Bab 9. Dasar Pencuri!

Sudah pukul sembilan malam.

Widuri terus melihat jam di dinding, berjalan mondar-mandir dengan berbagai dugaan di benaknya. Berharap jika Rania bukan pulang terlambat, akan tetapi memang tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya di rumah ini.

"Ibu mungkinkah wanita itu tidak akan kembali lagi ke rumah ini?" Gendis menghampiri ibunya.

Widuri langsung menatap putri kesayangannya.

"Ibu harap seperti itu sayang. Wanita itu malam ini pulang kembali lagi ke rumah orang tuanya."

"Sepertinya berkat aduan ibu pada kakak, lalu kakak memarahinya habis-habisan wanita itu merajuk dan memilih untuk meninggalkan rumah ini." Gendis menerka-nerka.

Widuri tersenyum sambil mengangguk kesenangan.

Tak lama seorang pelayan menghampiri mereka, memberitahu jika David baru saja tiba.

Widuri dengan senyum yang mengembang bersiap menyambut kedatangan putranya, namun tiba-tiba senyumnya meredup melihat sang putra masuk berjalan berdampingan dengan istrinya.

Widuri semakin dibuat terbelalak melihat Rania tiba-tiba memegang tangan suaminya, David sedikit kaget namun malah tersenyum dan mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Ibu maafkan kami pulang terlambat," ujar David melihat sang ibu.

Widuri tak menjawab karena pandangannya fokus pada tangan sang putra yang menggenggam erat tangan istrinya. Begitu juga dengan Gendis yang tak mengedip melihat tangan sang kakak dan kakak iparnya saling bertautan mesra.

"Ibu. Kami ke atas dulu. Oh iya, tidak usah menyiapkan makan malam, kami sudah makan." David lalu mengajak istrinya untuk pergi menaiki tangga.

Widuri masih tak menjawab, hanya raut wajahnya yang kini tampak sangat kesal, melipat kedua tangan di depan dada sambil merapatkan giginya geram.

Rania yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik sang ibu mertua hanya terus mencoba menahan senyumnya.

Sesampainya di lantai atas, Rania mencoba melepaskan tangannya dari tangan sang suami, namun rupanya David tak membiarkannya, sampai keduanya masuk ke dalam kamar, tangan mereka masih saling bertautan.

David menutup pintu kamar mereka sambil melihat Rania yang terus mencoba melepaskan tangannya.

"Jangan hanya di depan ibuku kamu bersikap manis seperti ini." David mengangkat kedua tangan mereka.

Rania hanya tersenyum salah tingkah karena rupanya niatnya bisa terbaca oleh sang suami dengan mudah.

"Ibumu terlihat kesal sekali melihat kita hanya berpegang tangan saja." Rania sudah berhasil melepaskan tangannya dari sang suami, berjalan menuju meja rias sambil terus tersenyum-senyum sendiri.

David hanya menghela napas panjang sambil membuka jasnya.

Beberapa saat kemudian.

Rania telah selesai mandi, kaget mendapati sang suami yang sudah tertidur pulas di atas sofa, dengan kancing kemeja yang sudah terbuka sebagian, suaminya itu pasti ketiduran ketika menunggu giliran untuk mandi.

Tak berniat membangunkan suaminya yang sudah tertidur pulas, Rania mengambilkan selimut untuknya, lalu dengan perlahan menyelimuti tubuh suaminya yang tampak sangat kelelahan. Sejenak dia menatap lekat wajah David, mengingat semua pernyataan cintanya dan alasan sebenarnya pria itu menikahinya, ternyata perusahaan hanyalah alasan yang digunakan agar mereka bisa menikah.

Sebenarnya setelah mendengar semua pengakuan itu, Rania dibuat bingung akan bagaimana dirinya harus bersikap, haruskah dia juga membuka hatinya untuk sang suami lalu menjalankan kehidupan rumah tangga sebagaimana mestinya?

***

Pagi hari.

"Kurang ajar!" Widuri tak bisa menahan diri untuk mengumpat melihat kali ini putra dan menantunya pergi bekerja bersama-sama.

"Ibu. Apa yang terjadi? Kenapa mereka malah semakin mesra?" tanya Gendis yang juga mengintip sang kakak yang membuka pintu mobil untuk istrinya.

Widuri tak menanggapi pertanyaan putrinya, dia hanya langsung menutup kasar tirai jendela lalu menghentakkan kakinya berjalan pergi dari sana.

Widuri duduk di atas sofa dengan wajah geram, napasnya naik turun menahan kekesalan mengetahui jika ternyata sang putra tak mengindahkan aduannya.

"Ibu. Aku semakin yakin jika kak David sangat mencintai istrinya." Gendis duduk di samping ibunya.

Widuri terhenyak. Matanya terbelalak melihat Gendis di sampingnya.

"Ibu. Apapun yang akan ibu lakukan akan percuma saja. Kakak pasti akan lebih membela istrinya dibandingkan kita."

Napas Widuri semakin tak beraturan. Mukanya merah padam membayangkan jika Rania yang akan menguasai rumah ini nantinya, memerintah dan mengatur segalanya.

"Tidak!" Widuri berdiri dengan cepat. Membayangkannya saja sudah membuatnya seperti kehilangan akal.

"Tak akan ibu biarkan wanita itu mengalahkan ibu."

"Lalu apa yang akan ibu lakukan?"

Widuri berjalan mondar-mandir, memikirkan sesuatu.

"Ibu. Menurutku sebaiknya kita berdamai saja dengan kakak ipar, daripada nanti..."

"Tidak. Ibu tak akan pernah sudi jika harus hidup di bawah kendalinya."

"Ibu aku yakin kakak ipar tak akan seperti itu. Jika kita bersikap baik padanya, maka dia juga pasti akan memperlakukan kita dengan baik."

"Hah. Kamu anak kecil tahu apa? Jika dia berkuasa di rumah ini, bisa saja dia mengusir kita pergi dari sini."

"Mengusir?" Gendis tertawa lucu. "Tak mungkin kakak ipar mengusir kita ibu. Lagi pula kak David juga pasti tak akan membiarkannya."

Widuri menatap wajah putrinya.

"David pasti akan membiarkan kita pergi dari sini."

"Tak mungkin ibu. Kak David sangat menyayangi kita, lagi pula..."

"Diamlah. Kamu tak tahu apa-apa." Widuri membentak putrinya, lalu segera melangkah pergi dari sana, meninggalkan sang putri yang kaget juga penasaran apa yang sebenarnya tidak dia ketahui.

***

"Sepertinya mertuamu sedang ada acara." Gea melihat beberapa mobil terparkir ketika dia mengantarkan Rania pulang ke rumah mertuanya.

Rania lalu melihat sekeliling, suasana malam ini memang tampak lebih ramai dari biasanya.

Setelah Gea dan sopirnya pergi, dia akan masuk ke dalam rumah, namun terhenti ketika melihat mobil suaminya datang.

Setelah memarkirkan mobilnya, David segera keluar mobil, berjalan menghampiri istrinya.

"Kamu juga baru pulang?"

Rania mengangguk.

"Ada acara apa?" Rania penasaran sambil menunjuk beberapa mobil di depan mereka.

"Sepertinya ibu sedang mengadakan acara makan malam bersama dengan teman-temannya."

Rania mengangguk mengerti. Keduanya lantas berjalan memasuki rumah.

Sesampainya di dalam, keduanya disambut hangat oleh Widuri, dengan antusias dan wajah sumringah dia menghampiri putra dan menantunya.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Menantuku sudah pulang." Widuri memegang tangan Rania.

"Ayo sayang beri salam sama mereka, mereka semua teman-teman ibu." Widuri kali ini merangkul sang menantu dengan hangat, ingin membawanya ke hadapan para teman baiknya.

David tentu saja senang melihat sang ibu yang sepertinya sudah menerima istrinya. Melihat keakraban diantara keduanya membuatnya sangat bahagia.

Namun tidak dengan Rania sendiri, bukannya menuruti keinginan sang ibu mertua. Dia justru dibuat terpaku melihat sesuatu benda yang tidak asing dipakai oleh ibu mertuanya.

"Ayo sayang, ibu akan mengenalkan kamu pada mereka. Mereka sangat ingin bertemu dengan kamu, menantu baru ibu." Widuri melihat menantunya sambil tersenyum.

"Ibu tunggu." Rania menatap lekat kalung dan anting yang dikenakan oleh ibu mertuanya. Dengan cepat dia lalu melihat tangan Widuri, juga untuk melihat gelang yang melingkar di sana.

"Ibu. Kenapa ibu memakai perhiasan milikku?" tanya Rania pelan, namun sambil menatap mertuanya tajam.

"Sayang. Jangan seperti itu, ada banyak teman-teman ibu disini," jawab Widuri pelan sambil terus menyunggingkan senyuman palsu di wajahnya pada semua orang.

"Jawab dulu ibu. Kenapa ibu berani sekali memakai perhiasan peninggalan ibuku ini?" Rania tampak mulai geram.

Tiba-tiba David yang sudah mengerti apa yang terjadi memegang tangan istrinya.

"Ibu. Kami ke atas dulu untuk berganti baju, nanti kami akan turun lagi ke bawah untuk menyapa teman-teman ibu."

"Iya sayang. Baiklah." Widuri mengangguk.

David lalu menarik tangan istrinya untuk menaiki tangga, Rania hanya pasrah walaupun sebenarnya dirinya sedang sangat marah karena ibu mertuanya sudah sangat lancang sekali memakai perhiasan miliknya.

Sesampainya di dalam kamar, Rania dengan cepat menepis tangan suaminya kasar.

"Benar dugaanku jika ibumu sebenarnya ingin memiliki semua perhiasan milikku. Dasar pencuri!"

"Jaga mulutmu!"

Terpopuler

Comments

Abie Mas

Abie Mas

ga jadi cinta2 an langsung terberai2 rumah tangga gegara ibu

2023-06-21

2

sryharty

sryharty

ko mendadak berfikir kaya lagi nonton film India dadhkan yah,,
yang ternyta tuh si David bukan anaknkandung ibu widuri
si David cuma di manfaatkan sama ibu widuri

2023-04-18

1

Yuli maelany

Yuli maelany

apa lagi sebutan yang pantas untuk seseorang yang berani beraninya mengambil dan memakai barang milik orang lain tanpa ijin, meskipun itu adalah menantunya sendiri.....

2023-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!