Cerita Malam (2)

Test nya sendiri diadakan pada tepat siang hari. Gerald yang datang dari ujung kota, sudah tahu akan hal itu dan dia datang tepat pada siang hari.

Pada saat pendaftaran dibuka, banyak orang yang mengantri panjang mengambil kartu urutan mereka masing-masing. Dan Gerald mendapatkan nomor urut yang paling akhir. Walaupun demikian, Gerald tetap bersyukur. Setidaknya dia masih mendapatkan kartu peserta, karena ada banyak orang dibelakangnya tidak dapat kartu peserta/urut, yang berujung tidak dapat ikut test nya

...----------------...

Gerald dan peserta lain diarahkan ke sebuah arena, dengan dikelilingi oleh para petinggi dan ketua dari setiap fraksi.

Di setiap Kerajaan memiliki delapan fraksi dengan lebih dari seratus anggota dan satu ketua pada masing-masing fraksi tersebut.

“Ujian sebentar lagi dimulai. Harap setiap peserta segera berkumpul menuju sumber suara.” Gerald yang mendengar suara tersebut, langsung bergegas lari menuju arah suara.

Tidak memakan waktu lama, seluruh peserta termasuk Gerald sudah berkumpul ke tengah arena dan di sambut para petinggi beserta ketua dari berbagai macam fraksi yang tengah duduk di atas sembari menatap para peserta.

“Baik, semua sudah berkumpul. Selanjutnya, Raja yang akan mengambil alih peran.”

Para peserta ricuh, saling berbicara dengan orang disampingnya walaupun sebelumnya tidak pernah saling mengenal.

Setelah lima menit berlalu, pertandingan pun dimulai.

Selama pertandingan, Gerald menyaksikan banyak kekuatan yang unik. Mereka saling bertarung satu sama lain. satu persatu peserta mulai gugur, sementara Gerald hanya menonton pertarungan antar peserta.

Tidak hanya dia saja, beberapa peserta pun juga melakukan hal yang sama. Kendati demikian, ternyata strategi ini efektif karena tidak perlu membuang-buang banyak tenaga.

Lima belas menit berlalu, jumlah peserta tersisa sedikit. Dia bersiap dalam posisi bertempurnya, begitu juga dengan beberapa peserta yang sebelumnya tidak bertarung seperti Gerald.

Setelah pertandingan tersebut berakhir, para peserta yang gugur dibawa ke fasilitas kesehatan di Kerajaan tersebut.

...----------------...

“Setelah itu apa Yah?” Abel bertanya antusias.

Ayah tersenyum simpul, “Setelah dari pertandingan itu, Gerald diterima fraksi terkuat dalam Kerajaan tersebut.”

Aroma harum masakan mulai tercium, “Semua peraturan di fraksi itu memang ketat, tapi Gerald bisa menghadapinya dengan mudah.” Ibu menimpali perkataan Ayah.

Ayah mengangguk, “Peraturan ketat, misi berat, harapan dari penduduk disana hari demi hari dilewati Gerald dengan mudah, seperti tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam hidupnya.”

“Hah? Memangnya berat ya? Bukannya kalau penduduk semakin berharap dengan kita, kita malah semakin bersemangat?” Aku tanpa sadar memotong perkataan Ayah.

Ayah sedikit terkekeh melambaikan tangan, “Memang betul. Semakin mereka mengharapkan kita, semakin bersemangat pula kita. Tapi jika itu terjadi terus-menerus, harapan masyarakat itulah yang sedikit demi sedikit memberatkan beban dipundak setiap anggota fraksi yang populer.”

Ibu mulai menaruh piring-piring berisi nasi dan lauk-pauk, “Kalau kalian mengira akhir cerita Gerald hanya menjadi prajurit terhebat dan terkuat saja, kalian bertiga salah besar.” Kali ini Ibu yang melanjutkan cerita Ayah.

“Dalam enam tahun, dia memang mendapat simpati dari masyarakat. Bahkan menjadi wakil ketua dari fraksinya. Tapi di masa itulah masa terburuk Gerald, bahkan jika dia bisa menghilangkan ingatannya sendiri, dia pasti akan melakukannya.” Ayah membagikan jatah makan malam kami.

“Tepat pada hari kenaikannya sebagai wakil ketua fraksi, adiknya yang bernama Aarav telah menjadi buronan Kerajaan.”

Tetam menurunkan tangan, “Buronan?”

Ibu tersenyum, lalu mengangguk. “Iya, tapi Tetam, kamu tetap menggambarkannya memakai kekuatan kamu. Supaya ceritanya semakin menarik.”

Tetam mengangguk, mulai menaikkan tangannya.

“Dan yang disuruh untuk memburu Aarav tersebut ialah Kakaknya sendiri. Biarpun mereka bukan saudara kandung, tapi Gerald sudah menganggap Aarav sebagai Adiknya sendiri.”

“Gerald diberikan waktu selama tiga puluh hari untuk membunuh adiknya. Awalnya dia tidak tahu bahwa buronan itu adiknya sendiri, karena di poster selebaran tidak mencantumkan nama ‘Aarav’ di dalamnya.”

“Tapi setelah mereka bertemu dan saling bertatapan, Gerald tahu bahwa itu adiknya. Meskipun wajah dan fisiknya sudah sangat berbeda, tapi dia merasakan ikatan yang kuat.”

“Nah Abel.” Ibu menyodorkan air putih kepada Tetam yang sedang tersedak, lalu dia meminumnya dengan buas seperti tiga hari tidak minum.

“Gerald tahu bahwa adiknya telah dimanfaatkan orang lain, tapi dia tidak bisa mengubah pemikiran adiknya begitu saja. Pertarungan pun tidak terelakkan. Setiap tebasan yang dilayangkan ke Aarav mengenainya, maka sakitlah hati kecilnya.”

“Tapi walaupun hatinya teriris, Gerald tetap melanjutkan pertarungan sampai Gerald lah yang memenangkan pertarungan itu. Gerald mengira bahwa Aarav akan menjadi kesatria terhebat di Kerajaan. Setiap hari dia membayangkan bertarung dengan adiknya sendiri, lalu setelah itu mereka berjabat tangan saling menghargai.”

“tapi dia tidak pernah membayangkan hari ini terjadi. Aarav, Sang Bencana mati ditangannya sendiri.”

“Dia memutuskan untuk membawa jasad adiknya ke Istana Kerajaan, berharap akan dimakamkan dengan layak. Tapi nahas, jangankan dikasihani, dilirik pun enggan. Mereka malah membakar jasad adiknya dan dipertontonkan ke semua masyarakat.”

“Bertambah lagi lah sakit hatinya. Seminggu setelah kejadian itu, dia dijodohkan oleh Raja dengan putri sulungnya. Karena Raja tidak memiliki anak laki-laki untuk mewarisi tahtanya.”

“Singkat cerita, dia menikah dan menjadi Raja. Para penduduk bersorak-sorai merayakan Gerald naik tahta menjadi Raja.”

“Selesai.”

“Selesai?” Aku bertanya termangu.

“Iya, sudah selesai. Cerita selesai, makan malam pun dah selesai. Hihi...” Tetam menimpali.

Hm? Aku menatap sekeliling. Oh? Memang benar! Semua makanan yang banyak tadi habis!

“Ayah, apa itu kisah nyata?” Abel ikut membantu Ibu menumpukkan piring bekas makan malam.

Ayah menjilati jari-jarinya yang masih tersisa– sisa makanan, “Oh, iya. Itu kisah nyata. Apa kalian mau tahu nama lengkapnya?” Kami mengangguk serentak.

Ayah terkekeh, kemudian memberitahu. “Nama lengkapnya ialah Gerald Anastasia.”

Tetam menurunkan tangannya, “Itu berarti...”

“Iya. Ini kisah perjalanan hidup Raja di masa sekarang Nak Tetam.” Ayah menimpali.

Aku beranjak berdiri, mencuci tangan. Begitu juga dengan Tetam dan Abel (setelah dia membantu menumpuk piring).

Aku menatap Tetam saksama, “Kenapa kamu ikut cuci tangan juga? Bukannya tadi hanya bayanganmu yang dipakai untuk kamu makan?”

Tetam terkekeh, “Ikut-ikutan saja Kak, hehe...” Aku menepuk jidat.

Abel selesai mengelap tangannya, “Ayo, jangan berlama-lama di sana, nanti habis air kita tak mampu bayar.” Aku dan Tetam mengangguk, menggosok cepat tangan yang berbusa, lantas mengelap nya ke kain lap disampingnya.

Selesai mencuci tangan, aku diarahkan mereka berdua menuju kamar baruku, setidaknya baru untukku.

“Nah, sekarang kita bertiga akan tidur dikamar ini. Ayah dan Ibu akan tidur dikamar sebelah, kamu tidak keberatan Adrian?”

Aku tersenyum, menggeleng. “Ini pun sudah cukup Abel. Aku dulu bertahun-tahun tidur di balik tempat sampah yang besar dengan adikku.”

Abel mengangguk. Tetam dan aku merebahkan badan dilesehan, sementara itu Abel beranjak meraih selimut besar di atas lemari kayu.

Terpopuler

Comments

Kenka-san

Kenka-san

Emang The Best lah cerita ni

2023-03-25

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!