Merciless: The Exiled Knight

Merciless: The Exiled Knight

Ch 0. Pembantaian Masal

{Bab ini adalah Flash-forward, atau ringkasan kejadian yang terjadi di masa depan, jauh setelah cerita dimulai. Fungsinya untuk menggambarkan perkembangan MC yang hampir overpowered, setelah melakukan pelatihan hari demi hari/ 'Solo Leveling'}

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi yang cerah, berlokasi diatas hamparan tanah rerumputan yang sangat luas. Tempat yang dikelilingi perbukitan itu, akan menjadi arena pertempuran dari dua kubu kerajaan, yang saling bersitegang dalam memperebutkan kejayaannya.

Disudut barat, terdapat kubu Kerajaan Grantarte, dipimpin oleh salah seorang jenderal perang yang terduduk diatas kuda kebanggaannya, membelakangi ratusan ribu pasukan berkuda lainnya yang tengah bersiap menghadapi puluhan ribu pasukan berkuda, dari kubu kerajaan Vargandy.

"Kejayaan akan terus berpihak pada kerajaan Grantarte! Hidup Raja Verdy Grantarte III!" sorak Zacques Grantarte seraya mengacungkan pedangnya, sang jenderal yang mampu memicu adrenalin seluruh pasukannya.

"Hidup Raja Verdy Grantarte III!" balas ratusan ribu pasukan secara serempak, dengan suara sorakan yang terdengar bergemuruh, sampai ke telinga puluhan ribu pasukan kubu kerajaan Vargandy yang terletak disudut timur.

"Sampai titik darah penghabisan, kita harus melindungi pertahanan kerajaan Vargandy! Hidup Raja Ernest Vargandy II!" sorak Olivard Vargandy, sang jenderal yang turut mengacungkan pedangnya tinggi-tinggi, memicu jiwa heroik puluhan ribu pasukannya.

"Hidup Raja Ernest Vargandy!" balas puluhan ribu pasukan tersebut, yang tak sedikitpun merasa gentar meski jumlah mereka kalah jauh dengan jumlah pasukan kerajaan Grantarte.

Terdapat berbagai macam satuan perang yang terbagi dalam beberapa barisan setiap pasukan. Barisan belakang diisi oleh satuan pasukan penyihir, yang berdiri dibelakang satuan pasukan ahli pemanah. Sedangkan barisan terdepan dipimpin satuan pasukan berkuda, yang dilengkapi dengan pedang dan tameng pertahanannya.

Suasana tegang telah menjadi teman setia bagi kedua kubu pasukan kerajaan tersebut, terlebih lagi bagi pihak kerajaan Vargandy, yang berusaha menelan ketegangan mereka sebelum perang berkecamuk.

"Tuan Jenderal, pasukan sudah siap," lapor salah seorang ajudan Zacques.

"Bagus! Biarkan mereka yang menyerang terlebih dahulu. Dengan jumlah kekuatan pasukan kita, kemenangan pasti akan datang dalam sekejap mata," balas Zacques.

Sedangkan di kubu pasukan kerajaan Vargandy, salah seorang ajudan Olivard datang menghampirinya, lalu berkata, "Tuan Jenderal. Yang Mulia Raja berpesan, bila keadaan sudah tak memungkinkan, segera tarik mundur seluruh pasukan."

Laporan itu, justru membuat Olivard naik darah. "Tidak akan! Aku tidak akan lari dari medan perang! Semua pasukan dilarang untuk mundur! Mereka hanyalah menang dalam jumlah prajurit, tetapi tidak dengan jumlah semangat yang kita miliki," tegasnya.

"B—baik Tuan Jenderal."

Olivard enggan menuruti anjuran dari sang Raja, yang sepertinya sangat menurunkan harga dirinya sebagai jenderal perang. Ia pun sama sekali tidak takut saat mendapati banyaknya jumlah kekuatan pasukan kerajaan musuh, yang telah bersiap meladeni pasukannya di medan perang.

"Pasukaaaan!" sorak Olivard dengan suara lantang, memicu sorakan yang bergemuruh dari puluhan ribu pasukannya. "Serbuuuuu!" perintahnya seraya memecut tali kekang kuda, lalu bergegas memimpin pasukannya menuju pasukan kerajaan Grantarte.

Akhirnya terjadilah bentrokan besar-besaran dari kedua kubu pasukan kerajaan, yang saling menunjukkan keahlian mereka dalam medan pertempuran. Suara dentuman pedang pun menjadi pengiring suasana mencekam, juga beberapa suara ledakan besar yang disebabkan oleh para penyihir-penyihir ulung, menambahkan hawa kengerian dalam perang tersebut.

(Ting! Tang!)

(Zwoof!)

(Duaaar!!)

(Ting! Tung! Tang!)

(Zwaaaf!)

(Dwaaar!)

(Icikiwir!)

(Aselole!)

(Acumalaka!)

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jauh diatas bebatuan bukit yang sangat besar, berdirilah seorang pemuda berambut hitam, bermata biru, serta tatapan kosongnya yang nampak sedang antusias menyaksikan pertempuran tersebut.

"Seratus ribu nyawa, adalah syarat yang ditentukan oleh ratu sialan itu padaku," ucap Luciferd, mantan pangeran kerajaan Grantarte, yang memilih jalan hidupnya sebagai pengikut ratu iblis.

Luciferd, atau Louis Grantarte, membuang jauh-jauh kenangan masa kecilnya sebagai putra bungsu sang Raja Verdy Grantarte III. Sebab tak ada satupun hal yang mengesankan baginya dimasa kecil, kecuali hanya perlakuan-perlakuan kasar, serta intimidasi yang selalu ia terima dari anggota keluarga kerajaan yang lain.

Sikap acuh tak acuh sang Raja pun telah memberikannya sebuah alasan, bila kehadirannya dalam lingkungan kerajaan itu, sudah tak diharapkan lagi.

Kembali pada pemandangan pertempuran yang sangat mencekam tersebut, Luciferd seketika memegang gagang pedangnya, lalu menarik pedang tersebut keluar dari sarung pedangnya.

(Swring)

"Jika dia berbohong lagi, akan kuludahi tempat duduk singgasananya," ucap Luciferd, yang tiba-tiba melesatkan tubuhnya menuju arena pertempuran.

***

Sementara, kubu pasukan kerajaan Grantarte terlihat sangat mendominasi arena pertempuran, dengan terus menjatuhkan satu persatu prajurit pasukan berkuda kerajaan Vargandy.

Tak sedikit diantara para pasukan Kerajaan Vargandy yang jatuh berguguran, karena kuatnya perlawanan yang diberikan oleh kekuatan pasukan kerajaan Grantarte. Akan tetapi, hal itu tetap tak menyurutkan semangat Olivard Vargandy, yang terus melayangkan pedangnya seraya menerobos masuk, menembus barisan kedua pertahanan musuh.

"Tunjukkan kegigihan kaliaaan! Pertahankan kejayaan kerajaan Vargandy!" soraknya dengan semangat berapi-api, yang mampu membakar sumbu adrenalin dalam jiwa seluruh pasukannya.

Alhasil, kubu kerajaan Vargandy pun dapat memberikan sedikit perlawanan, meski belum mampu menyeimbangi kekuatan pasukan kerajaan Grantarte. Hal itu dibuktikan dengan kontribusi para penyihir ulung, yang seketika mengeluarkan sihir mematikan mereka kearah barisan para pemanah musuh.

(Zwoof!)

(Dwaaar!)

Namun, para penyihir kubu kerajaan Grantarte pun tak tinggal diam. Mereka seketika merapatkan barisan, dan dengan segera menjulurkan telapak tangan mereka kearah langit seraya merapalkan sebuah sihir, menciptakan sebuah pola lingkaran sihir bercahaya putih yang sangat besar diatas langit.

"Demi kejayaan kerajaan Grantarte. Air, api, tanah, udara, dan cahaya." Salah seorang gadis penyihir yang memimpin pasukan penyihir dari pihak kerajaan Grantarte, nampak sedang membacakan rapalan sihirnya, selagi dirinya melayang di udara bersama para penyihir yang lain. "Menyatulah seluruh elemen!"

"Bola cahaya kesucian yang agung, melesat!" ucap seluruh penyihir secara serempak, membuat pola lingkaran cahaya tersebut meluncurkan sebuah bola cahaya, yang lansung melesat menuju para penyihir pihak kerajaan Vargandy.

(Zwuuusshh!)

Akan tetapi, Luciferd tiba-tiba muncul didepan pasukan para penyihir kerajaan Vargandy, menghadapkan dirinya kearah bola cahaya yang tengah melesat secara cepat tersebut. "Lagi-lagi sihir mainan," ucapnya, sebelum akhirnya bola cahaya yang sangat besar itu menerjang tubuhnya, lalu menimbulkan ledakan sihir yang amat luar biasa.

(DWAAAAR!)

Munculnya Luciferd, sempat dilihat oleh beberapa orang, namun ledakan itu seketika menciptakan kepulan asap yang menutupi tubuhnya.

"Apa aku tidak salah lihat? Bukankah tadi ada seseorang yang sempat muncul didepan mereka?" tanya sang gadis penyihir, sesaat setelah dirinya menyaksikan bagaimana bola sihir itu sontak meledak begitu dahsyat, hingga menciptakan kepulan asap yang sangat tebal.

"Anna! Lihat!!" seru salah seorang penyihir lainnya, yang sontak terkejut saat mendapati kehadiran sosok pemuda, selepas menyaksikan memudarnya kepulan asap.

Anna Grantarte, sang gadis penyihir dari kalangan keluarga kerajaan Grantarte, yang juga bertugas sebagai pemimpin pasukan para penyihir, diharuskan menelan rasa ketidakpercayaannya saat menyaksikan siapa sosok yang tengah melayang, didepan pasukan para penyihir pihak kerajaan Vargandy tersebut. "S—siapa dia?!" tanyanya, dengan raut wajah mendadak curiga.

Entah apa yang dilakukan Luciferd, sampai-sampai dirinya berhasil melindungi para penyihir pihak kerajaan Vargandy, dari radiasi ledakan lingkaran cahaya sihir yang amat mematikan.

"Aku hanya menghisap inti sihirnya, membiarkan ampasnya meledak tanpa memberikan reaksi sihir apapun," batin Luciferd, dengan sebilah pedang yang tergenggam erat ditangannya.

"Siapa kau?! B-b-bagaimana bisa kau menghisap inti sihir itu hanya dengan berdiam diri saja, tanpa melakukan sihir resisten tingkat tinggi?!" tanya salah seorang tetua penyihir dari pihak kerajaan Vargandy, membuat Luciferd seketika menoleh kearah samping.

Luciferd hanya membalasnya dengan sunggingan senyum, lalu kembali memusatkan perhatiannya kearah para penyihir pihak kerajaan Grantarte. "Anna Grantarte. Sepertinya kau sudah lupa siapa aku," ucapnya.

Sementara, dua kubu pasukan yang tengah berdiri diatas tanah pun seketika menghentikan pertarungan mereka, selepas menyaksikan upaya sihir yang dilakukan oleh para penyihir mereka, digagalkan oleh Luciferd.

"Siapa pemuda itu?" tanya Zacques Grantarte, seraya mendongakkan wajahnya kelangit, menatap penuh heran kearah Luciferd.

Sedangkan Olivard yang sempat menyaksikannya pun nampak tercengang. "Mungkinkah dia utusan dari yang Mulia?" batinnya, yang turut menatap penuh heran kearah Luciferd.

"Siapa kau?! Aku tidak pernah mengenalmu! Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?!" tanya Anna, setelah mendengar pengakuan dari Luciferd.

Luciferd hanya terdiam, sejenak menajamkan pandangan matanya kearah Anna, yang tidak lain tidak bukan merupakan saudari sepupunya sendiri.

Mendapati keheningan yang ditunjukkan Luciferd, membuat Anna menjadi kesal. Gadis penyihir itu kemudian mencoba merapalkan sebuah sihir, demi menunjukkan bentuk kekesalannya.

Akan tetapi, Luciferd sontak melesatkan tubuhnya, dan berhenti tepat dibelakang tubuh gadis penyihir tersebut. "Kau adalah pengecualian," ucapnya, yang seketika membelenggu leher Anna, lalu membawa gadis itu menjauh dari para penyihir pihak kerajaan Grantarte.

"Nona Anna!" sorak salah seorang penyihir lainnya, menyaksikan bagaimana Anna tiba-tiba menjauh dari barisan mereka.

"Sakit! Lepaskan aku!" lirih Anna, yang berusaha melepaskan lehernya dari belenggu Luciferd.

"Diam dan saksikan. Aku akan melenyapkan seluruh pasukanmu," kata Luciferd, membuat Anna sontak terbelalak.

"Sudah kuduga! Dia memang benar-benar urusan dari yang Mulia! Aku harus segera menarik seluruh pasukan!" batin Olivard, sesaat setelah dirinya menyaksikan bagaimana Luciferd berhasil mejauhkan Anna, dari para penyihir pasukan kerajaan Grantarte yang lain. "Pasukaaaan! Munduuurr!" sorak Olivard.

Seluruh pasukan pihak kerajaan Vargandy pun lantas menyingkir, dan berhasil menjauhkan diri mereka mundur dari Medan pertempuran.

Sementara Zacques pun tak berkutik, menyaksikan seluruh pasukan musuh tiba-tiba menjauh dari seluruh pasukannya. "Brengsek! Pasukan penyihir!! Serang pemuda itu!!" perintahnya, setelah menduga bila Luciferd-lah yang menjadi penyebab mundurnya pihak musuh.

Para penyihir pihak kerajaan Grantarte pun lansung merapalkan sihir mereka, sesudah mendengar perintah dari Zacques. Akan tetapi, Luciferd sontak mengarahkan sebelah telapak tangannya kearah para penyihir tersebut. "Percuma saja. Mana kalian akan kuserap habis-habisan," katanya.

Luciferd sepertinya tak main-main. Ia tiba-tiba menyerap seluruh mana dari tubuh para penyihir-penyihir tersebut, membuat mereka seketika melemah, lalu terjatuh keatas tanah.

Hal itu justru membuat Anna lantas tercengang, tak menyangka bila seluruh penyihir bawahannya berhasil dilumpuhkan oleh Luciferd. "Brengsek! Apa yang telah kau lakukan?! Lepaskan aku! Lepaskaaan!" tegasnya, seraya mencoba melepaskan dirinya dari belenggu lengan Luciferd.

"Kau tau takkan bisa lepas dariku," balas Luciferd, yang semakin mempererat genggaman lengannya.

Zacques pun sontak terbelalak, saat menyaksikan seluruh pasukan penyihir dibawah kepemimpinannya jatuh berguguran keatas tanah medan perang. "Sialan! Hei kau!! Turunlah! Tunjukkan nyalimu sini!" tegasnya, sambil menunjuk kearah Luciferd.

Luciferd, hanya tersenyum melihatnya. "Nyali kau bilang?" Bola matanya seketika menghitam, dengan pupil mata yang bertranformasi menjadi titik merah. "Kalian semua akan menjadi persembahan, bagi wanita sialan itu," ancam Luciferd, yang secara perlahan menurunkan ketinggian terbangnya, lalu menapakkan kakinya dihadapan seluruh pasukan kerajaan Grantarte.

"Pasukaaan!! Serang diaaaa!!" sorak Zacques, demi memanfaatkan kesempatan itu.

"Aku melakukan ini, hanya untuk memenuhi permintaannya." Luciferd seketika mengacungkan pedangnya, kearah seluruh pasukan yang tengah bergegas menghampirinya. "Demi pedang hitam yang melegenda itu," ucapnya. Ia pun sontak mengayunkan pedangnya dari kiri ke kanan.

(Zwuushh!)

Ayunan pedang itu menciptakan hempasan angin hitam yang melebar secara horizontal, juga nampak melaju sangat cepat dan mematikan.

(Sreebbb!)

(Srebb!)

(Sreb!)

Malapetaka pun terjadi. Satu persatu orang dari para pasukan pihak kerajaan Grantarte lantas berguguran, saat bagian tubuh mereka mendadak terputus setelah terkena hempasan angin tersebut, mengejutkan Zacques yang tengah berdiri dibarisan paling belakang.

"T—tidak mungkin! Musta—"

(Sreebb!)

Perut Zacques sontak terbelah, selepas angin horizontal yang mematikan itu terhempas mengenai perutnya, membuat bagian atas tubuhnya terjatuh dari pelana kuda, lalu tewas ditempat dalam hitungan detik.

Perang pun berakhir, dengan kemenangan yang berpihak pada kubu kerajaan Vargandy, meski ada campur tangan dari Luciferd.

Karena telah melarikan diri dari medan pertempuran, tak ada seorangpun dari para pasukan kerajaan Vargandy yang menyaksikan pembantaian masal tersebut. Sebab mereka meyakini bila Luciferd adalah utusan dari sang Raja, Ernest Vargandy II, yang ditugaskan sebagai bala bantuan, dalam menanggapi sedikitnya jumlah pasukan kerajaan yang dikirim ke medan perang.

Ratusan ribu nyawa pun melayang begitu saja, hanya dengan sekali serangan pedang Luciferd, membuat Anna yang turut menyaksikan, sontak menjerit sejadi-jadinya.

***

Kematian Zacques dan seluruh pasukannya, menjadi bukti betapa tingginya ilmu pedang yang dimiliki Luciferd, secara ilmu tersebut didapatkannya dari hasil latihannya seorang diri.

Tentu ada sedikit campur tangan sihir dalam ilmu pedang tersebut, yang dimana Luciferd menggunakan beberapa mana hitam, untuk mengakumulasi kekuatan serangan pedangnya pada musuh.

Luciferd adalah satu-satunya orang yang memiliki tiga mana. Mana biasa berwarna biru, didapatkannya setelah berhasil menguasai sihir dasar. Sedangkan mana kedua, adalah mana yang berwarna merah gelap, didapatkannya setelah berhasil meminum darah naga espherd. Dan mana yang ketiga, mana yang berwarna hitam pekat, didapatkannya atas anugerah seseorang yang memiliki pengaruh tinggi atas dirinya.

Hanya sedikit informasi yang tertera dari beberapa buku sihir kuno, mengenai asal dan terbentuknya mana hitam, yang dimana sejarah mengatakan bila mana tersebut hanya dapat dimiliki oleh satu orang saja.

Akan tetapi, tak ada satupun yang menyadari bila mana tersebut telah diwariskan oleh sang pemilik kepada Luciferd, membuatnya menjadi penguasa ilmu bela diri pedang dan sihir nomor satu di benua Athareas.

Siapakah pemilik sebelumnya? Dan apa hubungannya dengan Luciferd a.k.a Louis Grantarte, sang pemuda misterius yang memiliki keterampilan pedang, serta sihir yang amat luar biasa tersebut?

~Tbc

Terpopuler

Comments

semangat sayank, jgn patah semangat ya

I Love you Ikki sayank 🥰❤

2023-04-18

0

Aikattsu

Aikattsu

yang ini kak?

2023-04-05

1

特別な夢想家

特別な夢想家

Udah serius baca tiba tiba nemu sfx candaan. Btw itu raja ketiga atau kedua? ada yang kurang tagar romawinya, atau beda orang?

2023-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!