"Yeh, gue ga biasa main game Naruto, biasa gue main game tembak tembakan" geram Roy yang kesal karena daritadi kalah dari dewa terus.
"Hahaha! Yaudah, gue cuma bercanda doang kok Roy!" ucap dewa dengan tertawa dan meminum soda yang tersedia.
"Gue tau maksud Lo datang kesini apa, jadi ada informasi terbaru apa disekolah?" ucap Roy yang nampak serius.
"Hmm, ternyata Lo udah tau maksud dan tujuan gue kemari ngapain." ucap dewa dengan tersenyum dan mulai mengeluarkan barang barang mata mata miliknya dari dalam tas.
"Kira-kira, ada apa dewa?" tanya Roy singkat tetapi wajahnya nampak serius.
"Gue tadi sempet mendengar lewat earphone ini, tapi gak sempat melihat siapa mereka." ucap dewa kepada Roy.
"Hah? Maksud Lo gak sempat melihat?" tanya Roy yang kebingungan dengan kata kata dewa.
"Ya, karena secara tiba-tiba saja kacamata tembus pandang ini gabisa dipake." ucap dewa kepada Roy dengan menunjukkan kacamata tersebut.
"Coba, biar gue liat sini." ucap Roy dengan mengambil kacamata tersebut dan mengamatinya.
"Gimana? Kacamata yang lu kasih ke gue rusak." ucap dewa dengan melihat kacamata tersebut.
"Ini kacamata biasa, seseorang udah menukar kacamata canggih yang gue kasih ke Lo!" ucap Roy dengan melepas kacamata tersebut dari wajahnya.
"Hah? Kok bisa?" ucap dewa dengan terkejut.
"Lo nanya gue, gue nanya siapa nih? Nanya kursi?" ucap Roy dengan melihat ke arah dewa.
"Hehe, tapi Lo tau darimana kalo kacamata ini adalah kacamata biasa?" tanya dewa yang mulai memasangkan wajah serius.
"Gue tau, karena ini gak ada tombol atau pun visual ketika dipakai!" ucap Roy dengan memperhatikan kacamata biasa tersebut.
"Kira kira, siapa yang menukar kacamata ini? Kenapa bisa ketuker?" tanya dewa yang masih kebingungan.
"Gue rasa orang yang neror Reyhan ini tau kalo kita lagi mencari siapa dibalik semua ini." ucap Roy dengan melirik ke arah dewa.
"Sial! Kenapa dia bisa tahu semua rencana kita!" ucap dewa dengan kesal.
"Yaudah, apa yang lu dapet tadi pagi?" tanya Roy yang berusaha menahan emosi dewa.
"Okeh, sebaiknya Lo dengarkan rekaman ini." ucap dewa dengan memberikan earphone tersebut ke Roy.
"Udah korek kuping belom? Nanti kuping gue bau lagi." ucap Roy dengan sedikit tersenyum kepada dewa.
"Banyak komentar Lo kayak netizen! Udah pake aja sih." ucap dewa dengan kesal kepada Roy dan menjitak kepala Roy.
Roy pun memakai earphone tersebut, dewa pun mulai menyalakan rekaman yang tadi pagi dia dengar, Roy terus mendengarkan itu secara teliti dan cermat, setelah mendengar rencana mereka Roy pun langsung terkejut dan melepas earphone tersebut dari telinganya.
"Kenapa Roy? Kok kayak kaget gitu?" yanya dewa yang melihat Roy nampak terkejut.
"Gue harus segera hubungin pak Chris!" ucap Roy dengan mengambil handphone miliknya dan mulai menelepon bodyguard andalannya.
"Aduh, banyak amat dah bodyguard andalan Lo!" ucap dewa dengan menepuk jidatnya.
"Halo, pak Chris, kira kira ada info terbaru apa di rumah Reyhan?" ucap Roy dalam telepon tersebut.
"Halo bos, saya rasa belum ada informasi terbaru bos!" ucap pak Chris yang sedang makan soto.
"Yasudah, kalo begitu anda teruslah mengawasi rumah Reyhan, okeh?" ucap Roy kepada pak Chris.
"Iyah bos, tenang aja bos!" ucap pak Chris kepada Roy dengan semangat.
"Karena sebentar lagi pasti akan ada seseorang yang membuat kekacauan di rumah Reyhan, jadi kamu harus siap siaga dengan memfotonya atau pun membuat video pada saat dia sedang melakukan sesuatu itu." jelas Roy di dalam telepon kepada pak Chris.
"HM, baik bos saya akan laksanakan!" ucap pak Chris kepada Roy dan mematikan teleponnya.
"Okeh, tenang aja sama gue, gue yakin gabakal ada orang yang neror reyhan." ucap Roy dengan tersenyum kepada dewa.
Sementara itu dengan Anto dan yang lainnya, mereka sedang berkumpul di rumah Michael, tetapi disitu tidak ada Rizky, karena dia sedang berduaan dengan Nikita.
"Weh, mana nih sih Rizky?" tanya Andre yang mulai nampak kesal.
"Nih orang ngaret anjir! Ditunggu lama banget!" Geram Anto dengan kesal.
"Telepon ajah oba, pake hp siapa gitu." usul Alucard kepada mereka semua.
"Biar gue aja yang telepon dia." ucap Michael dengan mengeluarkan handphone miliknya dan menelepon Rizky.
Michael pun menelepon Rizky, beberapa menit Michael menunggu jawaban dari Rizky tetapi tidak diangkat, Michael pun kembali menelepon Rizky sekali lagi dan tidak di angkat juga, sekali lagi michael pun menelepon Rizky dan kini sudah di angkat oleh Rizky.
"Halo?!! Kenapa sih Lo daritadi nelepon gue terus?!!" tanya Rizky dengan kesal dari telepon tersebut.
"Eh lu lagi dimana anjir!!" Kata Michael dengan kesal.
"Gue lagi beli eskrim buat Nikita nih, lagi di mall!" ucap Rizky kepada Michael.
"Katanya mau ngatur rencana? Jadi apa nggak nih?" tanya Andre yang mengambil handphone Michael secara tiba tiba.
"Nanti dulu, gue nyari tempat sepi dulu yah, biar gak ketahuan sama Nikita!" ucap Rizky kepada mereka semua lalu mematikan teleponnya.
"Jih, nih anak, kenapa dimatiin coba teleponnya?" ucap Michael kebingungan karena teleponnya mati.
"Eh Michael, ngomong ngomong ini rumah Lo serius?" tanya Andre dengan melihat sekeliling ruangan tersebut yang nampak kotor serta juga berdebu.
"Iyah, emangnya kenapa?" ucap Michael dengan santainya dan tersenyum kepada mereka.
"Kok rumah Lo kayak gak keurus sih? Emang orangtua Lo kemana?" tanya Alucard dengan melihat sekeliling yang kotor.
"Emm, orangtua gue--" ucapan Michael terhenti karena Rizky yang tiba tiba menelepon, Michael pun langsung mengangkatnya dan menyalakan mode loud speaker.
"Halo, jadi gimana rencananya?" tanya Alucard kepada Rizky yang ada di telepon.
"Seperti yang tadi gue bilang, kalian coret coret tembok rumah Reyhan Dengan tulisan 'jauhkan nikita' gimana?" ucap Rizky kepada mereka semua.
"Hmm, terus giliran siapa yang tugas nih?" tanya Andre dengan melihat ke arah mereka semua.
"Biarkan Anto yang tugas, kan Anto rumahnya dekat sama Reyhan, ya kan?" kata Rizky lewat telepon.
"Yaelah, gue lagi ga ada uang buat beli pyloknya!" ucap Anto kepada Rizky.
"Nanti duitnya gue gantiin, tenang aja." ucap Rizky lalu mematikan teleponnya.
"Hehe, saatnya gue berangkat." ucap Anto dengan tersenyum kepada mereka semua.
"Eits!! Sebentar dulu, jangan lupa pake topeng badut ini." kata Michael dengan memberikan topeng badut tersebut ke Anto.
"HM, yaudah gue pergi dulu." ucap Anto dengan beranjak pergi dari hadapan mereka.
"Sebentar, ada satu hal yang perlu diperhatikan!" ucap Andre dengan memberhentikan Anto.
"Apaan lagi sih? Kapan gue jalannya kalo Lo semua tahan gue terus?" tanya Anto yang nampak kesal kepada mereka.
"Jangan sampai ketahuan, ingatlah! Kalo ketahuan rencana yang gue susun selama ini gagal!" Bisik Michael kepada Anto Yang sedang berdiri diam.
"Hah? Maksud Lo rencana yang lo susun??" kata Anto dengan setengah berteriak dan kebingungan.
"Ah, nggak kok, intinya jangan sampe ketahuan aja gitu." ucap Andre dengan mengalihkan pembicaraan dan mengajak Anto supaya keluar.
"Sebenernya maksud Lo apa? Rencana yang lo susun?" tanya Alucard yang masih penasaran dengan kata kata Michael tadi.
"Ah nggak! Gapenting, gausah dipikirin." ucap Michael dengan tersenyum kepada Alucard dan mengalihkan pembicaraan yang lain.
"Sepertinya ada hal lain yang disembunyikan Michael dan Andre, gue harus cari tahu maksud kata kata dia apa." gumam Alucard dalam hati sambil melihat ke arah Michael.
Sementara itu Anto pun membeli pilok ke Indoapril, tetapi pada saat memilih milih pilok yang cocok tiba tiba saja dia bertemu dengan Willy yang kebetulan sedang mencari mie instan, Willy yang melihat Anto pun langsung menyapanya.
"Widih, kang somay, ngapain Lo disini?" sapa Willy dengan memberikan candaan.
"Yeh Lo! Gue kira tukang parkir di depan, hahaha!" ucap Anto dengan melihat ke arah Willy yang sedang mencari mie instan.
"Ngapain Lo disini?" tanya Willy singkat sambil fokus mencari mie instan yang cocok.
"Gue mau beli pilok nih." jawab Anto dengan singkat dan masih mencari warna yang cocok.
"Hmm, buat apa Lo beli pilok?" tanya Willy singkat.
"Gue mau buat patung, biasa lah seorang seniman mah beda!" ucap anto dengan tersenyum kepada Willy.
"Hah? Sejak kapan Lo bisa buat patung?" tanya Willy dengan kebingungan dan bangkit berdiri.
"Hadeh, baru tahu ya? Kudet banget sih Lo!" ucap Anto dengan kesal dan mengambil pilok berwarna merah.
"Yaudah, gue udah dapet nih, mie instan rasa sayur gudeg!" ucap Willy dengan mengambil sebuah mie instan.
"Astaga, ada-ada aja rasanya, masa rasa sayur gudeg?" ucap Anto dengan kebingungan.
"Yaudah, gue duluan yah! Bye!" ucap Willy dengan tersenyum lalu berjalan ke kasir untuk membayar.
Anto juga langsung ke kasir untuk membayar pilok berwarna merah tersebut, setelah selesai membayar pilok tersebut Anto pun langsung beranjak pergi keluar dari Indoapril tersebut, tetapi Willy yang masih penasaran dengan Anto terus mengikutinya dan kembali bertanya lagi.
"Lo panas panas gini cuacanya, kok pake Hoodie?" tanya Willy dengan melihat Anto yang memakai Hoodie.
"Kenapa sih Lo? Banyak tanya banget daritadi? Suka suka gue!" ucap Anto dengan kesal dan berteriak.
"Terus juga, kenapa pake topi? Kan panas?" tanya Willy dengan terus mengikuti Anto yang sedang berjalan.
"gue lagi sakit! Udah ah lo pergi sana!" ucap Anto dengan menyuruh Willy untuk pergi.
"Hahaha! Yaudah, bye!" ucap Willy yang beranjak pergi meninggalkan Anto.
Anto pun langsung menuju ke rumah Reyhan untuk melakukan teror tersebut, dia menggunakan motor untuk pergi ke rumah Reyhan, setelah beberapa menit melakukan perjalanan, kini Anto pun sudah berada di depan rumah Reyhan dan dia sedang mengecek apakah kondisi sekitar aman atau tidak, dan kondisi tersebut sangat aman tidak ada seorang pun yang lewat disekitar situ.
Willy pun mulai memakai topengnya dan melancarkan aksinya dengan mencoret coret tembok pagar rumah Reyhan, sedang asik mencoret coret tiba tiba saja ada Mauren dan Michelle yang kebetulan lewat pada saat itu, karena Michelle dan Mauren sedang bermain sepeda pada saat itu, Mauren yang melihat itu langsung menegor orang bertopeng badut tersebut.
"Woi!!! NGAPAIN LO NYORET NYORET RUMAH ORANG!!" Teriak Mauren dengan memergoki dia dari jauh.
"Waduh! Gue ketahuan! Saatnya kabur!" ucap Anto dengan menuju ke motornya, tetapi ternyata bensinnya habis, Anto pun tidak punya cara lain selain lari dari Mauren.
"Kak mauren, ayo kejar dia!" ajak Michelle yang sudah siap di sepedanya.
"Kamu panggil Abang Reyhan! Biar kakak aja yang kejar dia." ucap Mauren dengan memerintah Michelle agar memanggil Reyhan.
"Okeh kak, aku panggil yah!" ucap Michelle dengan masuk ke dalam dan memanggil Reyhan.
"Biar gue yang kejar dia!" ucap Mauren dengan bersiap untuk menggoes sepedanya.
Mauren pun mulai menggos sepedanya dengan kemampuan maksimum, tetapi Anto yang berlari sudah jauh pun hampir tertangkap, Anto terus berlari mengelilingi komplek perumahan tersebut, walau melewati beberapa jalan bebatuan, tanah, hingga sampai disekitar taman yang dekat dengan rumah Nikita, Anto pun kini mulai kebingungan untuk lari kemana, hingga dia melihat sebuah gang dan dia pun berlari ke arah gang tersebut, tetapi ternyata dugaannya salah gang yang dia pilih itu ternyata adalah gang buntu.
"Waduh! Kok buntu sih anjir?" ucap Anto dengan kebingungan sambil melihat sekeliling.
"Waduh! Lo gak akan bisa kabur kemana mana lagi nih!" Kata Mauren dengan turun dari sepedanya.
"Aduh, kenapa harus Mauren yang gue hadapin?" ucap Anto dengan menepuk jidatnya dan melirik ke arah Mauren.
"Kenapa Lo diem aja? Takut sama gue? Hahaha!" ucap Mauren yang mulai menghampirinya.
"Mungkin gue akan pakai topeng ini pada saat yang tepat." batin Anto sambil melepas topeng badut tersebut dan diganti dengan topeng Ironman yang dia bawa.
"Lo siapa? Ngapain Lo NYORET RUMAH ORANG!!" Geram Mauren dengan berteriak karena kesal.
"Hahaha! Gue yakin Lo akan kalah sama gue!"ucap Anto dengan berbalik badan dan kini sudah bersiap untuk melawan Mauren.
"Wah wah, berani yah ngelawan gue? Lo gatau siapa gue sebenernya?" ucap mauren dengan mengepalkan tangannya dan terus melihat ke arah anto.
"Gue tahu siapa Lo! Lo adalah Mauren, orang yang sudah menguasai 3 jenis beladiri, yaitu taekwondo, karate, dan Wushu!" ucap Anto dengan menunjuk ke arah Mauren.
"Wah, Lo udah tau yah siapa gue??kira kira Lo enaknya dihajar pake jurus yang mana nih? Hahaha!" ucap Mauren dengan bersiap untuk melawan Anto dan nampak menyombongkan kemampuannya.
"Maaf, gue gamau ngelawan cewek, gak selevel." kata Anto dengan meremehkan Mauren.
"Beraninya Lo ngeremehin ghe!! Maju sini Lo brengsek!!!" Teriak Mauren yang nampak kesal dan dia mulai bersiap dengan kuda kudanya.
"Baiklah kalo itu mau Lo!!" ucap Anto dengan berteriak dan bersiap untuk melawan Mauren.
Mereka berdua pun sudah saling hadap hadapan, dan Anto mulai maju duluan dengan cara berlari lalu menonjok Mauren tepat di kepalanya, tetapi Mauren yang punya kemampuan beladiri khusus langsung menahannya lalu membantingnya dengan sangat kencang ke tanah, Anto yang tak mau kalah langsung bangkit berdiri dan kembali melawan Mauren.
Mereka berdua pun mulai mengeluarkan beladiri andalannya masing masing, dan sudah baku hantam sana sini, yang menyebabkan tangan Anto menjadi patah, tetapi Anto yang sudah tau kelemahan Mauren, dia langsung mengalah dan tersungkur ke tanah karena tendangan Mauren yang cukup keras.
"Hahaha! Kalah kan Lo! Makanya jangan ngeremehin gue yang kecil ini." ucap mauren dengan menghampiri Anto yang sedang kesakitan.
"Tangan gue! Brengsek Lo!" ucap Anto yang membelakangi Mauren sambil memegangi tangannya yang kesakitan.
"Kenapa tangan Lo? Mau gue patahin lagi dua duanya?" ucap Mauren dengan mengepalkan tangannya.
"Gue tau kelemahan Lo! Hahaha!" kata Anto dengan tertawa sangat keras.
"Dih, ini orang gila ya? Kok gue jadi takut nih?" ucap Mauren yang heran karena dia tertawa sendirian.
"Ini kan kelemahan Lo! Hahaha!" ucap anto dengan membuka topeng Ironman tersebut lalu memakai topeng badut dan menunjukkan ke Mauren.
"Huwwaaa!!! Ada badut!!!" ucap Mauren dengan berteriak lalu menonjok wajah Anto dengan sangat keras.
"Hahaha! Rasakan itu! Kelemahan Lo adalah badut! Hahaha!" ucap Anto dengan tertawa dan tak lama kemudian Reyhan pun datang, lalu memanggil orang tersebut.
"Woi!! Lo ngapain Mauren!!" teriak Reyhan yang sudah membawa pemukul baseball di tangannya.
"Haha! Saatnya pergi!" ucap Anto dengan melemparkan bola asap lalu menghilang entah kemana.
"Mauren! Mauren, Lo gapapa?" tanya Reyhan yang merangkul Mauren yang sedang lemas.
"Anterin gue ke rumah Lo, gue takut banget! Huaaaa!" ucap Mauren sambil memeluk tubuh Reyhan dengan sangat erat dan menangis sangat kencang.
"Yaudah, ayok tenangin diri Lo dulu." ucap Reyhan dengan merangkul Mauren berjalan menuju rumah Reyhan.
Setelah beberapa menit kemudian, Mauren yang masih shock dengan kejadian tadi langsung diantar oleh Reyhan ke rumahnya dengan motor, pak Chris yang melihat kejadian tersebut dan sudah memvideokan itu, langsung mengirimkannya ke Roy, dan meneleponnya.
"Halo bos Roy, sudah saya kirim tuh!" ucap pak Chris lewat teleponnya.
"Hmm, baiklah terima kasih atas kerja samanya, terus berjaga di rumah Reyhan." ucap Roy lewat telepon dan mematikannya.
"Kira kira apa yang dikirim sama bodyguard Lo?" tanya dewa yang melirik ke arah Roy.
"Ah, nanti gue periksa! Lagi males nih!"ucap Roy dengan merebahkan tubuhnya di sofa yang empuk.
"Hmm, semoga aja ga ada korban dari kejadian itu!" ucap dewa kepada Roy.
"Oh ya, Lo gak pulang? Kayaknya Lo nyaman banget di rumah gue lama lama?" tanya Roy dengan melirik ke arah dewa.
"Yah, disini nyaman banget, gak kayak di rumah gue selalu aja mereka ribut!" Geram dewa kepada Roy dengan menatap keluar rumah.
"Hah? Maksud Lo?" tanya Roy yang nampak terkejut dengan perkataan dewa.
"Ah, nggak kok, maksud gue tuh tetangga gue yang ribut!" ucap dewa yang terpaksa berbohong kepada Roy.
"Oh yaudah, emangnya Lo gak ada pr?" tanya Roy dengan melihat Dewa yang sedang bermain PS 4.
"Hmm, gue ada pr sih sebenernya, dari pak Hari." ucap Dewa yang masih fokus bermain game.
"Pak Heru? Kan itu guru killer! Lo gak kerjain? Lu bakal mati sama dia!!" ucap Roy dengan melihat ke arah dewa.
"Yaudah! Gue pulang duluan mau ngerjain pr!" ucap dewa yang secara cepat merapikan barang barangnya dan beranjak pergi meninggalkan Roy.
Dewa pun langsung pergi menuju rumahnya menggunakan motor milik Roy, dan dipinjami oleh Roy, setelah beberapa menit di perjalanan sekarang dewa sudah ada di teras rumah, dan dari dalam rumah sudah terdengar keributan yang sangat berisik.
"Hah, rumah lagi rumah lagi! Gue benci rumah ini!" Batin dewa dengan memegang gagang pintu dan mulai membukanya.
Krieet!
Begitu bunyi pintunya, karena dewa yang membuka pintu secara tiba-tiba keadaan di dalam rumah menjadi hening sejenak dan kedua orangtuanya melihat dewa lalu tersenyum kepada dewa.
"Eh sayang, udah pulang?" tanya mama dewa yang menghampiri Dewa walau di matanya tampak lebam.
"Kalian kenapa gak ribut lagi aja? Kenapa pas gue Dateng Lo gak mukulin mama? Kenapa brengsek!" ucap dewa yang melihat ke arah sanji, ayah tirinya yang super galak serta kejam.
"Bilang apa kamu barusan!! Minta di gampar nih anak!!" ucap sanji yang sedang mengepalkan tangannya dan hampir menonjok dewa, tetapi dewa menahannya.
"Orangtua mana yang rela memukul anaknya yang tidak salah apa apa?!!! Orangtua mana!!!" Bentak dewa yang masih menahan tangan sanji lalu berteriak.
"Sudah dewa, cukup dewa!!" ucap mama dewa yang menenangkan dewa.
"Oh ya! Aku lupa, kalau aku hanya punya mama saja, dan Lo bukan orangtua gue!!" Ucap Dewa yang menurunkan tangan sanji secara perlahan dan berteriak.
"Brengsek Lo jadi anak! Mau Lo apa hah!!" ucap sanji dengan berteriak dan dewa tidak memperdulikannya.
"Berisik Lo brengsek!! Gaguna lo hidup kalo bisanya cuma memukul wanita dengan gampangnya!!!" ucap dewa yang berjalan menuju kamarnya dan berteriak, lalu menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang, serta menguncinya.
Dewa pun mulai kesal karena ayah tirinya yang setiap hari selalu saja begitu dan tidak pernah menganggapnya sebagai anak, dewa adalah anak broken home, ayah kandungnya meninggal karena ulah geng halilintar, geng paling berbahaya di Indonesia, semenjak ayah kandung dewa meninggal kehidupannya berubah menjadi sangat berantakan, ibunya menikah lagi dengan preman yang hanya bisa memukul dan tidak bisa menghidupi keluarganya, dewa sudah terbiasa dengan situasi seperti ini setiap harinya, dia tidak ingin orang lain menjadi sedih, dia mau orang lain selalu tertawa dan bahagia, maka dari itu dia selalu bahagia di depan orang lain tetapi di belakang orang lain dia selalu menangis akan nasibnya, tertawa adalah cara terbaik untuk melupakan kesedihan, dan dibalik kesenangan orang lain pasti ada kesedihan juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments