"Sudah Tuan, jangan di ladenin. Biarkan saja dia mau bicara sesuka hati dia." ucap Chalondra dengan mengelus punggung Ley. Ley pun segera duduk seraya menarik lengan Chalondra. Agar tidak jauh jauh darinya.
Entah apa yang ada dalam pikiran Ley, kenapa dirinya yang harus menjaga Chalondra dari wanita itu. Padahal yang seharusnya di jaga adalah Ley.
"Wasley, kau duduk tenang ya sayang. Pengasuhmu tidak akan pergi jauh darimu." tegur guru therapy Ley. Baru ini Ley mau melepas lengan Chalondra.
"kamu jangan pergi dari sini. saya tidak mau melihat kamu di sakiti lagi oleh wanita itu." ucapnya dengan suara lemah.
"Iya tuan," jawabnya
...●...
Sedangkan di rumah,
Irena memasuki kamar Ley, kamar yang dulu selalu berantakan karena kekacauan yang Ley lakukan. tapi sekarang jauh lebih rapi. duduk sebentar di ranjang milik Ley. lalu melihat benda pipih hadiah ulang tahun dari papinya.
Irena mengambil benda pipih itu. dan mulai ngecek ponsel milik Ley. "Tidak ada obrolan dengan siapapun, memangnya anak cacat itu punya teman? bahkan teman teman mereka semua juga pasti cacat seperti Ley." gumamnya. Irena kembali meletakkan ponselnya pada tempat semula.
"Aneh, kenapa sekarang Ley jauh lebih tenang. apa Arnetta tidak memberikan obat itu?" batinnya. Irena segera bangkit dari duduknya. lalu segera berjalan kekamar belakang. kamar yang dulunya di tempati Arnetta, dan sekarang di tempati oleh Chalondra.
Irena segera masuk dan segera mengecek laci mejanya. Irena berusaha mencari jejak obatnya yang sering di berikan oleh Arnetta setiap bulan.
"Tidak ada, kemana botol botol obat itu? apa sudah di buang?" monolognya. Irena masih fokus mencari jejak obat obatan itu di kamar Arnetta. Kamat Arnetta memang terletak masih dekat dengan ruangan ruangan lain. itu karena atas permintaan Landolfo agar lebih cepat tanggap ketika Ley butuh sesuatu.
"Oohh iya, bukankah aku selalu meminta Arnetta untuk membuang botol itu setiap kali habis.? apa benar obat itu habis karena di berikan pada Ley, atau obat itu hanya di buang sia sia." lagi lagi Irena bermonolog sendiri.
Irena segera menghubungi dokter kepercayaannya. lalu menanyakan perihal dampak obat obatan yang sering ia beli. Karena seharusnya keadaan Ley semakin memburuk, ini.. malah Ley lebih terlihat seperti orang orang waras tanpa terlihat jika Ley seperti anak berkebutuhan khusus.
Sambil melangkah keluar dari kamar Arnetta, Irena semakin mempercepat jalannya, menuju kamar.
Tak begitu lama, Irena segera mengobrol dengan dokter kepercayaan. dan mulai mengungkapkan semua yang ingin ia utarakan.
Setelah obrolan selesei, Irena kembali di rundung rasa curiga, padahal jika obat itu di konsumsi setiap hari, maka keadaan Ley semakin memburuk. tapi ini... ini malah sebaliknya. Irena mencari lagi obat yang kemarin di berikan pada Chalondra.
"Nyonya," panggil Chalondra, yang membuat Irena sangat terkejut.
"Kau membuatku jantungan Londra, apa apaan sihh kau ini?" geram Irena dengan menatap kesal wajah Chalondra.
"Maafkan saya nyonya, saya tidak bermaksud seperti itu." jawabnya.
"Di mana obat yang aku berikan padamu? kau tidak membuangnya kan?" tanya Irena.
"Tidak nyonya, obat itu masih ada di saya. dan ini.. sudah berkurang 6 butir." jawab Chalondra, seraya menunjukkan obat berbotol itu.
"Aku tidak percaya, jika obat itu masih di berikan." Irena membantah pernyataan Chalondra.
"Benar Nyonya, setiap malam saya memberikannya" katanya lagi untuk meyakinkan. Bagaimana Chalondra akan memberikan obat itu, jika bik Arnetta pernah bilang, jangan pernah sekali kali memberikannya. karena jika sampai Tuan mudanya mengkonsumsi obat itu lagi, yang ada Tuan muda mereka akan semakin buruk keadaanya, tuan mudanya akan mengalami halusinasi berkepanjangan..
"Tapi kenapa Ley belum juga membaik. dan masih seperti itu" ucap Irena. "Ya sudah," tambahnya kemudian. lalu segera mengambil kunci mobil. "daripada di rumah hanya menjaga anak cacat itu, lebih baik aku ke kantor papi saja." batinnya.
...●...
1 bulan sudah berlalu.
Kini Ley kembali tinggal bersama Chalondra dan beberapa pelayan di rumah nya. Baru beberapa hari Ley mulai merasakan kehadiran papinya, kini malah harus berpisah lagi karena pekerjaan. bisa di pastikan, jika Ley bisa lebih lama lagi untuk bisa dekat kembali dengan papinya.
Masih terngiang di telinga Ley, ketika sang papi berkata
♤"Boy, jangan hawatir. Papi pasti akan sering berkunjung lagi kesini. Kau jaga rumah baik baik. Papi pasti akan merindukan kamu." ucapnya dengan memberi pelukan perpisahan.
Landolfo sadar, jika dirinya juga harus memikirkan perkembangan Ley, "Papi akan mencari dokter terbaik untukmu, Papi ingin kau kembali seperti dulu lagi. Seperti Weslay kecil papi yang sangat papi banggakan karena kelincahanmu." ucapnya lagi. Sedang kan Ley, Ley hanya bisa diam. Karena tak tau harus menjawab apa.
Semenjak Arnetta tidak memberikan obat pemberian Irena, keadaan Wasley semakin membaik. Ley tidak pernah lagi berhalusinasi di tengah malam.
Dulu setiap Arnetta memberikan obat itu, Ley akan sulit tidur. Dan meracau tidak jelas. Di tambah lagi Ley selalu mengeluhkan sakit kepala.
Arnetta pun berkonsultasi pada dokter anak waktu itu. Dan menceritakan perihal anak asuhnya yang sering mengalami pusing. beruntung Arnetta langsung berkonsultasi dan menghentikan pemberian obat obatan itu. Karena ternyata obat itu obat ilegal yang tidak boleh di konsumsi harian. Karena akan mengakibatkan kemandulan dan impotensi. Dan juga akan merusak syaraf syaraf otam dan yang sangat berfungsi untuk motorik dan pendengaran. ♤
"Apa tuan akan jalan jalan,?" tanya Chalondra tiba tiba.
"Saya tidak mau kemana mana. Saya hanya ingin di rumah saja." jawab nya.
"Kalau begitu... Bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang mengasyikkan?" tawar Chalondra seraya mengedip ngedipkan matanya.
Ley yang melihat Chalondra seperti tengah menggodanya pun, mulai berfikir kearah pikiran kotor. Chalondra memang cantik, kulitnya berwarna putih, hidungnya mancung punya bulu mata yang lentik, namun tingginya hanya sedada Ley.
"Tuan... Bagaimana, apa tuan mau?" tanya nya.
Ley segera tersadar dari pikiran kotornya. ehemmm... "Ok, tapi saya tidak mau bermain tanah seperti yang di kerjakan sekolah." ucapnya
"Baiklah, kita akan bermain busa saja." ucapnya. Lalu segera mengambil sesuatu dari dalam kantongan Chalondra.
"Kamu dapat ini dari mana?" tanya Ley penasaran
"Tadi di sekolah, ayok main." ajak Chalondra, seraya menarik pergelangan tangan Ley.
Bersama Ley, Chalondra seperti sedang bermain dengan anak kecil yang selalu merengek meminta sesuatu milik Chalondra. terkadang meminta di temani di kamar untuk bermain mobil mobilan ataupun Robot.
Semenjak adanya Chalondra di sisi Ley, Ley jadi bisa melupakan benda pipih yang sering ia tonton video Me*um.
Ley menatap Chalondra dari samping, ketika Chalondra tengah meniup busa. Ley jadi gemas melihat bibir Chalondra yang di monyongkan. Ada rasa ingin meraup bibir milik Chalondra.
Mereka pun kembali asyik bermain dengan busa yang di hasilkan dari tiupan Chalondra.
...●...
Ley mencari Chalondra ketika mendengar petir begitu keras. Ley memang sangat takut dengan suara petir yang begitu menggelegar.
Ley segera menuju kamar Chalondra, Ley melihat Chalobdra tengah melepas handuk dari tubuhya karena habis mandi. Mungkin Chalondra lupa menutup pintu, sehingga pergerakan Chalobdra di rekam oleh memory Ley.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Pipin Wahyuni
memang nya bisa ya ,anak begitu berpikir dewasa
2023-05-10
0
Defi
Efek obatnya sangat ngeri, benar2 jahat ini ibu tiri.. seperti jargon ibu tiri hanya cinta ayahku dan harta 😁
2023-04-01
2