{< ...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ... Lingkungan istana kerajaan Grantarte. Terdengar kicauan burung-burung yang saling menyapa satu sama lain, menjadi penghias dipagi hari yang sangat cerah itu. Diluar area sekitar istana, terdapat pekarangan taman dari berbagai bunga dan bebuahan, yang memanjang dari ujung gerbang istana, sampai ke sebuah perempatan yang terhubung dengan pemukiman penduduk. Kerajaan Grantarte, adalah salah satu kerajaan yang paling makmur dimasa itu. Rakyat-rakyatnya bahagia, para pedagang pun selalu mendapatkan keuntungan disetiap sektor bisnis, juga para petani yang turut merasakan betapa nyamannya tinggal di daerah kawasan kerajaan seluas sepuluh juta kilometer persegi tersebut. Benua Athareas, adalah suatu kontinen yang terbagi-bagi menjadi beberapa kerajaan, yang dimana kerajaan Grantarte menjadi wilayah paling terluas diantara kerajaan-kerajaan lainnya. Atas dasar itulah, banyak dari kerajaan-kerajaan tersebut yang memilih untuk bersekutu dengan kerajaan Grantarte, guna menjalin hubungan kerjasama disetiap sektor penunjang ekonomi kerajaan. Sang Raja, Verdy Grantarte III, menjadi aktor utama dalam tercapainya kemakmuran hidup rakyat-rakyatnya. Beliau merupakan orang yang paling disegani, dan ditakuti oleh negara-negara tetangga, atas pencapaiannya dalam memimpin kerajaan Grantarte selama beberapa dekade. Dalam bidang pendidikan, sihir adalah ilmu yang paling diminati oleh seluruh rakyat setiap kerajaan. Karena dengan sihir itulah mereka dapat menunjukkan serta menonjolkan status kebangsawanan, guna bersosialisasi dalam kasta tertinggi di lingkungan kerajaan. Siapapun murid yang berprestasi dalam bidang sihir, akan dicap sebagai calon bangsawan, meskipun berasal dari kalangan bawah. Banyak dari kawula muda belia yang sangat terobsesi dengan ilmu sihir, terlebih lagi setelah pihak kerajaan mempropagandakan pendidikan sihir gratis bagi seluruh rakyat. Terlepas dari hal itu, hanya sedikit dari mereka yang telah dianugerahi kekuatan sihir turun temurun dari para leluhur. Terutama dari kalangan keluarga kerajaan. Mulai dari raja pertama, sampai seluruh keturunannya, akan terus mewarisi kekuatan ilmu sihir yang sangat diidam-idamkan oleh kalangan non-kerajaan. Raja Verdy Grantarte III, adalah penerus dari mendiang raja August Grantarte II, yang dimana mereka berdua lebih banyak mewarisi kekuatan sihir dari mendiang raja Hendrick Grantarte I, sang Penyihir agung dimasanya. Elemen sihir yang dimiliki Hendrick Grantarte I, adalah cahaya, yang dimana elemen itu sangat ditakuti sejak era peperangan antar kerajaan, di masa lampau. Hendrick mewarisi darah keturunannya, dengan tanda atau simbol sihir yang melekat ditubuh mereka. August Grantarte II contohnya, raja kedua dari kerajaan Grantarte itu, memiliki simbol sihir yang melekat dibalik bahunya. Sedangkan Verdy Grantarte III, memiliki simbol dikedua telapak tangannya, yang menjadikannya sebagai pewaris kekuatan sihir paling mendominasi diantara anggota keluarga kerajaan yang lain. Dengan simbol sihir itu, Verdy tak hanya dianugerahi kapasitas mana sihir yang luar biasa, tetapi ia juga bisa menciptakan sihir-sihir baru, menyatukan semua elemen, bahkan yang paling terkenal bagi seluruh rakyatnya, adalah kemampuan meramalnya yang sangat akurat. Kemampuan meramal itulah yang membuatnya mampu mengantisipasi segala kerugian di masa paceklik, mengantisipasi segala pemberontakan dan bencana alam, serta memprediksi siapa yang sangat pantas menjadi penerusnya. Demi memperkuat hubungan politik dengan kerajaan tetangga, salah satunya kerajaan Levardion, August memutuskan untuk menikahkan Verdy dengan Julianne Levardion, putri kerajaan Levardion yang paling dikagumi kecantikannya seantero benua. Dari hasil pernikahan itu, mereka dikaruniai lima orang anak, dua orang pangeran dan tiga orang putri, yang semuanya sama-sama memiliki simbol kelahiran pada bagian tubuh masing-masing. Alexander Grantarte, berusia dua belas tahun, menjadi putra sulung yang sangat menjanjikan kemampuan akademik sihirnya, juga kerap disebut-sebut sebagai penerus sang Raja. Putri kedua, Aleanna Grantarte, berusia sepuluh tahun. Kemampuan sihirnya berada dibawah Alexander, akan tetapi ia sangatlah terobsesi untuk menjadi penerus sang Raja. Dannisa Grantarte, putri ketiga yang berusia sembilan tahun, masih dalam tahap pembelajaran dan pengembangan ilmu sihir leluhur. Ia mewariskan kecantikan dari sang bunda, Ratu Julianne Grantarte, akan tetapi sifatnya yang sangat ceroboh, membuatnya sering menyalahkan siapapun, termasuk seluruh saudara-saudarinya. Putri keempat, Anna Grantarte, berusia sembilan tahun. Kecantikan wajahnya turut mewarisi kecantikan sang ratu. Ia juga dikenal sebagai satu-satunya murid akademi sihir yang berhasil menciptakan sebuah sihir baru. Anna sangatlah berperasaan dan emosional. Hal itu dibuktikan dengan sikap kepeduliannya pada sang adik, Louis Grantarte, yang kerap menerima perlakuan kasar dari saudara-saudarinya. Dan yang kelima, putra bungsu berusia tujuh tahun, Louis Grantarte. Saat kelahirannya, para tetua penyihir yang tergabung dalam serikat penyihir kerajaan pun terkejut, setelah menyaksikan simbol sihir yang terletak dibawah telapak kaki bocah tersebut. Apa yang terjadi pada Louis saat itu, rupanya telah diramalkan oleh sang Raja, yang notabene merupakan ayahnya sendiri. Dalam ramalan yang tertulis dan tersimpan di perpustakaan kerajaan tersebut, Verdy menuliskan bila salah satu dari keturunannya, akan menjadi ancaman bagi kerajaan Grantarte. Verdy juga meramalkan ciri-ciri keturunan yang akan menjadi malapetaka bagi kerajaannya itu. Salah satunya, adalah letak simbol sihir yang terletak pada telapak kaki keturunannya. Louis-lah yang justru mengejutkan para tetua penyihir, dengan hadirnya simbol tersebut pada kedua telapak kakinya, yang segera menerbangkan isu bila dirinya akan menjadi malapetaka bagi kejayaan kerajaan Grantarte. Akan tetapi, Verdy berusaha untuk tak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, walau mengetahui bila Louis adalah keturunan yang sesuai dengan ramalannya. Ia pun memerintahkan pada seluruh ajudan penyihirnya, untuk terus memberikan pengawasan serta pengawalan yang ketat, bagi pertumbuhan usia Louis sejak balita. Atas dasar itulah, Louis dilarang untuk mengunjungi perpustakaan sihir kerajaan, dilarang keluar dari lingkungan kerajaan, bahkan dilarang muncul pada setiap kunjungan diplomatik dari pihak kerajaan lain. Louis dilarang tampil di muka publik, dilarang melakukan aktivitas apapun diluar lingkungan istana kerajaan, agar isu tentang dirinya tak menyebabkan kecemasan bagi seluruh rakyat kerajaan Grantarte. Hingga saat ini, menjelang usianya yang ketujuh tahun, Louis terlihat hanya berdiam diri saja dalam kamarnya, terduduk murung seraya memeluk kedua lututnya diatas ranjang, tanpa ada satupun yang berani mengunjungi kamarnya kecuali sang kakak, Anna Grantarte. "Kak Anna. Kenapa kamu sangat berani mengunjungiku? Bukankah mereka sudah bilang untuk tidak dekat-dekat denganku?" tanya Louis. Anna yang tengah berdiri dihadapan Louis pun menyungging senyum, lalu berkata, "Bagaimanapun juga, kamu tetaplah adikku. Tak ada yang berani melarangku untuk dekat dengan siapapun, termasuk kamu Louis," jawabnya, sambil mengelus-elus rambut Louis. Keseharian Louis, Anna-lah yang mengurusnya, walau melakukannya secara diam-diam dari anggota keluarga kerajaan yang lain. Anna bahkan dapat mengatasi puluhan pengawal yang selalu berjaga didepan pintu kamar Louis, guna memudahkannya mengunjungi kamar tersebut. Kepedulian Anna terhadap Louis sangatlah tinggi, meski perlakuan tak mengenakkan yang diterima adiknya itu semakin bertambah dan terus bertambah. "Louis. Ayo buka mulutmu. Kamu harus makan agar tetap sehat dan kuat," perintah Anna, yang nampak tengah menyodorkan sesendok makanan didepan mulut Louis. Perlakuan dan kasih sayang Anna, sontak membuat Louis meneteskan air mata, merasa bila gadis itulah satu-satunya yang dapat mengerti bagaimana perasaannya. ...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ... Menjelang gelapnya malam, disebuah ruangan yang diperuntukkan bagi para petinggi-petinggi kerajaan, Verdy nampak terduduk seraya mendengarkan perdebatan yang dilakukan oleh para petinggi-petinggi tersebut, yang notabene berasal dari keluarga kerajaan. "Louis harus segera dihukum mati! Atau tidak, kerajaan ini hanya tinggal menghitung hari saja untuk menunggu kehancurannya," tegas salah seorang petinggi kerajaan. "Jaga ucapanmu! Bagaimana mungkin kerajaan besar ini bisa dikalahkan oleh seorang bocah kecil?!" sanggah salah seorang petinggi kerajaan lainnya, yang semakin memanasi perdebatan dalam ruangan tersebut. "Sebaiknya, Louis jangan dihukum mati. Kita harus mendapatkan bukti terlebih dahulu, bila anak itu benar-benar mengancam kejayaan kerajaan ini. Sebab, apa jadinya nanti bila kerajaan lain tahu kalau kita menghukum mati salah seorang keturunan raja?" tambahnya. "Mereka akan berasumsi yang tidak-tidak tentang kerajaan ini," sambung salah seorang petinggi kerajaan lainnya. "Betul!" balas beberapa petinggi kerajaan yang sependapat. Menanggapi hal itu, Verdy hanya menghela nafasnya sekali. "Padahal, yang sangat kukhawatirkan adalah pertemuan Louis dengan seorang wanita, yang diduga berasal dari pihak iblis. Ahh ...." Verdy seketika menggengam erat kepalanya. "kenapa mimpiku akhir-akhir ini menjadi terlihat samar-samar bayangannya, sampai-sampai membuatku sulit menerka kejadian yang akan terjadi dikemudian hari," batinnya. "Yang Mulia. Bagaimana tanggapan anda tentang hal ini?" tanya salah seorang petinggi kerajaan. Verdy sontak mendengus. "Aku tidak sependapat dengan hukuman mati Louis." Ia kemudian beranjak dari kursi istimewanya, lalu berjalan melangkahkan kakinya menuju pintu ruangan. "Biar bagaimanapun juga, dia tetaplah putraku, dan akulah yang harus bertanggungjawab atas dirinya," tambahnya, sebelum akhirnya keluar dari ruangan para petinggi kerajaan. ...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ... Keesokan harinya, beberapa orang yang berasal dari pihak akademi sihir Grantarte, datang mengunjungi istana kerajaan Grantarte. Salah seorang wanita yang diduga sebagai guru pembimbing akademi sihir, seketika berjalan menuju singgasana sang Raja. "Selamat pagi, Yang Mulia." sapanya seraya membungkuk, yang juga dilakukan oleh beberapa orang dibelakangnya. "Ya. Selamat pagi, guru Theresa," balas Verdy, yang nampak sedang terduduk diatas kursi singgasananya. Wanita yang disebut Verdy sebagai Theresa itu, tiba-tiba berjalan menghampirinya, lalu menyerahkan empat gulung lembar kertas yang belum diketahui apa isinya. "Yang Mulia. Ini adalah laporan hasil dari ujian akademik keempat siswa kami, yang merupakan putra-putri Anda," ucapannya, membuat Verdy segera meraih keempat gulungan tersebut. "Hmm ... Alexander cukup membanggakan," puji Verdy, sesaat setelah melihat isi gulungan milik Alexander. Ia kemudian beralih membuka gulungan selanjutnya. "Lalu bagaimana dengan Aleanna dan Dannisa ...." "Yang Mulia. Aleanna dan Dannisa, tahun ini mendapatkan sedikit penurunan kemampuan akademik sihirnya. Hal itu disebabkan oleh kejadian-kejadian yang sempat terjadi di gedung akademi sihir Grantarte," cakap Theresa, demi menerangkan hasil yang diterima kedua putri Verdy tersebut. "Kejadian? Penyerangan monster yang terjadi sebulan yang lalu kah?" tanya Verdy, yang tetap fokus menatap pada masing-masing dua lembar gulungan milik Aleanna dan Dannisa. "Benar, Yang Mulia. Sepertinya pengaruh monster tersebut sangat berdampak pada kemampuan sihir Aleanna dan Dannisa," jawab Theresa. Menanggapi pengakuan itu, Verdy hanya mengangguk-angguk, sebelum ia beralih pada lembar gulungan selanjutnya. "Lalu Annaa ... dia hampir setara dengan Alexander." Verdy pun sontak menutup lembar gulungannya, mengejutkan Theresa yang sedang berdiri dihadapannya. "Ada apa yang Mulia?" tanya Theresa. Pertanyaan itu, dijawab dengan pertanyaan Verdy. "Bagaimana pendapatmu, jika aku mengikutsertakan Louis dalam pendidikan akademi sihir?" Theresa kembali membungkuk. "Yang Mulia. Sesuai dengan program pendidikan yang Anda canangkan, siapapun dapat mengikuti pendidikan akademi sihir, termasuk Tuan muda Louis," jawab Theresa, yang kemudian menegakkan kembali badannya. Mereka pun tidak menyadari, bila Alexander, Aleanna, serta Dannisa, turut mendengar percakapan itu dari kejauhan. "Aku tidak setuju Ayahanda!" sergah Alexander, yang tiba-tiba berjalan menghampiri singgasana Verdy. Verdy pun menyaksikan bagaimana ketiga putra putrinya itu berjalan menghampirinya, lalu berdiri tepat membelakangi Theresa. "Ayahanda. Kami keberatan dengan usulan itu. Bukankah Ayahanda sendiri yang mengatakan bila Louis adalah ancaman bagi kerajaan ini?" tegas Aleanna. "B—betul Ayahanda yang Mulia! Itu sama saja dengan menyalahgunakan ramalan Ayahanda sendiri!" protes Dannisa. Menanggapi bentuk protes dari mereka, Verdy mencoba bersikap tenang. "Baiklah baiklah. Kembali pada kamar kalian masing-masing. Aku ucapkan selamat atas pencapaian kalian pada tahun akademik ini," tanggapnya. Ketiga putra-putri kerajaan itu tiba-tiba saling menoleh satu sama lain, lalu kemudian membungkuk seraya mengatakan secara serempak. "Terimakasih. Ayahanda yang Mulia." Verdy mendengus hebat, imbas dari sikap penolakan tiga putra-putrinya, terhadap usulan yang diperbincangkannya dengan Theresa mengenai Louis. "Yang Mulia. Jika tidak ada lagi yang dipertanyakan." Theresa seketika membungkuk, diikuti oleh beberapa orang yang berdiri dibelakangnya. "Kami ijin pamit," ucapnya. "Ya. Terimakasih," balas Verdy, lalu menyaksikan bagaimana Theresa bersama rombongan para pengajar lainnya berjalan meninggalkannya menuju pintu istana. ...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ... Menuju sore hari, para keluarga istana kerajaan, serta seluruh tetua dari serikat penyihir pun sontak terkejut, saat mendengarkan pernyataan Verdy. "Aku katakan sekali lagi. Mulai hari ini, Louis diizinkan keluar dari kamar, ataupun berjalan-jalan disekitar lingkungan kerajaan." Verdy seketika berdiri dari kursi singgasananya. "Ini ada keputusan mutlak. Tidak ada yang boleh menggangu gugat!" tegasnya, lalu bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan aula singgasana kerajaan. Terjadilah perdebatan diantara seluruh orang yang menyaksikan pernyataan itu, termasuk beberapa anggota keluarga kerajaan yang masih satu ayah dengan Verdy. "Apakah dia sudah gila?! Bisa-bisanya dia mengizinkan anak pembawa sial itu keluar dari istana?!" protes salah seorang anggota keluarga kerajaan. "Tidak. Jangan remehkan keputusannya! Pasti ada maksud lain dibalik pernyataannya itu," sambung salah seorang anggota keluarga kerajaan lainnya. Perdebatan pun akhirnya dimenangkan oleh anggota kerajaan yang pro dengan Verdy, sedangkan mereka yang kontra, lansung saja pergi meninggalkan aula istana, karena sudah tak mampu lagi melawan perkataan-perkataan yang memihak sang Raja. ...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ... Seminggu kemudian, semenjak Verdy menegaskan putusannya untuk melonggarkan peraturan yang mengikat Louis, suasana disekitar kerajaan telah berubah jauh lebih tegang, dari sebelumnya. Ketegangan itu disebabkan oleh kehadiran Louis, yang mulai menampakkan dirinya disekitar lingkungan istana Kerajaan. "Lihatlah dia ... apakah ini sudah benar? mengizinkan anak itu berkeliaran disekitar istana? Bukankah keberadaannya dapat menimbulkan ancaman bagi kita semua?" tanya salah seorang wanita dari anggota keluarga kerajaan, yang tengah berbisik seraya menyaksikan bagaimana Louis berjalan melewatinya. "Sudaah ... jangan pikirkan soal dia. Jangan sampai yang Mulia Raja mendengar perkataanmu tadi," bisik salah seorang wanita dari anggota keluarga kerajaan lainnya, yang masih menyaksikan Louis berjalan menuju pintu istana, seraya membawa sebilah pedang yang menggantung dibelakang punggungnya. "Louiiiss!" Anna pun bersorak, menghimbau Louis yang sempat dilihatnya dari kejauhan. Louis sontak berhenti, tepat didepan pintu istana yang tengah terbuka. "K—kak Anna??" ucapnya, lalu mendapati Anna berlarian menghampirinya. "Louis! Hari ini mau latihan pedang lagi?" tanya Anna. Louis yang tengah menoleh kearah Anna pun seketika memalingkan wajahnya kearah depan. "Iya," jawabnya dengan singkat, lalu perlahan melanjutkan langkah kakinya berjalan keluar melewati pintu istana. Setibanya di halaman samping istana kerajaan, Louis segera meraih pedangnya, yang dimana Anna pun nampak berdiri dibelakangnya. "Kak Anna, sebaiknya tinggalkan aku. Aku takut bila orang lain tidak senang melihatmu terlalu dekat denganku," kata Louis. Anna pun tersenyum menanggapinya. "Tenang saja Louis. Apa salahnya seorang kakak menyaksikan perkembangan adiknya sendiri?" balasnya, membuat Louis sempat terdiam saat melihatnya. Louis pun akhirnya membentuk kuda-kudanya, lalu memulai latihannya dengan mengayunkan pedang kearah depan. (Fyuh!) ..... (Fyuh!) ..... (Fyuhh!) "Waahh! Kemampuan pedangmu hebat sekali Louis!" puji Anna, yang mulai merasa kagum dengan latihan yang ditunjukkan Louis. Akan tetapi, sang Ratu bersama beberapa wanita pengawal pribadinya tiba-tiba muncul dari pintu istana. Mereka kemudian bergegas menghampiri Anna, yang sedang antusias menyaksikan latihan Louis. "Anna!" himbau Julianne, mengejutkan Anna yang sontak menoleh kearahnya. "Ibunda!" Anna sempat membungkuk, akan tetapi Julianne sontak meraih pergelangan tangannya, lalu membawanya menjauh dari Louis. "Sudah kukatakan padamu untuk tidak dekat-dekat dengan anak itu!" omel Julianne. "Louis!" Anna sontak menoleh kearah Louis, akan tetapi langkah kakinya terus terdesak meninggalkan anak tersebut. "Ibunda! Apa yang salah dengan Louis?! Dia kan juga salah satu anak—" (Prak!) Tamparan keras seketika dilayangkan Julianne pada sebelah pipi Anna, membuatnya sontak tercengang atas perlakuan tersebut. "Aku begini karena sayang padamu dan tak ingin kehilanganmu! Yang Mulia Raja sudah meramalkan bila anak itu akan menjadi monster yang bisa menghacurkan kerajaan ini! Apa kau mengerti?!!" tegas Julianne, dengan nafas emosi yang menggebu-gebu dalam dadanya. Anna sontak meneteskan air mata, seraya tertunduk saat mendengarkan omelan Julianne. Ia pun akhirnya mengangguk pelan, karena sudah tak berdaya lagi dengan segala larangan yang dilontarkan oleh sang Ratu. Louis yang sempat menyaksikannya, nampak menghentikan latihannya sejenak. Ia sempat mendapati raut wajah penuh kesedihan, yang nampak jelas diwajah Anna. "Aku akan membuktikan pada mereka semua, bila ramalan Ayahanda tidaklah benar!" batinnya, lalu kembali melanjutkan latihan pedangnya. ~Tbc ***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 11 Episodes
Comments
Aikattsu
hmmm... beban?
2023-04-06
0
Aikattsu
coba ramal aku
2023-04-06
0
Aikattsu
aku Kira "agus" hampir aja mo terjingkrak-jingkrak
2023-04-06
0