“Hati-hati Adrian!” Fang tersungkur. Mendongak, melihat ada Tetam di belakangku.
Aku yang sadar, cekatan mengambil sembarang bola. Dan melemparkannya ke belakang.
BUM! Tetam terpental jauh dari area pertarungan.
“Hm, sepertinya mereka menarik ya.” Daisy jongkok, minum jus sambil menyaksikan kami dari atas menara.
Aku menoleh ke arah Daisy sekejap, lantas kembali fokus bertarung.
Cih, mereka santai sekali menyaksikan kami bertarung satu sama lain. Dan terlebih lagi, pemenangnya hanya ada satu. Karena satu gulungan sisanya ada di tangan mereka.
Abel menggeram, Fang mengambil busur dan anak panah dari dalam telapak tangannya, menargetkan dan menembak anak panah tersebut ke arah Abel.
Abel cekatan menghindar, membalasnya dengan anak panah yang dibuatnya dengan kekuatan air nya.
Fang berusaha menghindar, anak panah Abel memang meleset, akan tetapi serangan tersebut sedikit meninggalkan goresan di pipinya.
Aku mendarat di salah satu dahan pepohonan, kembali mengambil bola kecil dari kantongku, dan melemparnya ke Abel yang masih memandang tajam Fang.
Abel berhasil menangkapbeberapa bola kecilku dengan bola air yang sedikit lebih besar untuk memerangkap bola kecilku. Namun, tersisa satu bola yang masih belum di tangkap Abel, dan bola tersebut tepat mengenai tubuh Abel. Dan membuatnya jatuh dari dahan pohon.
“Sekarang Fang!” Aku berteriak. Fang mengangguk, lantas dia mendorong tubuhnya sendiri untuk mendekati Abel dan mengambil gulungan tersebut.
Jarak antara Fang dan gulungan itu semakin dekat. Tapi, seketika tangan-tangan panjang mengikat sekujur tubuh kami, dan hanya menyisakan matanya saja untuk melihat.
“Kamu lambat, Tetam.” Abel berdiri, menepuk pakaiannya penuh kepulan debu.
Tetam menyengir lebar, menyilangkan tangannya, “Yang penting aku datang bukan?”
“Ya sudah, yang penting kita sudah mendapatkan ketiga gulungan yang berbeda.” Abel menunjukkan ketiga gulungan tersebut kepada Tetam.
Mereka hanya asyik mengobrol berdua. Entah secara kebetulan, atau memang di rencanakan, tangan kanan Fang dengan tangan kirinya. Yang otomatis memudahkannya mengambil senjata-senjatanya.
Fang mengambil pedang bulan sabit dari tangannya, dan menyerap seluruh bayangan yang mengikat tubuhnya.
Di tengah asyiknya Abel dan Tetam berdebat, Fang sudah lebih dulu mengembalikan dua kali lipat serangan bayangan milik Tetam, yang membuat mereka langsung terikat dengan bayangan dari pedang bulan milik Fang.
Abel dan Tetam yang terikat, meronta-ronta ingin melepaskan diri. “Cih. Tetam, kita tidak boleh berlama-lama di sini.” Tetam mengangguk, langsung menyerap teknik bayangan tersebut. Dan segera melepaskan Abel setelah dia lepas dari ikatan kekuatan bayangannya sendiri.
Abel mengatupkan tangan. Air dari kakinya dengan cepat membesar, membentuk wujud seperti naga. Bersisik, berkumis panjang, panjang tubuhnya seperti ular, namun dengan ukuran yang lebih besar.
Tetam menaiki naga tersebut, memanipulasi bayangan air nya, dan membuat naga itu semakin besar dari ukuran sebelumnya.
Fang berlari kearahku, segera melepaskan ikatan dari teknik tangan-tangan bayangan Tetam. Aku terbebas, langsung berdiri dan bersiap dengan pertarungan ronde kedua.
Abel mengubah sedikit posisi tangannya. Naga besar itu melayang rendah, mendekati kami sembari mengangakan mulutnya.
Aku dan Fang gesit melompat ke atas dahan salah satu pohon terdekat di sana. Naga tersebut berubah arah dan segera mendekati kami.
Aku melemparkan bola kecil, tapi Tetam berhasil menghadangnya dengan tangan yang terbuat dari bayangan naga tersebut dan membuangnya ke sembarangan arah, membuat salah satu pohon di sana rubuh.
Abel mengubah posisi tangannya lagi, naga itu menganga ke atas, memuntahkan banyak anak panah. Beberapa detik kemudian anak panah tersebut perlahan turun dari langit, membuat area kami menjadi hujan panah.
Aku dan Fang meliuk-liuk, gesit menghindar. Beberapa kali kami juga menyambut anak panah tersebut dan melemparkannya kearah mereka. Tapi Tetam cekatan membuat dinding dari bayangan, membuat anak panah yang kami lempar kembali menjadi air seperti semula.
Abel mengubah posisi tangannya, naga itu juga mengubah arah targetnya. Naga tersebut mengangakan mulutnya, memuntahkan gelembung air yang banyak ke sembarang arah.
“Jangan mendekat ke gelembung itu Adrian!” Fang berteriak sembari memotong gelembung tersebut untuk memecahkannya.
...****...
“Jadi, apa masalahnya jika mereka menggabungkan kekuatannya?” Aku melompat, melihat sekeliling. Mencari gulungan yang sengaja di sebar.
Fang turun dari dahan pohon, melihat sekeliling dengan awas. “Masalahnya? Besar sekali. Kamu baru datang ke sini beberapa hari lalu bukan?” Aku mengangguk. “Nah, setiap hari libur kami memang selalu latihan. Dan yang paling merepotkan jika latihan berkelompok adalah mereka berdua.”
Aku masih menatap bola mata Fang, tidak mengerti. “Kamu tetap tidak mengerti? Baiklah. Tetam, kekuatannya bukan sekedar membuat bayangan dari bayangan dirinya, musuh, atau benda di sekelilingnya saja. Tapi juga bisa membesarkan ukuran dari benda yang punya bayangan. Ingat lho ya, ‘benda’.”
Aku mengangguk lagi, masih tetap memperhatikan Fang bicara. “Di banyak latihan kelompok, jika Tetam dan Abel berada di kelompok yang sama, Abel pasti mengeluarkan teknik andalannya.”
“Teknik andalan?” Aku mengulurkan bola kecil ke tanah, untuk berkamuflase jika ada situasi yang tak terduga.
Fang tersenyum, menyambut bola tersebut. “Teknik naga. Itu adalah teknik andalannya. Tekniknya itu bisa mengeluarkan hujan panah, gelembung air yang bisa memerangkap orang. Dan jarum-jarum kecil yang sangat banyak jumlahnya.”
Aku melompat dari satu dahan ke dahan yang lain, sambil tetap waspada. “Teknik ini berbahaya bukan hanya karena naga nya, Adrian. Tapi Tetam. Dia yang akan membesarkan ukuran naga itu. Dan jangkauan serangan mematikan dari teknik naga Abel juga semakin luas.”
Fang menemukan letak gulungan yang dimaksud, “Tapi, kamu tahu kelemahan dari air dan bayangan bukan? Dan terlebih lagi, kamu punya semua itu bukan.” Fang tersenyum, hendak mengambil gulungan tersebut.
...****...
“Sekarang! Adrian!” Fang berlari dari balik pepohonan, melemparkan bola kecil ke udara, dan menghasilkan bunyi yang mengganggu pendengaran serta penglihatan, karena bola tersebut sekaligus membuat cahaya yang terang dalam beberapa detik, membuat ukuran besar naga tersebut menjadi seperti semula.
Aku melompat dari dahan, langsung balas melemparkan bola dari sakuku. Mengeluarkan hawa panas, sepanas berada di gurun. Kemudian aku langsung melapisinya dengan bola yang membuat selaput tipis sebesar kubah, untuk mengunci hawa panas di dalamnya supaya tidak merembes ke mana-mana.
“Hah.. hah.. panasnya...” Tetam mengipas wajahnya dengan tangan.
Abel yang tenaganya telah terkuras, sudah pingsan di dalam kubah tersebut karena kehabisan tenaga.
Beberapa detik kemudian, hawa panas tersebut hilang bersama dengan kubahnya. Tetam sudah terkapar lemas, masih sadar. Namun, dia sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Fang dengan cepat mengambil kedua gulungan yang dimiliki Abel dan Tetam.
“Yes! Ketiga gulungan nya sudah lengkap!” Fang gembira, mengepalkan tangannya.
“Wah, menarik sekali.” Airiz menyilangkan tangannya, menatap kami dari atas menara.
Fang menyeringai lebar, berlari mendekati pintu menara. “Sekarang, kita tinggal meletakkan ketiga gulungan itu ke selaput transparan itu. Ayo, Adrian.” Aku mengangguk, menyusul Fang yang tengah berlari menuju menara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kenka-san
Itu maksudnya tangan kanan Fang dekat dengan tangan kirinya
2023-04-10
1