Bab. 8 Kriteria

"Ada apa?" Gea melirik Rania yang semenjak masuk ke dalam mobil terus terdiam seperti memikirkan sesuatu.

"Tidak ada," jawab Rania sambil melirik sahabatnya sekilas.

"Apa terjadi keributan lagi?" Gea menerka-nerka.

"Tidak." Rania tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gea terdiam. Dia sangat tahu jika ada sesuatu yang dipikirkan bos-nya, namun sepertinya Rania tidak ingin menceritakannya.

"Oh iya. Apa jadwal kita hari ini?"

"Kamu lupa? Seharian ini kan kita akan mengadakan rapat dengan suamimu untuk membahas rencana akuisisi anak perusahaan kita dengan salah satu anak perusahaan suamimu "

Rania terbelalak. Bayangan kejadian tadi malam langsung melintas di ingatannya.

"Kenapa?" tanya Gea heran.

Rania menelan ludah. "Tidak," ujarnya singkat dengan senyum yang dipaksakan.

***

"Ibu. Jika ibu terus menghasut kak David terus, aku yakin jika lama-kelamaan kak David akan segera mengusir istrinya dari rumah ini."

"Kamu benar nak. Bagaimanapun juga kakakmu adalah anak ibu. Dia pasti akan lebih membela ibunya dibandingkan dengan wanita itu."

"Ibu. Apa rencana ibu selanjutnya jika kakak ipar telah pergi meninggalkan rumah ini."

"Apa lagi. Tentu saja langsung menikahkan kakakmu dengan gadis pilihan ibu. Kakakmu kali ini pasti tidak akan menolak untuk menikah dengan Rahayu." Widuri tersenyum senang.

"Wanita kampungan itu ibu?" Gendis menyeringai.

"Hush. Jangan asal bicara kamu ya! Dia anak teman baik ibu. Ibu sangat menyukai anaknya yang bernama Rahayu itu. Wanita rumahan yang pintar memasak dan mengurus rumah, tapi yang paling penting anak itu penurut dan mudah diatur. Ibu sangat ingin mempunyai menantu yang seperti itu."

Gendis tersenyum. Kini dia mengerti kenapa ibunya sangat tidak menyukai kakak iparnya yang sekarang. Rania adalah wanita modern, berpendidikan dan berprinsip. Tidak mudah dikendalikan apalagi diatur sesuka hati oleh ibunya.

"Apa kak David mau menikahi wanita itu ibu?"

Widuri langsung melihat putrinya. "Kakakmu pasti mau, pernikahannya gagal karena tidak mendengarkan perkataan ibu, kali ini dia pasti akan menuruti apapun keinginan ibu, termasuk menikahi Rahayu."

"Baiklah-baiklah ibu. Semoga rencana ibu berhasil."

***

Rania sibuk mempersiapkan berkas-berkas yang harus dibawanya ke ruang rapat, dia mengecek satu-persatu berkas yang sudah disusun oleh sekretarisnya.

Terdengar suara pintu terbuka.

"Apa rapatnya sudah akan dimulai?" tanya Rania tanpa melihat siapa yang datang karena terus fokus pada berkas-berkas di tangannya.

"Belum."

Rania kaget. Rupanya yang datang adalah suaminya, bukan Gea ataupun sekretarisnya.

Lagi. Sekelebat bayangan tadi malam, ketika suaminya mengecup mesra bibirnya kembali melintas di ingatannya, membuatnya malu sendiri hingga langsung menurunkan pandangannya.

David mengulum senyum. Dia terus berjalan menghampiri meja istrinya lebih dekat.

"Makanlah dulu. Kamu pasti belum sarapan." David menyimpan sebuah kantong berisi makanan di atas meja istrinya.

Rania yang salah tingkah hanya melirik kantong itu sekilas.

"Nanti saja. Rapatnya sebentar lagi akan dimulai."

"Rapatnya tidak akan pernah dimulai jika kamu tidak memakan makanannya," ucap David sambil memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celananya.

Rania melirik suaminya kesal.

"Aku sedang diet. Tidak sarapan pagi." Rania berdiri sambil mengambil semua berkas di atas meja.

Dia lalu berjalan meninggalkan mejanya, namun dengan sigap David menghadang langkahnya.

Rania mengerutkan kening melihat David yang berdiri tegak di hadapannya.

"Kenapa aku merasa jika kamu sepertinya ingin menghindariku? Apa karena kejadian tadi malam?"

"Ti-tidak," jawab Rania gugup sambil menggelengkan kepalanya.

David melangkah maju mendekati istrinya lebih dekat, membuat Rania sontak mundur ke belakang.

"Rapatnya sudah akan dimulai, mereka pasti sudah menunggu kita." Rania melihat jam tangannya.

David tak mendengarkan perkataan istrinya, dia terus berjalan maju mendekati Rania yang terus saja mundur ketakutan.

"Apa yang akan kamu lakukan? Nanti ada yang masuk kesini."

"Biarkan saja."

Rania tak bisa lagi mundur karena di belakangnya sudah ada dinding, dia hanya terus melihat sang suami yang semakin mendekat ke arahnya.

David sudah berhenti tepat di hadapan Rania yang berdiri gugup salah tingkah. "Aku hanya ingin memberitahumu jika apa yang aku katakan tadi malam itu benar-benar tulus."

Rania tak menjawab. Dia hanya celingukan tak menentu.

"Satu lagi! Jangan coba-coba menghindariku. Semakin kamu mencoba menjauh, aku akan semakin mendekat ke arahmu, seperti ini." David maju selangkah sehingga membuat tubuhnya kini menempel pada Rania yang langsung bereaksi dengan menahan napasnya.

Kedua tangannya lalu disandarkan pada dinding, mengunci Rania yang berdiri di tengah-tengah. Istrinya itu semakin dibuat salah tingkah. Napasnya terasa sesak karena sang suami yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

"Bagaimana?" David mendekati telinga Rania, lalu berbisik lembut padanya.

Rania tentu saja langsung kaget dibuatnya namun tak sempat dia menjawab, terdengar pintu terbuka. Gea yang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu langsung dibuat terkesiap melihat adegan di depannya, sontak dia langsung mundur sambil meminta maaf.

Kesempatan itu Rania gunakan untuk pergi dari sana, mendorong dada suaminya lalu menyusul Gea yang telah keluar dari sana dengan perasaan yang tak enak.

David hanya tersenyum melihat tingkah sang istri, dia pun segera menyusul Rania untuk segera pergi menuju ruang rapat.

Selama rapat berlangsung, sepasang suami istri mampu menunjukkan sikap profesionalisme mereka, di dalam ruang rapat keduanya bertindak selayaknya seorang pemimpin perusahaan yang akan bekerja sama, walaupun setelah pernyataan cinta suaminya, Rania menjadi agak sedikit canggung, namun dia mencoba untuk tak menunjukannya.

***

Malam hari.

Rania akan naik ke dalam mobilnya namun tiba-tiba David menarik tangannya.

"Kalian pulang saja. Kami akan pulang bersama." David melihat ke arah para asistennya dan asisten sang istri.

Mereka semua kompak mengangguk. David lalu menarik tangan istrinya untuk mendekat ke arah mobilnya, dia membukakan pintu mobil untuk Rania lalu memintanya untuk masuk.

Rania hanya terdiam patuh karena yang ada dipikirannya saat ini hanya takut jika ibu mertuanya marah akibat dari keterlambatannya pulang hari ini.

"Kamu jangan khawatir. Aku sudah menelepon ibu dan mengatakan jika kita akan pulang terlambat." Rupanya David yang sedang menyetir tahu kegundahan hati istrinya yang terus melihat jam di tangannya.

Perkataan sang suami tak serta merta membuat Rania tenang, dia tahu persis jika ibu mertuanya tak akan mudah menerima alasan apapun, pasti tetap akan mengomel dan memarahinya.

"Aku tak ingin mengatakan ini padamu. Tapi jujur saja ibumu membuat aku sedikit tertekan." Rania memberanikan diri mengutarakan isi hatinya.

David tampak menarik napas panjang.

"Aku tahu. Aku harap kamu bisa bersabar dan pintar-pintar mengambil hatinya. Sebenarnya ibuku bukan membencimu tapi kesal padaku karena aku tak menuruti keinginannya untuk menikahi wanita yang sudah dipilihkannya untukku."

"Wanita itu pasti memenuhi kriteria menantu idaman ibumu. Kenapa tidak menikah saja dengannya? Bukannya kamu selalu menuruti apapun keinginan ibumu?"

David langsung melirik istrinya.

"Kamu benar. Tapi untuk menjadikan seseorang sebagai istriku, aku mempunyai kriteriaku sendiri."

"Untuk masalah pendamping hidup, aku hanya akan menuruti apa kata hatiku, bukan orang lain, termasuk itu ibuku."

Terpopuler

Comments

Abie Mas

Abie Mas

benar ya kamu harus tegar antara menghadapi istri dan ibu

2023-06-21

2

Yuli maelany

Yuli maelany

lelaki memang akan selamanya menjadi milik dan tanggung jawab ibunya, tapi bukan berarti mesti d setir dan d kendalikan dalam hal apapun.....

2023-04-10

1

Fatiya Hasna

Fatiya Hasna

Niat hati kau menghindari,eeh mlh dipertemukan dalam kesempatan yang membuat lebih dekat🤭
Hadeuuuh,Bu,jangan terlalu memaksakan kehendak,krn yang dipaksakan itu tdk baik,biarkanlah David memilih jalan hidupnya untuk kebahagiaannya sendiri,krn berumah tangga itu tdk untuk ajang uji coba,melainkan untuk dijalani dgn sesungguhnya klo bisa cukup satu kali seumur hidup.
semoga setelah ini Rania jadi prioritas David tak melulu menuruti kemauan Ibu yang membuat Rania tertekan.

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!