Gurita yang kami pesan telah matang. Tetam menyambut antusias gurita tersebut. Kalian tidak pernah kan? Melihat satu gurita berukuran sebesar buah kelapa ada di tangan kalian hanya dengan harga beberapa puluh koin?
Abel dan aku juga menyambut makanan yang kami pesan tersebut, kemudian kami melangkah pergi ke tempat lain.
Setelah kami pergi, para pengunjung segera berpindah dari ke gerai ini. Memesan gurita seperti kami. Aku tidak tahu apa yang ada di benak mereka. Apakah karena gurita itu enak? Apakah karena ukuran dari gurita tersebut besar? Atau keduanya? Entahlah.
Setelah Tetam puas keliling, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah sebentar. Katanya supaya stamp kita hemat, jadi kita makan di rumah saja. Kata Tetam. Dan kebetulan sudah hampir sore juga sih, jam tiga.
“Abel. Festival itu memangnya tidak pernah sepi ya?” Aku melontarkan pertanyaan di tengah perjalanan.
Abel menoleh, “Aku tidak terlalu tahu sih, ini juga kali pertama aku pergi ke acara festival. Begitu pula dengan Tetam. Tapi setahuku, acaranya memang tidak pernah sepi. Mereka hilir-mudik belanja makanan di sana. Dan kalaupun stampnya habis, mereka tinggal beli saja ke tempat panitianya.” Aku mengangguk pelan.
“Tapi memangnya boleh ya? Kalau kita pulang duluan, terus kembali lagi ke sana?” Tetam tidak menjawab, hanya mengangkat bahunya.
“Yang pentingkan kita sudah izin dengan Pak Arion. Dan dia juga memperbolehkan kok, Adrian. Jadi ya kita pulang saja. Tapi itu juga ada gunanya lho.” Tetam balik badan, berjalan mundur.
Aku penasaran, mengangkat sedikit kepala, “Memangnya apa?”
Tetam memejamkan matanya, menyeringai. “Kita jadi hemat stampnya, Adrian.”
“Bukannya kita bisa beli stampnya lagi kan? Iya kan, Abel?”
“Kita tidak punya uang, Adrian. Jadi otomatis kita tidak bisa lagi beli stamp itu.” Tetam balik badan, memimpin perjalanan.
Tidak lama setelah kami mengobrol, kami telah kembali kerumah. Abel mengetuk pintu, masuk, kami langsung masuk memberikan salam.
“Ibu, Tetam pulang.” Tetam tersenyum riang, berlarian menuju dapur.
Aku dan Abel saling lirik, mengangkat bahu. Lalu lanjut berjalan menuju dapur.
“Wah... kalian sudah pulang?” Ibu tersenyum menatap kami, menumpahkan sosis ke atas piring.
Aku melirik, Tetam sudah berada di atas kursi, sedikit mengentakkan kedua tangannya yang memegang sendok dan garpu, tidak sabaran.
Abel sudah menuruni tangga, di susul aku. Kemudian duduk manis di atas meja, menunggu makanan siap.
“Bagaimana dengan acara festivalnya?” Tanya Ibu yang sedang menggoreng makanan.
“Biasa saja bu. Tidak ada yang spesialnya.” Aku buru-buru menjawab.
Ibu kembali meletakkan makanan ke atas piring, tersenyum. “Iya pantaslah biasa saja, acara puncaknya kan malam hari. Habis dari sini, kalian akan kembali ke sana bukan?” Tetam mengambil piring, mengangguk.
“Ayah di mana, Bu?” Aku beralih ke topik selanjutnya.
“Ayah masih di kebun. Biasalah.” Ibu duduk, ikut makan bersama kami.
Abel mengambil dan memakan makanan dengan buas kali ini, tidak kalah dengan Tetam.
Lima belas menit selesai, Abel segera mengambil handuk, pergi ke kamar mandi. Di sela menunggu Abel mandi, aku dan Tetam membantu mencuci dan mengelap piring beserta gelas yang masih basah. Sesekali berbicara, tapi lebih banyak diamnya.
Kami sampai kembali ke acara festival, tepat sesudah matahari baru saja tenggelam. Banyak lampu tersusun rapi berwarna-warni pada tiang dan gerai-gerai di sana.
Tidak hanya itu, orang-orang yang berdatangan semakin banyak. Bahkan lebih banyak daripada tadi siang. Anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai kakek-nenek yang sudah duduk di kursi roda pun hadir disini.
Kami berjalan masuk ke acara festival tersebut. Anak-anak berlarian hilir-mudik. Beberapa sambil memegang tangan temannya.
Beberapa remaja lainnya menghabiskan waktu bersama pacarnya dengan bermain menangkap ikan menggunakan kertas tipis yang mudah rusak terkena air, bermain tembak balon seperti yang aku lakukan tadi siang setelah keluar dari gedung. Lalu, ada juga yang hanya makan mie di gerai sambil malu-malu saling menatap satu sama lain.
“Ternyata lebih banyak dari dugaanku ya.” Aku melirik kanan kiri, melihat anak-anak dan orangtua yang tengah seru bermain.
“Ya pasti dong. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan satu kali dalam setahun.” Tetam berjalan sedikit lebih maju.
“Kesempatan satu kalo dalam setahun?” Aku termangu.
Tetam ingin menjawab pertanyaanku, namun urung karena Abel sudah berbelok arah dari kami. “Hei, Abel. Kamu mau ke mana?” Tanya Tetam yang bingung melihat Abel membeli permen kapas.
Abel menoleh kebelakang, “Ya beli permen kapas lah. Apa lagi?” Abel balik badan, “Permen kapas nya satu ya kak.” Kakak tersebut mengangguk. Dengan gerakan cepat dia menggulung kapas tipis itu menjadi kapas yang berukuran besar dan ringan.
Abel menerima permen kapas tersebut, lalu memberikan satu stamp nya kepada Kakak tersebut. Berjalan menghampiri kami, “Ayo, kita lanjut Tetam, Adrian.” Aku dan Tetam saling lirik, mengiyakan Abel, lantas kami lanjut berjalan.
“Kita pergi ke mana, Tetam? Apa kita akan pergi ke tempat kakak yang jualan gurita besar siang tadi?” Tanyaku sambil melirik permen kapas Abel berwarna merah muda.
Tetam menggeleng, menunjuk gerai tadi siang. “Kamu lihat sendiri bukan? Setelah mereka mencium aroma gurita tadi siang, kedua kakak itu mendadak banjir stamp dari para pembeli. Dan lihat, antriannya panjang sekali.” Aku mengangguk, masuk akal juga ya.
“Terus kita akan pergi ke mana?”
Tetam menyeringai, “Nah... itu yang akan aku tunjukkan. Pasti kalian sangat amat sekali dan banget terkejut.”
“Halah sok tau. Padahal kamu baru pertama kali ke sini saja sudah ributnya minta ampun.” Abel menunjuk Tetam dengan tangkai beserta permen kapas miliknya.
Tetam mendengus, menjambak permen kapas dan memakannya, “Ck, belum juga sampai, sudah begitu duluan.”
“Hei! Permen kapasku! Kalau mau, beli sana.” Abel menarik permen kapas yang diambil Tetam dari tangannya.
Tetam tidak membalasnya. Sebaliknya, dia menyeringai lebar. “Nah, ikuti aku. Jangan banyak tanya, ini pasti seru kok.” Tanpa menunggu kami, Tetam sudah berlari, dan menerobos di tengah keramaian yang ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kenka-san
Boring banget min... 🗿
2023-04-22
1