David tiba-tiba tersenyum. Dia kembali memegang tangan istrinya, tapi tidak sekasar tadi, kali ini dia meraih tangan sang istri dengan lebih lembut.
"Satu hal yang harus kamu tahu. Aku sama sekali tak diuntungkan dengan menikahimu, perusahaanku akan baik-baik saja dengan kita menikah atau tidak, tapi sebaliknya, perusahaanmu yang sudah banyak sekali diuntungkan, jika kita tak menikah perusahaan ayahmu pasti sudah bangkrut saat ini. Jadi baik-baiklah menjaga dirimu di rumah ini. Lakukan apa perintahku dan yang paling penting jangan membuat ibuku kesal apalagi marah." David tersenyum sinis sambil menatap wajah istrinya.
"Karena kalau tidak. Menghancurkan perusahaanmu akan semudah seperti menjentikkan jari ini." David menjentikkan jarinya.
Rania terhenyak mendengar semua perkataan suaminya. Dia tertegun mencerna tiap kata demi kata yang disampaikan David padanya.
David tersenyum menikmati kekagetan istrinya, dia yakin jika ayah mertuanya belum menceritakan situasi yang sebenarnya tentang perusahaan mereka pada putri kesayangannya ini. David lantas memilih untuk pergi dari sana, membiarkan sang istri seorang diri agar lebih leluasa mempertimbangkan semua perkataannya tadi.
Sepeninggal suaminya, Rania cepat-cepat mengambil ponselnya, dia harus segera mencari tahu akan kebenaran ucapan suaminya.
"Apakah yang dikatakan oleh suamiku itu benar ayah? Perusahaan kita sekarang bergantung pada perusahaannya" Rania bertanya pada sang ayah di ujung telepon.
"Iya sayang. Maaf ayah tak memberitahumu jika perusahaan sebenarnya sedang terlilit hutang yang banyak."
"Kenapa ayah merahasiakan masalah sebesar ini padaku?"
"Kamu tak akan mengerti, kamu baru terjun di dunia perbisnisan ini. Ayah juga tak ingin membuatmu khawatir. Tapi kamu jangan cemas, berkat suamimu perusahaan kita akan baik-baik saja."
"Lucu sekali. Tidak mau membuatku khawatir tapi menjadikanku tumbal, memaksaku menikah dengan orang asing hanya demi untuk menyelamatkan perusahaan. Ayah memang luar biasa." Rania menutup saluran teleponnya.
Rania geram. Mengetahui kenyataan jika perusahaannya kini bergantung sepenuhnya pada perusahaan milik suaminya sangat membuatnya kesal, dengan begitu kini suaminya pasti akan bertindak semena-mena padanya. Dia yakin jika dengan alasan perusahaan, David akan dengan mudah mengatur hidupnya.
Namun ada hal lain yang membuatnya penasaran, jika memang benar perusahaan suaminya sama sekali tak diuntungkan oleh pernikahan ini, kenapa suaminya mau membantu perusahaan ayahnya, dan kenapa harus pernikahan yang dijadikan syaratnya.
Keesokan paginya.
Rania tengah berdandan ketika David masuk sambil bergegas berjalan menuju kamar mandi. Dia hanya melirik suaminya sekilas tak memperdulikan dimana suaminya tidur tadi malam.
Selesai mandi, David berjalan menuju walk in closet miliknya yang saat ini terpaksa harus berbagi tempat dengan barang-barang milik istrinya.
Selagi dia memilih baju, Rania juga masuk ke dalam sana, mencoba mencari sesuatu.
"Dimana mereka menyimpan semua perhiasanku?" gumam Rania pada dirinya sendiri sambil terus memperhatikan kotak kaca di bawah sana dimana seharusnya perhiasannya itu disimpan oleh orang-orang suruhannya kemarin.
Lama mencari, Rania tak kunjung menemukannya hingga menarik perhatian David yang baru keluar dari kamar mandi setelah selesai memakai baju.
"Apa yang kamu cari?"
"Semua perhiasanku. Aku sudah menelepon orang-orang yang kemarin membereskan semua barang-barangku. Katanya mereka menyimpannya disini." Rania mulai terlihat panik.
David terlihat ikut mencari. Namun sama seperti istrinya dia juga tak menemukan perhiasan milik Rania yang kini raib entah kemana.
"Kalian mencari apa?"
Keduanya dikagetkan oleh kedatangan Widuri yang tiba-tiba.
"Rania mencari kotak perhiasannya." David melihat ibunya.
"Oh itu. Ada pada ibu."
Rania kaget. Dia langsung melihat ibu mertuanya.
"Kenapa bisa sampai ada di ibu?" katanya heran.
"Ibu hanya ingin menyimpannya saja, takut hilang."
"Terima kasih ibu sudah mau menyimpannya. Boleh aku minta perhiasanku kembali ibu. Aku akan menyimpannya disini."
"Sudah ibu bilang kan jika ibu yang akan menyimpannya."
"Apa?" Rania mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Nak. Apa kamu sudah selesai bersiap? Kalau sudah cepat turun, gendis dan Gilang sudah menunggumu untuk sarapan." Widuri tak menghiraukan Rania, hanya meliriknya sekilas lalu berjalan pergi meninggalkan kamar mereka.
Rania yang masih dibuat tak percaya melihat suaminya.
"Kenapa ibumu seperti itu?"
"Ibuku hanya ingin membantumu menyimpan semua perhiasanmu. Bukan ingin mengambilnya darimu," jawab David santai sambil memakai jam tangannya.
"Aku tak butuh bantuan ibumu. Aku bisa menyimpan semua barang milikku sendiri." Rania mendekati suaminya.
"Suruh ibumu untuk mengembalikannya padaku. Perhiasan ibumu pasti jauh lebih banyak dan mahal, kenapa dia ingin mengambil perhiasanku?" Rania sudah kelewat kesal.
"Dia bukan ingin mengambilnya, tapi dia hanya ingin menyimpannya saja. Ibuku ingin kamu mempercayainya untuk menyimpan barang berharga milikmu padanya. Hanya itu saja. Masa kamu tidak mengerti?"
"Aku tidak mau mengerti dan tidak mau tahu. Pokoknya aku ingin perhiasanku kembali sekarang juga." Rania mulai menitikkan air mata.
David kaget. Dia tak menyangka jika kini Rania menangis di hadapannya.
"Berapa harga semua perhiasan itu? Aku akan menggantinya."
"Kamu tak akan bisa membayarnya." Rania tersedu.
"Berapa? Katakan saja aku akan langsung mentransfernya padamu sekarang juga."
"Kamu tak akan sanggup membayar nilai historis yang ada pada perhiasan itu. Perhiasan itu adalah peninggalan ibuku yang telah tiada." Rania menatap suaminya nanar.
David tertegun.
Di meja makan.
David duduk di meja makan sambil sesekali melirik ke arah tangga dimana istrinya tak kunjung turun.
"Mana istrimu? Kenapa belum turun juga." Sewot Widuri.
David tak menjawab, hanya melamun sambil melihat makanan di piringnya.
Tak lama, akhirnya Rania turun juga, dengan wajahnya yang sembab dia berjalan menghampiri mereka semua.
Rania duduk di samping suaminya.
"Mulai besok bangunlah lebih pagi, tugasmu menyiapkan sarapan untuk kita semua." Widuri melihat menantunya.
Rania tak menyahut, dia hanya terdiam menahan semua rasa kesal di hatinya.
"Usahakan pulang juga jangan terlalu malam. Kalau bisa sebelum gelap kamu sudah harus ada di rumah karena kamu juga harus menyiapkan makan malam untuk kita," tambah Widuri lagi berhasil membuat Rania semakin geram.
Dia yang sudah tak bisa lagi menahan berdiri sambil menatap wajah ibu mertuanya dengan sangat benci.
Namun David yang ada di sampingnya ikut berdiri sambil memegang tangan istrinya.
Dia berbisik.
"Ingat perkataanku tadi malam."
Rania dengan napas naik turun menahan amarah hanya bisa mengepalkan tangannya saja. Dia kembali duduk mengikuti suaminya.
Widuri tentu saja melihat kemarahan menantunya. Tapi bukannya takut, dia malah tersenyum miring dengan puas.
Rania terus terdiam geram, sama sekali tak mengisi piringnya dengan banyaknya aneka makanan di depannya, hal itu membuat David berinisiatif mengisi piring istrinya dengan sepotong roti.
"Owalah nak. Nasibmu memang tidak beruntung, bukannya dilayani kamu malah melayani istrimu yang pemalas itu."
"Coba kalau kamu menuruti perintah ibu untuk menikah dengan wanita yang ibu pilihkan untukmu. Sudah cantik, sopan, santun, lemah lembut dan yang paling penting orangnya sangat rajin. Apa kamu ingat jika dia seringkali mengirimkan makanan untuk kita." Widuri melihat putranya.
Gendis dan Gilang ikut tersenyum puas mendengar perkataan ibu mereka.
"Aku heran. Ibumu cari menantu atau tukang masak?" Rania melirik suaminya.
"Kalau tukang masak, kenapa kamu tidak menikah saja dengan semua pembantu di rumah ini." Rania berdiri, dia sudah tidak tahan mendengar ocehan mertuanya.
Dengan langkah cepat dia meninggalkan semua orang yang terbengong-bengong tak percaya mendengar ucapannya.
Terlebih dengan Widuri, dia membelalakkan mata dengan mulut terbuka.
"Menantu kurang ajar," gumamnya geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
anehh tuh mertua, pengen nyimpen atau menguasai perhiasan mantu nya 🤦♀️
2024-12-05
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
wkwkwk sokooor
2024-12-05
0
bung@ter@t@i
sebenarnya agak suka Rania yg gak bisa ngambil hati mertua ,tpi klo sifat mertua kayak bgtu sih aku setuju deh SM Rania buat ngebangkang ...drinpada mkn hati mana gak teh botol Sosro lagi wkwkwkwk
2024-03-01
2