"Yang Mulia Ibunda, aku ingin menyampaikan ketidaksenangan ku pada Luciferd."
Asmodeus nampak bertekuk sebelah lutut di hadapan Beelzebub. Ia mengutarakan pandangannya terhadap Luciferd, dengan menanggung segala konsekuensi yang akan ia terima kedepannya.
Sang Ratu yang terduduk di kursi singgasana pun sontak menatap tajam pada Asmodeus. "Apa yang kau cemaskan, Asmodeus? Bukankah aku sudah tegaskan kalau Luciferd adalah putraku sendiri," tegas sang Ratu..
"T—tidak yang Mulia Ibunda." Asmodeus lantas terbelalak, selagi wajahnya terus menunduk kearah bawah. "Luciferd ... sejatinya adalah seorang manusia. Sedangkan yang Mulia Ibunda, saudara-saudaraku, serta seluruh rakyat kerajaan ini adalah murni seorang iblis. Bagaimana bisa kami ras iblis menerima begitu saja kehadiran seorang anak manusia? Terlebih lagi soal perhatian yang Mulia Ibunda yang terlalu berlebihan memanjakan anak itu," jawab Asmodeus terus terang.
Pengakuan tersebut, justru membuat Beelzebub sontak tertawa terbahak-bahak. "Hahaha. Aku mengerti Asmodeus ... aku mengerti. Tapi ada satu hal yang perlu kau tau." Sang Ratu seketika beranjak dari kursinya, berjalan melewati tubuh Asmodeus untuk kemudian berdirinya membelakangi putra keenamnya itu. "Derajat Luciferd terlalu tinggi untuk disebut sebagai seorang manusia, bahkan terlalu kuat untuk diakui sebagai seorang iblis seperti kita. Orang yang tidak kau senangi itu nantinya akan memiliki kedudukan yang melebihi para Dewa. Aku lebih senang jika kalian para putraku bersedia mengakui keberadaannya dari awal, lalu saling berebut untuk menjadi pengikut setianya di masa mendatang," jelas Beelzebub.
Penjelasan sang Ratu yang terlalu mengagungkan Luciferd, hanya memicu terbakarnya sumbu amarah dalam hati Asmodeus. Kedua tangannya nampak bergetar-getar, dengan raut wajah yang menyeringai murka.
Asmodeus seketika memunculkan aura kekuningan yang mengerubungi tubuhnya, pertanda bila pemuda iblis itu sedang berada dalam kendali amarah.
"Sia-sia Asmodeus. Kau hanya akan mempermalukan dirimu dihadapan Luciferd. Bertindaklah layaknya seorang bangsawan, tidak mudah terpancing emosi dengan hal apapun," tegur Beelzebub.
"B—baik ... yang Mulia Ibunda." Asmodeus akhirnya melunak setelah mendengarkan teguran sang Ratu.
Beelzebub kemudian berbalik, berjalan melewati tubuh Asmodeus untuk kemudian berdiri tepat dihadapannya. "Asmodeus. Aku hanya memperingatkanmu untuk tidak terang-terangan membenci Luciferd." Sang Ratu lalu berjalan menuju kursi singgasananya. "Tapi, jika kau bersikeras karena merasa kekuatanmu jauh lebih sakti ... maka aku akan mengadakan pertandingan duel antara dirimu melawan Luciferd," ucap Beelzebub.
Asmodeus sontak mendongak, menyungging senyum yang disorotkan kearah sang Ratu. "Baik, yang Mulia Ibunda. Aku akan membuktikan bila aku jauh lebih kuat darinya," balas putra keenam Beelzebub tersebut.
Azazel tiba-tiba muncul. "Yang Mulia Ibunda, semuanya sudah kupersiapkan," ucapnya, membuat Beelzebub kembali berdiri dari kursi singgasana.
Sang Ratu sontak tertawa. "Hahaha! Aku jadi tidak sabar ingin memamerkan putra baruku pada mereka. Bagaimanakah reaksi wajah dari para dewa itu, setelah melihat kehadiran Luciferd ...." kata sang Ratu yang kemudian berjalan didampingi Azazel.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"K—kita mau kemana Astaroth?" tanya Luciferd. Ia terheran mendapati dirinya terduduk didepan Astaroth yang tengah menunanggi seekor kuda.
"Mengunjungi kahyangan," jawab Astaroth.
Suara dentuman kaki kuda menjadi pengiring kepergian sang Ratu, bersama Azazel yang bertugas mengawalnya didalam kereta kuda.
Kereta kuda itu ditarik oleh seekor kuda yang ditunggangi oleh Astaroth, sang pemuda iblis yang terkenal dengan bakat berkudanya.
Astaroth merupakan putra kelima Beelzebub, dikenal sebagai jenderal pasukan berkuda yang bertugas dibawah komando Behemoth. Satu set alat panah yang menggantung di balik punggungnya, telah menjadi perlengkapan mematikan dalam sepak terjangnya di medan perang.
Sementara Luciferd tiba-tiba menyaksikan, bagaimana kuda yang ia tunggangi itu perlahan mengibaskan kedua sayap menuju keatas langit.
Kuda hitam yang memiliki dua tanduk hitam, serta bola matanya yang memerah pekat itu, telah menjadi peliharaan andalan Astaroth dalam meningkatkan mobilitasnya.
"Ada apa Luciferd? Kau nampaknya sangat takut sekali," tanya Astaroth.
"T—tidak. Hanya saja, aku belum terbiasa terbang dengan seekor kuda," jawab Luciferd.
"Haaa?! Bukankah kau sudah pernah terbang naga hitam milik Azazel?" tanya kembali Astaroth.
"N—naga hitam?" Luciferd seketika termenung, mencoba mengingat kembali apa yang dikatakan Astaroth tentangnya. "Aku merasa tidak pernah melihat naga hitam seumur hidupku," jawabnya dengan polos.
Astaroth pun sontak tertawa. "Aku lupa kalau waktu itu kau sudah dalam kondisi tak sadarkan diri. Hahaha!" ucap pemuda iblis tersebut.
Luciferd hanya terdiam, perhatiannya terus terfokus pada sebuah gerbang besar yang mulai nampak dalam pandangan matanya. "Apakah itu tempat yang kau maksud?" tanya Luciferd.
"Ya! Itu adalah kerajaan para Dewa, Luciferd!" jawab Astaroth, yang seketika meraih sebuah anak panah.
Astaroth tiba-tiba menarik panahnya kearah gerbang tersebut. "Kalau tidak begini, mereka pasti takkan membuka pintu gerbangnya," kata pemuda iblis tersebut.
(Zwooosssh!)
Luciferd sontak tercengang, mendapati sebuah anak panah penuh aura cahaya hitam seketika melesat melewatinya.
(Zwoofff!)
Anak panah itu tiba-tiba menghasilkan kobaran api yang sangat besar, dengan tingkat gelombang radiasinya yang semakin meningkat dan terus meningkat.
"Dasar Iblis!" Seorang gadis berpakaian serba putih lengkap dengan dua sayap putihnya yang mengibas-ibas, seketika muncul menjelang tibanya anak panah tersebut. "Selalu saja datang mencari keributan," gumamnya.
Gadis itu sontak memunculkan sebuah perisai besar, yang melebar sampai melampaui lebarnya pintu gerbang kahyangan.
(Dwaaarr!!!)
Terjadilah ledakan dahsyat saat anak panah itu membentur perisai sang gadis.
"Astaroooth! Aku bersumpah akan menghukummu dengan tanganku sendiri!" tegas sang gadis, menatap penuh kesal kearah rombongan Beelzebub yang hampir tiba di depan gerbang.
"Benarkan? Sudah kuduga kalau cara itu pasti berhasil memanggil salah seorang diantara mereka untuk membukakan gerbangnya," simpul Astaroth pada Luciferd.
"D—dia ...." Luciferd seketika termenung seraya menatap kearah sang gadis penjaga gerbang.
"Dia adalah Helena, salah seorang Dewi penjaga gerbang kahyangan," jawab Astaroth spontan.
"D—Dewi?!"
Astaroth pun akhirnya berhasil membawa kudanya tiba di depan gerbang kahyangan, tetapi ia terlebih dahulu turun bersama Luciferd, menemui Helena sang Dewi penjaga gerbang yang sangat-sangat merasa muak dengan kehadiran mereka.
"Wahai Helena, Dewi cantikku! Apakah kau merinduka—"
Astaroth sontak terkejut, saat mendapati Helena tiba-tiba berjalan melewatinya. "Helena!" himbaunya, seraya melihat Dewi penjaga gerbang itu berjalan menghampiri Luciferd.
Helena seketika memunculkan sebilah pedang dari tangannya. "Kauu!" Ia pun berjalan sambil mengacungkan pedangnya kearah Luciferd. "Keberadaanmu sangat mencurigakan," tuduhnya.
Luciferd lantas berjalan mundur, akan tetapi ia spontan mengeluarkan pedangnya demi menahan serangan Helena.
(Tiiink!)
Dewi penjaga gerbang itu hampir saja menebas tubuh Luciferd. Beruntung serangan pedangnya berhasil ditangkis dengan mudah oleh mantan pangeran kerajaan Grantarte tersebut.
"Siapa kau?! Kenapa auramu sangat gelap dan menakutkan?!" tanya Helena alih-alih mendesak Luciferd.
"Hentikan Helena!"
Tiba-tiba muncul salah seorang pria paruh baya, berjanggut putih tebal lengkap dengan sebuah tongkat besar yang berada dalam genggamannya.
"Ayah?!" Helena berniat mendorong pedangnya sekuat tenaga, akan tetapi ia justru terdorong kearah belakang, karena kekuatan dorongan pedang yang ditunjukkan Luciferd.
Sang pria berjanggut tebal lantas menyaksikan bagaimana punggung Helena terhempas kearahnya. "Helena ... putriku ...." Ia pun dengan sigap menahan tubuh Helena dengan sebelah telapak tangannya. "Mampu dikalahkan oleh seorang bocah kecil," ucap pria berjanggut tebal tersebut, menatap penuh serius kearah Luciferd.
"Zeuse. Aku minta maaf bila putra-putraku telah membuat kekacauan disini," ungkap Beelzebub, sesaat setelah beranjak turun dari kereta kuda.
Beelzebub kemudian berjalan menghampiri Luciferd. "Astaroth. Selama berada disini, kau harus menjaga sikap," tegasnya.
Astaroth sontak membungkuk dihadapan Beelzebub. "Baik, yang Mulia Ibunda," balasnya.
"Beelzebub. Aku maklumi ulah kekanak-kanakan Astaroth, meskipun dia hampir menghancurkan gerbang kahyangan. Tapi siapa bocah itu?" tanya Zeuse, sambil menunjuk kearah Luciferd.
Beelzebub menyungging senyum. "Dia adalah putraku yang baru," jawabnya penuh percaya diri.
Zeuse sontak mendengus. "Perlu berapa anak lagi yang kau butuhkan Beelzebub? Bukankah dia adalah anak manusia?" tanya kembali sang Dewa.
"Yang Mulia Ibunda, siapa kakek-kakek itu?" tanya Luciferd, mendahului pertanyaan Zeus.
"Luciferd. Dia adalah Zeuse, Dewa petir yang menguasai langit tingkat pertama," jawab Beelzebub.
"Tingkat pertama? Memang langit ini ada berapa tingkatan?" tanya kembali Luciferd yang semakin penasaran dengan perkataan sang Ratu.
"Aku akan menjelaskannya nanti, sekaligus memperkenalkan padamu apa dan siapa saja yang berada disekitar lingkungan istana kahyangan," jawab Beelzebub, kemudian perlahan berjalan menghampiri Zeuse.
"Beelzebub. Kau belum menjaw—"
"Zeuse, demi menjaga perdamaian antara kerajaan Dewa dan kerajaan Iblis, aku telah datang memenuhi undanganmu," ucap Beelzebub.
"Baiklah. Aku telah menanti kedatanganmu, Beelzebub. Tapi, siapa bocah itu? Kalau kau tak bisa menjelaskannya, aku takkan mengizinkan bocah itu masuk," tegas Zeuse.
Beelzebub, sontak tertawa terbahak-bahak. "Ada apa Zeuse? Kenapa kau sangat takut sekali melihat kehadiran seorang bocah?" gertaknya.
"Jangan main-main denganku! Aku bisa saja melenyapkan bocah itu sekarang juga!" balas Zeuse dengan tegas.
Keheningan pun terjadi diantara mereka, yang dimana Zeuse semakin menatap tajam kearah Luciferd.
"Zeuse." Beelzebub seketika berbalik, berdiri menghadapkan dirinya kearah Luciferd. "Dia adalah putraku yang ketujuh, yang akan menjadi calon kandidat terkuat sebagai penerusku, juga akan meneruskan perdamaian diantara kerajaan kita," jelas sang Ratu.
Luciferd lansung termenung, tak menduga dengan perkataan sang Ratu.
Sementara Astaroth dan Azazel sedikit terkejut dengan pengakuan Beelzebub, yang menegaskan bila Luciferd adalah calon penerusnya.
Zeuse kembali mendengus. "Baiklah. Karena masih terikat dengan perjanjian perdamaian, aku akan mempercayaimu Beelzebub," balasnya.
Pintu gerbang kahyangan pun akhirnya dibukakan, meski sebelumnya suasana sempat memanas dikarenakan kecurigaan Zeuse terhadap Luciferd.
~Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 11 Episodes
Comments