Saat kami hampir sampai ke depan selaput transparan dari menara, secara tiba-tiba melesat sesuatu dari kejauhan.
CTAR!
Petir! “Fang!” Fang kena telak serangan petir tersebut. Tersungkur tidak berdaya, dan ketiga gulungan yang di pegang Fang menggelinding ke tanah.
“Jangan harap kamu bisa menang!”
Aku balik badan. Itu Karl dan Kerl! Kenapa dia masih bisa bergerak?
“Jangan berekspetasi kalau kamu bisa lari, Adrian! Kini aku kembali dengan kekuatan yang lebih besar!” Sepertinya Karl sangat marah ya.
Karl dan Kerl kembali dengan awan yang lebih besar berwarna putih. Karl mencengkeram tangan kanannya kuat-kuat, terbentuk sebuah energi kuning seperti petir. Karl tersenyum tipis, langsung melemparnya menuju kearahku.
Aku gesit menghindar. Dan petir tersebut mengenai selaput transparan milik Daisy, membuat selaput tersebut sedikit retak.
“Hahahaha! Mau ke mana? Adrian.” Karl mencengkeram kedua tangannya ke atas langit, melempar banyak petir kuning menuju kearahku.
Dan dibantu Kerl yang mengambil sedikit awan dari yang mereka duduki, menjadi api. Lantas Kerl melemparkannya bersamaan dengan petir kuning milik Karl.
CTAR!
BUM!
Serangan tersebut susul menyusul kearahku. Aku menghindar menyamping, beberapa detik setelah banyak petir dan api dilemparkan, aku melempar bola kecil, membuat pelindung selaput tipis.
Selaput tipis yang kubuat tidak sekuat yang aku kira. Selaput itu mulai berlubang, terkena serangan beruntun dari mereka. Aku melempar bola dan melapisi selaput yang telah berlubang tadi.
Pssttt...
Aku melempar bola asap ke atas, membuat kepul asap yang lumayan tebal untuk membatasi pandangan mereka.
Aku berlari dari balik pepohonan, sembari melemparkan bola-bola kecil dari kantongku, untuk mengecoh mereka.
Karl dan Kerl tidak bisa melihat dari atas, menengok ke kanan dan kiri dengan cepat, tetap awas terhadap situasi.
Hehe... saatnya untuk serangan pamungkasnya!
“Hup!” Aku mendorong tubuhku untuk melompat. Melemparkan bola kecil berwarna perak dengan motif garis-garis tipis berwarna oranye menuju Karl dan Kerl, membuat suhu disekitar mereka memanas secara tiba-tiba.
“Panas!!!” Kepulan asap menghilang dengan cepatnya. Dahi Karl dan Kerl mengucurkan banyak keringat, berteriak kepanasan.
Aku mendarat di permukaan tanah dengan sempurna, tanpa ada sakit sedikitpun.
Beberapa detik setelahnya, Area panas dari bola tersebut menghilang bersamaan dengan awan merah mereka. Karl dan Kerl kembali pingsan dan terjatuh di atas tanah berlumpur.
Abel, Tetam sudah pingsan. Karl dan Kerl apalagi, sudah dua kali mereka pingsan. Gulungan kami juga sudah lengkap. Yang tersisa adalah kami hanya perlu meletakkan gulungan tersebut ke dinding transparan itu kan?
Aku menyeringai lebar, balik badan.
TEETT!!!
“Ya, selamat kepada tim Thomi dan Ben!” Daisy menghilangkan dinding transparannya. Airiz langsung melompat turun, merangkul Ben yang telah meletakkan gulungan tersebut.
“Hah?! Ada ya peraturan yang seperti itu?!” Aku shock, berjalan perlahan.
Airiz tertawa terbahak-bahak melihat reaksi ku. “Hei, sejak kapan latihan ini soal si kuat atau si lemah? Yang penting kan kalian hanya perlu meletakkan ketiga gulungan yang berbeda di sini.” Airiz menunjuk menara di belakangnya.
“Sini kamu! Ben!” Aku berlari kearahnya. Sebelum tepat aku meraih kerahnya, Daisy membuat sekat tipis di antara kami. Membuat aku tidak bisa mendekati mereka berdua.
“Sudah, kita bawa mereka yang pingsan dulu. Baru masalah selanjutnya di selesaikan nanti.” Airiz melangkah, menggendong Fang yang terkapar pingsan.
Daisy mengangguk setuju. Kemudian melompat turun dari menara, melepas sekat yang dia buat untuk Thomi dan Ben. Lantas Daisy berlari menggendong Tetam di bahu nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kenka-san
Wihhh, semangat Author!! 🔥🔥🔥
2023-04-13
1