania menantang.

Tiba-tiba senyum halus mengembang di wajah David.

"Benarkah?"

"Iya. Aku pikir lebih baik aku tak punya apa-apa daripada aku harus tinggal disini dan memiliki segalanya tapi tidak dengan mendapatkan perlakuan manusiawi dari ibumu." Rania menatap tajam suaminya.

David dengan cepat memegang lengan istrinya. Menarik tubuh yang mengeluarkan aroma semerbak harum itu untuk mengikis jarak diantara mereka.

Rania kaget. Dia berusaha menjauhkan diri dari suaminya.

"Lebih baik tak punya apa-apa katamu?" ucap David menatap lekat istrinya.

"Iya!" Jawab Rania ketus sambil terus berontak dari pelukan David karena sebelah tangan suaminya kini sudah melingkar di pinggangnya.

David sepertinya lupa akan niatnya yang hanya ingin menggertak Rania saja, jarak mereka yang begitu dekat membuatnya terus menatap lekat, mengagumi kecantikan alami istrinya tanpa ada riasan makeup disana. Kini dia mulai terbawa perasaannya, entah mengapa dia menjadi sangat berhasrat pada wanita yang sudah sah menjadi istrinya ini, rambut basahnya dan aroma wangi yang tercium dari tubuh Rania tiba-tiba begitu menggodanya.

Rania menyadari perubahan mimik wajah suaminya, dari yang tadinya kesal kini melembut dan menjinak.

David dengan perlahan melepaskan tangan yang tadi menarik lengan istrinya, berpindah ke pinggang sang istri untuk menyempurnakan pelukannya.

"Lepaskan!" Rania terus berontak, dengan tangan mendorong dada suaminya, jujur saja dia merasa takut, tatapan David semakin liar seperti ingin melahapnya.

"Aku tidak akan pernah melepaskan apapun yang sudah menjadi milikku!" desis David pelan.

Rania memilih untuk tak menimpali, dia tak ingin lagi memprovokasi karena menyadari tatapan liar David yang semakin tak terkendali.

David menyadari ketakutan istrinya, wajah pucat Rania justru semakin menggodanya.

"Kenapa? Apa kamu takut?"

Rania tercekat. Tentu saja dia takut, saat ini David seperti ingin melahapnya bulat-bulat.

"Katakan kenapa kamu takut? Kita sudah menikah, seharusnya kamu sudah bersiap dengan apa yang sudah menjadi tugasmu sebagai istri."

Rania terkesiap, jantungnya bertalu tak menentu.

"Kita memang menikah, tapi hanya karena urusan bisnis bukan karena cinta. Kamu tak berhak menuntut apapun dariku sebagai istri," jawab Rania gagap memberanikan diri.

Mendengar jawaban sang istri, David mengulum senyum sambil merengkuh istrinya semakin erat, membuat wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti saja.

"Karena cinta atau bukan. Apa yang akan kamu lakukan jika aku menginginkanmu sekarang?"

Rania menelan ludah. Membuang pandang ke segala arah namun dengan cepat David memegang dagunya. Hidung mereka hampir beradu, namun nyatanya bibir mereka yang akhirnya bersatu. David mengecup pelan bibir istrinya, membuat kedua mata Rania membulat seketika.

David langsung mengendurkan pelukannya, perlahan melepaskan Rania yang kini mematung tak percaya telah mendapatkan ciuman pertama di hidupnya.

"Sudah aku katakan jika aku menikahimu bukan karena perusahaan," ucap David menyadarkan Rania.

Rania langsung melihat suaminya yang kini sudah tak lagi memeluknya.

"Aku jatuh cinta padamu."

Rania menatap sang suami tak percaya.

***

Lagi-lagi Rania tak bisa memejamkan mata, kali ini bukan memikirkan perlakuan sang mertua, namun tentu saja karena pernyataan cinta sang suami juga ciuman pertama mereka.

Akankah dia percaya begitu saja? Tentu saja tidak. Walaupun sebenarnya tadi dia merasakan sendiri ketulusan dari apa yang diucapkan suaminya.

Rania terus berpikir, sambil mengusap bibir yang dikecup mesra suaminya, jantungnya berdebar tak karuan, merasakan sesuatu yang aneh kini menjalar di hatinya.

Keesokan harinya.

Seperti biasanya, pagi-pagi sekali David kembali masuk ke kamarnya, namun rupanya dia sudah tak menemukan istrinya disana, bergegas dia segera mandi untuk menyusul Rania yang dia pikir sudah duluan ke meja makan.

Sesampainya di meja makan, dia juga tak menemukan sang istri disana, hanya sambutan hangat Widuri dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Nak. Apakah kamu memarahi istrimu? Tumben istrimu itu pagi ini pergi tanpa sarapan dan membuat keributan terlebih dahulu."

"Sesekali kamu memang harus memarahinya, jangan biarkan dia melawan pada ibumu ini." Widuri tersenyum puas.

David tak mengindahkan perkataan sang ibu, dia hanya termenung memikirkan Rania yang sepertinya ingin menghindarinya.

Terpopuler

Comments

💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌

💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌

karena cinta dong

2024-12-05

0

Maya Sari

Maya Sari

kemana nih thor ,,ga d lanjut ceritanya, ,masih penasaran ini,,,,

2024-01-30

1

Abie Mas

Abie Mas

baik pindah rumah

2023-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!