"Hmm, baiklah akan gue lakukan, tapi gantiin yah uangnya!" Seru Lita dengan tersenyum.
"Yaelah, nanti gue gantiin, tenang aja." kata Mauren dengan menggebrak meja di rumahnya.
"Hehe, saatnya gue beraksi!" ucap Lita dengan menutup telepon miliknya dan mulai memakai Hoodie yang sedari tadi dia pakai, Lita pun berjalan ke michael dan tersenyum.
"Kenapa Lo senyum senyum?" tanya Michael yang kebingungan dengan tingkah laku Lita.
"Gue pergi duluan yah, ada urusan mendadak!" kata Lita dengan merapikan barang barangnya dan beranjak pergi dari sana.
"Oh, yaudah hati-hati." kata Michael dengan melihat Lita yang beranjak pergi meninggalkan Michael.
Kini Lita pun pergi ke toko boneka yang ada di mall tersebut, sementara itu dengan Roy dan juga dewa mereka berdua sedang berusaha menghubungi Galang yang sedari tadi susah untuk dihubungi.
"Ah sialan! Kemana sih nih anak!" ucap dewa yang sedari tadi menelepon Galang tetapi belom dijawab olehnya.
"Hadeeh, giliran kita butuh dia aja ga ada!" ucap Roy dengan menepuk jidatnya dan menghela nafas.
"Kenapa Lo nelpon gue?" tanya Galang yang secara tiba tiba ada di belakang mereka.
"Nah!! Ini dia orangnya!" ucap dewa sambil berteriak dan menunjuk ke arah Galang.
"Ada apa lu nelepon gue?!" tanya Galang yang kini sudah duduk di samping Roy.
"Kita butuh informasi dari Lo!" ucap Roy sambil menatap Galang dengan sangat serius.
"Oh, informasi tentang si Nikita?" tanya Galang dengan melihat laptop yang menunjukkan foto Nikita bersama dengan Rizky.
"Iyah nih, Lo kan stalker, nah Nikita itu hubungannya apa sama Rizky?" tanya dewa yang sedang memakan roti isi coklat.
"Hmm, kalo gak salah Nikita sama Rizky itu waktu SMP mereka pernah pacaran hampir 2 tahun!" jelas Galang sambil memejamkan matanya dan menghembuskan nafas.
"Serius!? Lo gak main main kan??" tanya Roy dengan terus melihat Galang yang sedang duduk.
"Gue serius lah, sejak kapan gue bohong!"kata Galang dengan nada kesal.
"Terus? Kita harus apa Roy?" tanya dewa dengan melirik ke arah Roy yang sedang kebingungan.
"Gue rasa kita coba mata matain dia, gimana?" ucap Roy dengan melihat ke arah laptop.
"Lah? Dia udah ilang aja dah!" ucap dewa dengan melihat sekeliling dan ternyata Galang udah menghilang begitu saja.
"Kita gapunya bukti apa-apa lagi soal Rizky, jadi sebaiknya kita tandai saja dia." ucap Roy dengan mengambil sebuah buku dan menuliskan sesuatu.
"Iyah sih, soalnya kita gapunya bukti tentang dia!" jelas dewa yang sedang meminum kopi.
"Pokoknya kita harus terus selidiki si Rizky ini!" Bentak Roy dengan menggebrak meja dan terlihat kesal.
"Kalo emang dia beneran neror Reyhan, kita harus ambil tindakan lebih lanjut!" ucap dewa dengan mengepalkan tangannya dan seakan akan menghajar seseorang.
"Lo gatau berurusan sama siapa! Jangan main asal lawan aja!" kata Roy sambil bertatap muka dengan dewa.
"Bau nafas Lo!, Emang siapa sih?" kata dewa dengan menjauhkan wajahnya dari Roy.
"Kalo ga salah, salah satu temen Rizky itu adalah anak geng halilintar, yaitu geng preman terkuat!" ucap Roy dengan melihat ke arah depan.
"Kalo memang ada anak geng halilintar, gue harus balaskan dendam papa ke salah satu anak geng halilintar itu!"bisabatin dewa mengatakan seperti itu dan dia menggebrak meja dengan sangat keras.
"Kenapa Lo? Meja gue nanti rusak kampret!!" kata Roy dengan menjitak kepala dewa sangat keras.
"Gue gapapa kok, tenang aja." ucap dewa dengan tersenyum kepada Roy.
"Oh ya, udah sore begini Lo ga pulang?" tanya Roy dengan melihat ke jam tangan miliknya.
"Gue males di rumah, mending gue disini aja sampe malem, udah malem baru gue pulang." ucap dewa dengan tersenyum kepada dewa.
"Lah? Emangnya kenapa? Orangtua Lo nanti nyariin!" Ucap Roy yang tampak khawatir terhadap dewa.
"Udah tenang aja, ga akan mereka nyariin gw!" kata dewa kepada Roy.
"Dih, bisa gitu anjir!" ucap Roy dengan mengambil segelas susu hangat dan meminumnya.
Dan secara tiba tiba nada dering handphone milik Roy pun berbunyi, dewa pun tertawa mendengar nada dering handphone milik Roy yang nampak lucu baginya, yaitu lagu dangdut dengan judul "jarang goyang".
"Hahaha! Ngakak anjir, gue kira tampang kayak Lo ga suka lagu dangdut, ternyata suka!"kata dewa dengan tertawa meledek Roy.
"Ah Lo, jangan kasih tau yang lain yah, pliss." ucap Roy dengan memohon kepada dewa dan nampak malu karena ketahuan lagu dangdut di nada dering handphone.
"Iyah, tenang aja sih, angkat tuh teleponnya mending, siapa tau penting!" ucap dewa agar Roy mengangkat telepon tersebut.
Roy pun mengangkat telepon tersebut dan telepon itu adalah dari Reyhan.
"Halo Reyhan, ada apa nih?" tanya Roy kepada Reyhan.
"Hahaha! Ngakak nih, ngakak!!" kata Reyhan dengan tertawa terbahak bahak.
"Lah? Lo kenapa? Kesurupan setan apa nih? Kok ketawa tawa pas teleponan sama gue?" tanya Roy dengan kebingungan.
"Banyak tanya Lo kayak wartawan infotainment!" Geram Reyhan kepada Roy.
"Yeh serius dong! Lu kenapa sih?" tanya Roy kepada Reyhan yang masih tertawa.
"Iyah nih, gue diteror sama orang gajelas! Hahaha!" kata Reyhan dengan kembali tertawa lagi.
"Diteror? Lo serius?" ucap Roy dengan berteriak di telepon.
"Hah? Diteror gimana maksudnya?" kata dewa dengan menghampiri Roy yang sedang menelepon Reyhan dan mengaktifkan loud speaker.
"Iyah! Diteror, katanya Gue suruh jauhin nikita, kan aneh banget nih orang!" ucap Reyhan kepada mereka berdua.
"Sebaiknya Lo cepetan kesini, Ada hal yang Pengen gue omongin!" ucap Roy dengan Santai kepada Reyhan.
"Yaudah, tunggu bentar ya, gue otw!" ucap Reyhan dan langsung mematikan teleponnya, Reyhan pun pergi ke rumah Roy dengan kecepatan sedang.
Setelah beberapa menit melakukan perjalanan, Reyhan dengan santainya masuk ke rumah Roy dengan membawa surat teror tadi di dalam kantong celananya.
"Reyhan! Lo gapapa kan?" tanya dewa kepada Reyhan yang baru saja masuk.
"Apaan sih Lo? Emang Lo pikir gue kenapa?" tanya reyhan dengan kebingungan karena dewa secara tiba tiba menghampirinya.
"Lo beneran di teror?" tanya Roy yang masih duduk santai dikursi.
"Iyah, tapi gue rasa ini hanyalah sebuah candaan." kata Reyhan dengan santainya kepada mereka berdua.
"Emang di teror gimana?" tanya dewa kepada Reyhan.
"Nih! Lo baca ini!" kata Reyhan dengan memberikan kertas tersebut kepada mereka berdua.
"Gue rasa ini bukan candaan biasa, ini beneran Reyhan!!" kata Roy dengan melirik ke arah Reyhan yang sedang makan biskuit yang tersedia di meja.
"Yah! Nih anak malah makan, lagi serius juga!" kata dewa dengan melihat ke arah Reyhan.
"Gue rasa itu cuma candaan dah, ngapain juga orang ngirim begituan? Biar apa?" kata Reyhan dengan santainya kepada mereka berdua.
"Dasar gapeka lu kampret!!" kata Roy dengan menjitak kepala Reyhan.
"Sakit kampret! Gausah ngejitak juga!" kata Reyhan dengan mengusap kepalanya yang kesakitan.
"Gue rasa lu coba jauhin Nikita, daripada lo kena masalah yang lainnya?"ucap dewa kepada Reyhan dengan serius.
"Iyah, gue setuju banget sama ide dewa, biar Lo aman, Lo jauhin Nikita." Suruh Roy kepada Reyhan yang sedang minum jus buah.
"Tapi......" kata Reyhan dengan ragu ragu.
"Tapi kenapa lagi? Lo suka sama dia?" tanya dewa kepada Reyhan.
"Gatau juga sih, baru aja kenal." kata Reyhan kepada mereka berdua.
"Kalo begitu, Lo coba aja jauhin dia, kalo Lo masih deketin dia percaya sama gue Lo gak bakalan tenang hidupnya!" kata Roy kepada Reyhan.
"Hmm, yaudah gue akan berusaha menjauhi Nikita!" kata Reyhan dengan ragu ragu.
"Tapi, apa Lo ngeliat siapa yang ngirim surat ini?" tanya dewa kepada Reyhan.
"Nggak, soalnya pas gue keluar rumah sudah ada kertas ini." kata Reyhan dengan menunjukkan kertas yang ada.
"Hmm, kita harus segera selidiki siapa yang neror Reyhan seperti ini." kata dewa dengan berbisik kepada Roy.
"Yaudah, tenang aja kita saling bekerja sama saja!" kata Roy Kepada dewa.
"Hah? Maksud kalian?" kata Reyhan yang nampak kebingungan.
"Udah, Lo intinya gausah deketin Nikita lagi, paham??" Jelas Roy memberikan penjelasan kepada Reyhan.
"Hmm, yaudah Iyah gue bakal jauhin Nikita." kata Reyhan kepada mereka berdua dengan mengangguk mengerti.
Sementara itu dengan Lita, kini dia sudah berada di toko boneka untuk membeli boneka yang disuruh Mauren, yaitu boneka seram, pada saat sedang memilih boneka mana yang paling seram, Lita tak sengaja bersenggolan dengan seseorang dan itu adalah Zoey yang ternyata sedang berada di toko boneka tersebut.
"Hai, Zoey, apa kabar?" sapa Lita sambil tersenyum kepada zoey.
"Loh? Kita ketemu lagi nih!" kata zoey kepada Lita yang sedang memilih boneka.
"Iyah nih, Lo ngapain disini? Mau beli boneka apa?" tanya Lita yang masih fokus mencari boneka yang cukup seram.
"Hmm, gue mau beli boneka Barbie buat adek gue, kalo Lo sendiri?" yanya Zoey sambil melirik ke arah Lita.
"Kalo gue beli boneka buat adek gue juga nih!" kata Lita yang berusaha berbohong kepada zoey agar tidak ketahuan rencananya.
"Oh begitu, dewa mana? Bukannya tadi Lo sama dewa?" tanya Zoey kepada Lita sambil melihat sekeliling.
"Hmm, dewa tadi pulang duluan, gara-gara urusan mendadak tuh!" kata Lita yang nampak kesal kepada dewa.
"Hmm gitu yah, tapi kalo buat adek Lo kenapa Lo milih boneka yang seram?" kata zoey dengan melirik ke arah Lita yang sedang memegangi boneka yang seram tersebut.
"Hahaha, gue mau jailin adek gua! Biarin dia ketakutan! Hahaha!" kata Lita dengan tertawa di hadapan zoey.
"Lah? Lo kan gapunya adek, adek yang mana nih?" kata Verrel yang tiba tiba datang dan menghampiri zoey.
"Iyah! Lo kan gapunya adek, terus nih boneka buat adek yang mana?" kata zoey dengan menunjuk ke arah boneka yang dia bawa.
"Hmm, ini- ini- ini buat adek sepupu gue, dia lagi mampir di rumah!" kata Lita dengan ketakutan dan mulai menjauh.
"Hati hati Lo jalan mundur, nanti ketabrak sama yang belakang! Hahah!" kata Verrel dengan meledek Lita yang mulai beranjak pergi dari sana.
"Hmm, kalo gitu gue duluan yah!" Seru Lita yang langsung pergi ke kasir untuk membayar boneka yang dia beli.
"Hmm, tampak mencurigakan nih!" batin zoey sambil melihat ke arah Lita yang sedang membayar di kasir.
"Woi! Bengong aja Lo! Ayo kita lanjut cari bonekanya!" kata Verrel dengan menyadarkan zoey yang sedang bengong.
"Eh? Iyah, ayo deh!" kata zoey yang tiba tiba sadar dan langsung kembali memilih boneka yang ada.
Setelah selesai membayar boneka tersebut, kini Lita sudah berada di perjalanan menuju rumah Mauren untuk memberikannya kepada Mauren, setelah beberapa menit di perjalanan, sekarang Lita sudah berada di rumah Mauren, dia pun beranjak masuk ke dalam rumah mauren, dan disana sudah ada Lauren serta juga Milea yang sedang berkumpul.
"Hey Lita! Lama banget Lo!" sapa Lauren yang berteriak kepada Lita.
"Hadeh, capek gua deg-degan cuy!" kata Lita dengan menghela nafas panjang dan duduk di samping Milea.
"Lo kenapa? Kayaknya panik banget, sampe keringetan gini?" tanya Milea kepada Lita yang sedang mengelap keringatnya.
"Tadi, gue hampir ketahuan Sama zoey, dia kayaknya curiga sama gue!" kata Lita kepada mereka berdua.
"Hah?? Ketahuan sama zoey? Maksudnya?" kata Mauren dengan berteriak, karena dia sedang berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka.
"Iyah! Gue tadi ketemu sama zoey di toko boneka, terus dia nanya ini boneka buat siapa!" kata Lita kepada mereka berdua yang nampak serius.
"Terus? Lo bilang apa ke dia?" tanya Milea kepada Lita yang masih panik.
"Gue bilang, ini buat adek gue padahal kan gue gapunya adek!" jelas Lita kepada mereka berdua.
"Lah? Lagian ngapain Lo bilang ini buat adek Lo? Kenapa gak bilang kalo ini buat Abang Lo? Kan lo punya Abang!" jelas Mauren sambil membawakan minuman serta cemilan untuk mereka.
"Iyah! Gue gak kepikiran tadi, saking paniknya cuy!!" kata Lita kepada mereka bertiga dan nampak serius.
"Okeh, jadi mana boneka yang gue suruh?" tanya Mauren dengan menadahkan tangannya seakan akan meminta sesuatu.
"Haduh, nih bonekanya! Gue gatau ini seram apa nggak!" kata Lita dengan memberikan boneka tersebut yang dia bawa di kantong kresek.
"Hmm, kurang serem! Ini harus ada noda noda merah gitu, biar terkesan kayak ada darah!" kata Mauren dengan tersenyum kepada mereka bertiga.
"Nih, gue bawa lipstik, biar gue aja yang buat boneka ini agar seram lagi!" kata Lauren dengan mengeluarkan lipstik dari tas kecil yang dia bawa dan mencoret coret boneka tersebut dengan lipstik.
"Nah! Ini sih gue rasa udah serem nih!" kata Milea dengan berteriak karena baginya boneka itu cukup seram.
"Yah! Ini mah kurang dong! Harusnya begini nih!!" kata Mauren dengan merobek tangan boneka tersebut dan melepaskan kedua mata boneka tersebut.
"Buset! Bonekanya padahal bagus pas gue beli, pas nyampe sini di mutilasi gini anjir!" kata Lita dengan terperangah melihat boneka yang sedang di modifikasi oleh Mauren.
"Udah, Lo diem aja! Biarkan dia berkarya! Hahaha!" kata Lauren dengan tertawa melihat Mauren yang sedang memodifikasi boneka tersebut.
"Gimana? Udah serem kan?" kata Mauren dengan menunjukkan boneka tersebut di hadapan mereka.
"Yaudah, sekarang tinggal kasih topingnya deh!" kata Milea dengan menempelkan kertas bertuliskan "jauhkan Reyhan atau Lo akan celaka" di boneka tersebut.
"Anjay, toping gak tuh! Lo pikir eskrim pake toping segala?" kata Lita dengan melirik ke arah Milea yang sedang menempelkan kertas tersebut.
"Nah! Udah selesai, tinggal kita anterin ke rumahnya si Nikita!" kata Mauren dengan memamerkan boneka tersebut kepada mereka.
"Siapa nih yang nganterin?" tanya Milea dengan melihat kepada Mauren.
"Biar gue ajah!" kata Shinta yang baru saja datang dan dia sudah siap dengan Hoodie berwarna ungu dan topeng power ranger merah.
"Eh? Serius pake topeng begitu?" kata Mauren dengan kebingungan melihat Shinta yang baru saja datang.
"Iyah, sini bonekanya biar gue aja yang antar." kata Shinta yang berjalan ke arah Mauren lalu mengambil boneka tersebut.
"Yaudah, Lo yang anterin, tapi ingat jangan sampai ketahuan sama orang lain!" Tegas Mauren dengan memperingati Shinta yang mengambil boneka tersebut dari genggamannya.
"Yaelah, tenang aja, Gue udah persiapkan semuanya!" kata Shinta dengan beranjak pergi meninggalkan mereka semua.
Sementara itu dengan Shinta, setelah beberapa menit melakukan perjalanan dari rumah Mauren ke rumah Nikita, kini dia sudah sampai di rumah Nikita, dan Shinta yang memiliki perlengkapan hacking serta juga drone yang canggih, dia mengeluarkan drone tersebut dan menaruh boneka itu di drone tersebut, Shinta pun mulai mengendalikan drone tersebut ke arah kamar Nikita, dan menaruhnya tepat di jendela yang terbuka.
"Hahaha!, Lancar juga yah ternyata!" kata Shinta dengan mengambil kembali dronenya dan beranjak pergi.
Sementara itu dari kejauhan ada salah satu bodyguard andalan Roy yang sedang bersantai di pos satpam, dia pun memofoto seseorang yang mengenakan Hoodie ungu, lalu mengirimkan foto tersebut ke Roy.
"Halo, bos sudah saya kirim nih!" kata jaka yang menelepon Roy.
"Hmm, baiklah terima kasih, terus berjaga jaga dan jangan sampai ketahuan!" kata Roy dengan melihat foto tersebut.
"Baiklah bos! Laksanakan!" kata jaka dengan mematikan teleponnya.
Setelah beberapa jam berlalu, waktu sudah menunjukan pukul 8 malam,kini Nikita yang selesai beraktifitas pun beranjak masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat karena seharian berjalan dengan Rizky, Nikita masuk ke kamar dengan santainya dan dia langsung rebahan di tempat tidurnya yang cukup empuk, namun pada saat dia sedang rebahan, hujan tampak turun deras di luar dan petir menggelegar dimana mana.
"Huftt, capek banget hari ini!" Keluh Nikita dengan merebahkan tubuhnya di kasur.
Lalu secara tiba tiba jendela di kamar Nikita pun terbuka karena angin, dan petir menggelar dengan sangat kencang, pada saat Nikita berjalan menuju jendela tersebut, nampak sebuah boneka yang kotor dan juga nampak seram berada di meja dekat jendela yang terbuka tersebut, petir menggelegar dengan sangat kencang dan tiba tiba listrik di rumah Nikita pun langsung mati.
"Maa!! Kenapa lampunya mati!!" Geram Nikita dengan berteriak karena lampunya mati.
"Saldonya habis! Mama lupa isi!" kata mama Nikita dengan berteriak.
"Yaelah, pake abis segala lagi!" Kesal Nikita dengan mengeluh karena lampunya habis.
Petir kembali menyambar dan kini sedikit menerangi area rumah Nikita yang gelap tersebut, Nikita pun berjalan ke arah jendela untuk menutup jendelanya, namun pada saat sudah di dekat jendela Nikita melihat sesuatu yang berkedip di meja tersebut, Nikita pun berusaha mengambil handphone miliknya di kantong celana, dan menyalakan senter yang ada di handphone miliknya, dan tampaklah sesosok boneka yang sedang memegang sebuah kertas.
"Boneka darimana anjir? Kok ada dikamar gue?".kata Nikita dengan kebingungan karena boneka tersebut yang tiba tiba berada di kamar Nikita.
Nikita pun meraih boneka tersebut dan melihat tulisan yang tertempel di tubuh boneka itu, Nikita tampak kaget karena melihat tulisan yang menyuruhnya untuk menjauhi Reyhan.
"Siapa sih yang neror gue begini? Sejak gue sekolah disitu dan kenal sama Reyhan gue selalu aja dapet hujatan dari para haters, padahal sebelumnya ga ada sama sekali, apa ini tandanya gue harus menjauhi Reyhan? Kalo memang ini yang terbaik untuk gue, baiklah gue akan menjauh dari Reyhan." kata Nikita dengan melihat ke jendela dan menatap langit yang cukup deras karena hujan.
Setelah beberapa menit kemudian, rumah Nikita pun kembali menyala dan Nikita langsung tidur pada saat listrik kembali normal.
Beberapa hari kemudian....
Tepatnya hari Senin, Reyhan sedang berjalan menuju kelasnya, dan pada saat sedang berjalan dia tidak sengaja menabrak seseorang dan itu membuat dagangan yang dia bawa menjadi berantakan.
"Aduh! Maaf yah, gue ga sengaja" ucap reyhan dengan merapikan kembali dagangannya yang berantakan.
"Oh, gue juga minta maaf ga liat soalnya." Jelas Rizky yang membantu merapikan barang dagangan Reyhan.
Setelah selesai, Reyhan pun kembali berjalan ke kelasnya dengan santai, Reyhan pun pada saat di kelas melihat dewa yang nampak lemas dan sedang menaruh kepalanya di meja.
"Kenapa Lo? Kok lemes?" tanya Reyhan dengan duduk di samping Dewa.
"Hmm? Aduh, sakit banget nih perut gue" kata dewa dengan memegangi perutnya.
"Hah? Kenapa Lo?" Tanya Reyhan yang nampak khawatir dengan kondisi dewa yang sedari tadi lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments