Bab. 6 Jawaban Telak Menantu

"Ada apa?" Mereka dikejutkan dengan kedatangan David yang tiba-tiba.

David heran melihat Rania dengan wajahnya yang tampak sangat marah, menatap Gendis dan ibunya dengan sorot mata penuh amarah.

"Apalagi kalau bukan istrimu yang kembali membuat keributan di rumah ini." Widuri balik melihat Rania kesal. Wajah tuanya memancarkan kekesalan yang teramat.

"Apa? Aku buat keributan?" Rania semakin geram.

"Cukup! Katakan ada apa lagi ini?" David melihat ibu dan istrinya bergantian. Haruskah pagi ini harus dimulai dengan keributan lagi? pikirnya.

Rania tak menjawab, dia hanya membuang muka ke sembarang arah dengan napas naik turun menahan amarah.

"Kakak. Aku hanya ingin meminjam tas milik kakak ipar sebentar saja, tapi kakak ipar malah memarahiku." Gendis menghampiri kakaknya dengan manja.

"Iya. Hanya karena tas, istrimu sebegitu marahnya pada Gendis." Widuri menambahkan.

David mengernyitkan keningnya.

"Tas?"

"Iya. Tas ini loh kak, aku cuma akan meminjamnya sebentar untuk kuliah. Nanti juga aku balikin lagi ke tempatnya." Gendis mengambil tas lalu menunjukkannya pada David.

"Apa sebelumnya kamu sudah meminta izin?" David menatap tajam wajah adiknya.

Gendis gelagapan. Dia langsung melihat ibunya.

Widuri segera menghampiri sang putra.

"Nak. Mungkin adikmu pikir jika istrimu sudah bukan orang lain lagi, dia sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri. Antara kakak dan adik kan wajar saling pinjam meminjam barang tanpa minta izin terlebih dahulu."

Gendis mengangguk cepat mengiyakan perkataan ibunya.

Sementara Rania hanya menggeleng-gelengkan kepala semakin jengkel dengan pembelaan ibu mertua pada putrinya.

"Kembalikan tas itu sekarang juga." David menarik napas dalam-dalam sambil memegang keningnya dengan kesal. Kali ini rupanya adik kesayangannya yang membuat ulah.

Widuri dan Gendis tentu saja kaget.

"Apa?"

"Kembalikan tas itu sekarang juga!" David mengulangi perkataannya.

"Jadi kamu membela istrimu dibandingkan adikmu ini ya?"

"Ini bukan soal aku membela siapa ibu. Ini perkara sopan santun dan tatakrama. Tidak benar Gendis meminjam barang seseorang tanpa meminta izin terlebih dahulu."

"Tapi kan kakak..."

"Tas milikmu juga banyak. Kenapa harus memakai tas orang lain. Kalau mau tas baru kamu tinggal meminta uangnya kan sama kakak." David melihat adiknya geram.

"Tapi tas ini limited edition kak, walaupun kakak memberiku uang aku tetap tidak bisa membelinya karena sudah tidak dijual! Aku ingin memperlihatkannya pada teman-temanku, mereka pasti iri lihat aku pakai tas ini." Gendis merengek.

"Kakak bilang kembalikan!" Suara David meninggi.

Gendis terhenyak. Baru kali ini kakaknya membentaknya seperti itu. Dia langsung menunduk ketakutan.

"Hanya karena wanita itu sekarang kamu berani membentak Gendis?" Widuri dibuat tak percaya David telah memarahi putrinya hanya karena Rania.

Gilang yang sedari tadi duduk anteng di meja makan tampak menikmati adegan drama pagi-pagi keluarganya sambil sesekali cengengesan.

"Jangan terlalu memanjakannya ibu. Ibu pasti tahu jika yang sudah dilakukan Gendis itu salah." David melihat ibunya.

Widuri tak bisa lagi berkata-kata. Mulutnya kelu mendapatkan jawaban seperti itu dari putranya, karena dia menyadari jika memang putrinya salah.

Dengan wajah merengut Gendis lalu mengeluarkan barang-barangnya dari dalam tas, menyimpannya di atas meja makan lalu menyodorkannya dengan kasar pada Rania.

Rania yang amarahnya sudah sedikit mereda berkat sang suami yang ternyata mendukungnya hanya tersenyum miring.

"Simpan kembali di tempat dimana kamu mengambilnya!"

Gendis hanya mendelik kesal, apalagi ketika kini dia melihat kakak iparnya mengulum senyum penuh kemenangan.

Rania yang sudah tak berselera lagi untuk makan, mengambil tasnya lalu berjalan mendekati sang suami.

"Oh iya sayang. Mulai saat ini tolong pastikan tidak akan ada orang lain yang memasuki kamar kita." Rania berhenti tepat di hadapan suaminya, membenarkan dasi yang memang sudah terpasang rapi sambil tersenyum simpul menatap David

Setelah itu dia melirik sekilas mertua dan adik ipar sebelum akhirnya pergi melangkahkan kakinya dengan gontai meninggalkan semua orang.

David hanya terpaku melihat tingkah istrinya, lain halnya dengan Widuri dan Gendis yang menatap dengan gurat wajah penuh kebencian.

Beberapa saat kemudian

"Ibu. Kak David sudah berubah. Dia lebih menyayangi istrinya dibandingkan kita sekarang!" Gendis berjalan mondar-mandir dengan kesal.

Widuri tak menimpali. Dia hanya terus bersedekap dada dengan wajah menyiratkan kekesalan.

"Ibu. Bersiap-siaplah. Lama kelamaan wanita itu akan menguasai rumah ini karena kak David yang lebih membelanya dibandingkan kita."

Mendengar ocehan Gendis membuat Widuri semakin tersulut emosi, tangannya mengepal membayangkan jika dirinya akan ada di bawah telunjuk sang menantu.

"Tidak bisa dibiarkan. Ibu tidak akan membiarkan hal itu terjadi."

"Lalu apa yang akan ibu lakukan?"

"Ibu harus berbuat sesuatu yang membuat kakakmu membenci istrinya. Kakakmu tidak boleh lepas dari kendali ibu, dia harus selalu menuruti apapun keinginan ibu."

***

"Ada yang aneh. Kenapa ibu mertua dan adik-adik iparnya begitu membencimu?" Gea menatap Rania heran.

Rania hanya menghela napas panjang membuka satu persatu lembar kertas di tangannya lalu sesekali membubuhinya dengan tanda tangan.

"Kamu kaya, cantik, berpendidikan dan bukan putri orang sembarangan. Seharusnya mereka senang dan bangga kamu menjadi menantu di rumah itu," ujar Gea lagi sambil berdiri di samping Rania.

"Karena aku tidak bisa masak," jawab Rania enteng masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Bukan itu. Aku tahu pikiran ibu mertuamu tidak sekolot itu," timpal Gea pelan sambil berpikir keras.

"Kalau begitu kamu pikir karena apa?"

"Entahlah. Hanya saja terlalu aneh jika mereka begitu membencimu tanpa ada alasan. Iya kan?" Gea menatap bosnya.

Rania hanya mengulas senyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Gea mengatur ulang jadwal bosnya, memadatkannya di siang hari agar Rania bisa pulang sesuai waktu yang diinginkan oleh mertuanya.

Semua itu karena Rania tak ingin terus mendengar ocehan sang ibu mertua, yang pasti akan menggema jika dia pulang terlambat sedikit saja.

Sesampainya di rumah, seperti biasa, Rania disambut wajah sangar Widuri, melihatnya tak suka karena rupanya masih teringat kejadian tadi pagi.

"Mau apa masih sore sudah pulang, kenapa tidak malam saja sekalian, toh kamu tidak akan bisa menyiapkan makan malam juga kan?" Widuri tersenyum sinis.

Rania menghela napas panjang. Heran kenapa ibu mertuanya selalu punya cara untuk menyudutkannya.

"Masuklah ke kamarmu dan duduk manis disana. Tunggu pelayan memanggilmu untuk makan malam. Itu maumu bukan?" Widuri mengakhiri perkataannya dengan tersenyum miring.

"Tentu saja. Seperti yang ibu dan putri ibu juga lakukan." Rania balik tersenyum.

Widuri langsung terkesiap mendengar jawaban tak terduga menantunya.

"Ibu. Baik-baiklah padaku. Jangan memperlakukanku terlalu keras. Ingat jika ibu juga mempunyai seorang putri yang tidak bisa apa-apa."

Terpopuler

Comments

Vhi_Wie

Vhi_Wie

ahahaha, skak matt kan mak widuri, bisa apa aja tuh anak gadis ibu? 🤣🤣🤣

2023-07-11

3

Abie Mas

Abie Mas

rania yg bijak

2023-06-21

1

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

kalau orang yg sombong mesti di lawan dg kesombongan lagih,biar ga merasa di atas angin

2023-06-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!