Keesokan malamnya, saat Alya bersiap untuk tidur, pintu kamarnya dibuka seseorang. Spontan perempuan berperawakan mungil itu, loncat dari tempat tidur dan memasang sikap waspada.
"Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Alya dengan membentak pada pria kepala botak yang menyeringai mesum padanya.
"Tenang cantik, Tuan Murano ingin bertemu dengan kamu." jawabnya
"Bohong." bentak Alya
"Ayo ikut aku ke kamar tuan Murano." si kepala botak menarik tangan Alya.
Namun Alya langsung menepisnya. "Aku bisa jalan sendiri." ketusnya.
"Setelah Tuan Murano puas, kamu akan jadi milikku." Si botak memajukan bibirnya membuat Alya jijik.
Alya berjalan di belakang si botak. Di belakangnya ada dua pengawal yang mengikuti. Kamar Tuan Murano ada di lantai tiga. Selama perjalanan, Alya memperhatikan tiap sudut ke rumah mewah yang sangat luas itu. Siapa tahu ada celah untuk melarikan dari rumah itu. Banyak terdapat patung dan lukisan yang aneh. Tiap sudutnya terpasang kamera CCTV dan ada pengawal yang hilir mudik rumah itu juga memiliki banyak ruangan.
Alya mendesah Bagaimana caranya bisa lolos dari sini." ucapnya dalam hati.
"Ini kamarnya Tuan Murano" ucap si botak
Di depan pintu dengan pikiran berwarna keemasan. Jantung Alya berdegup kencang. Ia sangat takut. Terbayang lagi peristiwa beberapa hari yang lalu.
"Inikah waktunya saya untuk disiksa?
"Tuhan beri saya kekuatan lindungi saya." doa Alya dalam hati.
Si botak mengetuk pintu. Terdengar suara dari dalam yang minta Si botak masuk.
"Aku pesimis kamu bisa keluar dari sini dengan selamat." ucapnya membuat Alya semakin takut.
Mungkin aku harus mengucapkan selamat tinggal. Si botak membuka pintu dan menyuruh Alya masuk. Alya melangkah dengan ragu. Si botak yang tidak sabar menarik dan mendorongnya, lalu menutup pintu.
Ruangan ini sangat gelap. Satu-satunya sumber cahaya dari jendela. Itu pun agak redup. Tiba-tiba lampu menyala sangat terang Alya terkesima melihat kamar Tuan Murano yang tidak hanya rapi, bersih, tapi juga dipenuhi barang-barang mewah.
"Apa kau siap?
Alya melonjak kaget. Entah Sejak kapan Tuan Murano ada di belakangnya mendekati Alya. Alya mundur hingga tubuhnya mengenai dinding.
"Apa kau siap bermain-main denganku? Murano tersenyum samar. Pria dengan kulit putih itu membelai wajah Alya.
"Saya tidak mengerti Tuan." ucap Alya.
Murano semakin mendekatkan wajahnya. Alya bisa mencium aroma tubuh Murano yang menyegarkan. lalu menarik rambutnya kencang hingga ikat rambutnya terlepas.
Alya berteriak sambil memegangi rambutnya, yang seperti akan tercerabut semua dari kepalanya.
"Sakit Tuan." lirihnya.
Murano mendorongnya hingga Alya tersungkur dan telinga terbentur ke dinding. Alya mengusap keningnya. Baru saja ia akan bangun, Murano menendang perutnya.
"Aargh!" Alya berteriak sambil memegangi perutnya. Seketika ia merasa mual
"Wanita lemah." ejek Murano.
"Kau merasa bangga bisa menyakiti orang yang lemah?" sindir Alya
Murano semakin naik pitam.nDia menghampiri Alya. Alya pasrah apabila ia harus mati malam ini. Semakin dekat Alya memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering. Murano berubah haluan, ia mengambil ponsel di tempat tidur.
Murano berjongkok. Kita teruskan nanti. Murano menutup pintu kamar dengan keras. Alya merasa lega setidaknya kematiannya sedikit tertunda. Alya bangun, lalu meneguk segelas air putih. Tubuhnya lemas, ia tertidur di dekat jendela.
Saat sedang terlelap, Murano datang. Pria itu berjongkok dan menatap wajah Alya yang Sendu membelainya dengan lembut, hingga Alya terbangun. Refleks Alya langsung menepis tangan Murano.
Ku akui kau memang cantik dan pemberani mari kita membuat kesepakatan. Kedua alis Alya bertaut.
"Kesepakatan apa?
Senyum licik tersungging di bibir pria berusia 35 tahun itu. Murano berdiri dan memasukkan tangannya ke saku celana.
Kalau kau bisa bertahan selama satu tahun denganku, Aku akan membebaskan mu dan memberikan uang yang sangat banyak.
"Berapa." sahut Alia
" Seratus juta real."
Mata Alya membulat. Itu jumlah uang yang sangat banyak. Dengan uang itu, dia bisa mengobati ibunya, membuat usaha untuk masa depannya dan keluarga. Namun ia ragu bisakah bertahan bersama pria gila yang kejam itu.
"Bagaimana kalau saya tidak bisa bertahan sampai satu tahun? Bagaimana kalau saya mati?"
"Kau tidak akan mendapatkan apapun."
Alya menelan ludah Dan tersenyum getir.
"lebih baik Tuan bunuh saja saya sekarang."
kening Murano mengerenyit dan kembali berjongkok.
"Siapa kau berani memerintah ku?"
Alya menatap mata Murano.
" Mau sampai kapan Tuan menyiksa orang lemah?"
Murano menarik tubuh Alya dan mendorongnya keranjang. Rok Alya tersikat sehingga memperlihatkan pahanya yang mulus. Murano meneguk ludah. Sudah lama ia tidak melihat pemandangan seindah itu.
Jiwa kelakiannya berontak. Ia membuka jas dan kancing kemejanya, dan menindih Alya. Alya memberontak. Tapi ia kalah tenaga. Murano mengecup wajah Alya dengan kasar, dan memainkan bibir tipisnya. Alya pasrah saat Murano tengah menikmatinya. Alya menggigit bibir Murano hingga berdarah.
Murano spontan bangun dan memegang bibirnya, yang terasa perih. Alya bergegas turun dari ranjang
"Kurang ajar." bentaknya
"Suruh siapa mengecup bibir orang tanpa izin." sahut Alya
Aku tidak memerlukan izin untuk berbuat sesuatu.
"Tuan merasa sakit kan? Alya bertanya sambil tersenyum sinis. Baru segitu saja Coba sudah meringis kesakitan.Bayangkan rasa sakit yang diderita orang-orang yang Tuan siksa.
Murano mengeram. "Kau terlalu banyak bicara." Murano membuka ikat pinggangnya dan memukul ke sembarang arah, membuat Alya gemetar ketakutan.
"Benar-benar lelaki yang sangat kejam, aku belum pernah menemukan lelaki kejam seperti ini." gumam Alya dalam hati sambil menatap Murano dengan tatapan tajam.
Alya terkena sabetan ikat pinggang Murano di bagian lengannya. Perihnya sampai seluruh tubuh. Murano kembali menyabetkan ikat pinggangnya. Kali ini kalian bisa menghindar.
Sebuah sabetan mengenai punggungnya. Alya berteriak.
"Sakit....!"
Murano kembali menarik tubuh Alya yang semakin tidak berdaya, dan melemparkannya keranjang. Murano menyeringai dan melucuti pakaian Alya
"lumayan juga." gumamnya dengan sorot mata penuh nafsu
"Jangan lakukan itu Tuan, Saya mohon Alya memohon. Air matanya mengucur deras.
Murano tidak memedulikan semua itu, ia mengecup wajah, leher, dan dada Alya dengan penuh nafsu. Alya terus memohon agar Murano tidak melakukannya. Tapi Murano tak peduli.
Saat Murano sudah di puncak nafsunya, Ia baru menyadari sesuatu.
"Kau sudah tidak perawan." garamnya
Alya mengangguk pasrah.
"Dasar perempuan murahan." Murano menampar Alya dengan keras. Darah segar keluar dari sudut bibir tipisnya. Murano mengangkat tubuhnya.
"Saya bukan perempuan murahan." ucapnya dengan tegas. Alya mencoba bangun. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Saya tidak pernah menjajakan tubuh ke pria lain. Kalaupun sekarang saya telanjang di hadapan anda ini adalah sebuah keterpaksaan.
"Munafik!"
Alya mengambil bantal kecil dari sofa untuk menutupi bagian tubuhnya. Aku sudah menikah dua tahun yang lalu, dan saat ini sudah memiliki anak.
"Apa?"
Murano yang sudah mengenakan celana, duduk lemas di tepi ranjang.
"Dasar penipu!"
"Anda tidak pernah bertanya kan? saya masih perawan atau tidak."Alya tersenyum sinis. Malam ini terasa sangat panjang bagi wanita itu.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Winna
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻
2023-06-08
2