"Aku dengar wanita yang bernama Alya punya anak juga ya? Di mana dia?
"Iya, anaknya perempuan. Saat ini ada di rumah."
"Sama siapa? apa ada pengasuh?
Murano menggeleng
"Pengawal-pengawalku yang menjaganya."
"Are you seriously?" mata dokter Chang Mai terbelalak sangking terkejut. Apa mereka bisa sabar mengasuh anak bayi?
Mereka multitalent. Selain bisa menguasai senjata dan berkelahi mereka juga bisa mengasuh anak." ujar Murano tanpa beban.
Dokter Chang mei geleng-geleng kepala. "Anak itu pasti cerewet dan rewel. Karena jauh dari ibu dan ayahnya."
Murano mengangkat dua bahunya. Ia memang tidak pernah memikirkan keadaan Mariska.
"Kamu ingin Alya selamat, kan?" raut wajah dokter Chang mei menjadi serius.
"Tentu akan aku lakukan apapun."
"Bawa anaknya ke sini, ikatan emosional ibu dan anak itu, sangat kuat loh." ucap sang dokter berkulit putih bersih itu.
"Baiklah, akan kucoba." ucap Murano. Dokter Chang Mai mengacungkan ibu jari.
"Apa tidak ada obat untukku?"
Kamu belum butuh obat Murano dokter Chang mei membetulkan letak kacamatanya.
"Sudah sebulan ini, aku susah tidur mimpi buruk itu selalu datang."
"Ehem.. baiklah, tapi ingat minumnya sesuai resep ya." dokter Chang mai menuliskan sesuatu di selembar kertas dan memberikannya pada Murano.
"Terima kasih."
"Kairo dan beberapa rekannya punya kesibukan baru. Yaitu mengasuh Mariska, agar gadis kecil itu tidak rewel dan mencari ibunya terus. Mereka membelikan banyak mainan Kairo, mulai menikmati perannya sebagai pengasuh dadakan. Pria berkulit hitam itu, bahkan berpikir untuk meninggalkan dunia kejahatannya, yang penuh dengan darah dan air mata.
Murano pulang tanpa pemberitahuan membuat Kairo Dan rekan-rekannya panik. pasalnya keadaan rumah, Kini seperti kapal pecah. Mainan berserakan roti biskuit dan makanan berceceran kemana-mana.
Belum selesai merapikan dan bersih-bersih, Murano keburu masuk ke rumah. Murano tercengang melihat keadaan rumahnya.
"Apa-apaan ini?" bentaknya.
Kairo dan rekan-rekannya langsung bersimpuh di hadapannya, dan meminta maaf. Mariska menghampirinya dan memeluk kaki kanannya, menatap mata gadis kecil itu seperti ada sesuatu yang menghangatkan hatinya.
Murano menggendong gadis kecil itu. Kairo dan rekan-rekannya saling memandang, takut kalau Murano melukainya yang emosinya sedang tidak stabil.
"Aku akan bawa anak ini ke rumah sakit. Kairo kamu ikut denganku, yang lain bereskan rumah ini." Murano memberi tekanan pada kata bereskan
***
Hari beranjak sore. Daniel masih melamun di teras rumah, meratapi kegagalannya Sebagai seorang pria untuk melindungi istri dan anaknya.
Bimbim mulai gemas melihat sikap kakak iparnya itu. " Kak, mau sampai kapan seperti ini Terus?" tanyanya
"Entahlah pria beralis tebal itu menopang wajahnya dengan tangan kanan.
"Apa dengan cara melamun bisa membuat Kak Alya dan Mariska kembali?" tanya Bimbim Ketus
Daniel mendongak. "Lalu aku harus apa kakakmu tidak akan kembali Karena dia sudah bosan hidup susah bersamaku." teriaknya.
Daniel mengacak-acak rambutnya lalu mengepal tangannya. Bimbim kasihan melihatnya. Daniel menutupi wajah dengan kedua tangannya Bimbim berjongkok dan menepuk-nepuk pundak Daniel.
"Kak Daniel mengenal Kak Alya sejak masih kecil, kan? tentu Kak Daniel tahu kapan dia bicara dusta kapan dia bicara jujur
Daniel mengusap wajahnya dengan kasar? "Maksudnya?"
"Apa yang Kak Alya katakan Tidak benar, dia pasti diancam oleh orang jahat itu.
"Kakak pun tidak yakin kalau dia akan meninggalkan kita." tapi...... mata Daniel menerawang menatap langit senja.
"Kakak harus bangkit, buktikan kalau kakak itu pria sejati. Tangan Bimbim terkepal diangkat tinggi-tinggi seperti seorang orator yang sedang berorasi memberikan semangat untuk Daniel.
***
"Anda harus memastikan anak ini tidak menangis dan membuat keributan atau menyentuh peralatan medis di dalam." ucap dokter Ritonga yang bertugas merawat Alya.
"Iya dokter, saya akan menjaganya dengan baik." sahut Murano.
setelah memakai pakaian khusus yang sudah disteril, Murano masuk ke ruang sambil menggendong Mariska
"Bu...."teriak Mariska sambil menunjuk-nunjuk dan meminta turun.
"Alya Maafkan aku, bangunlah Aku tidak akan menyakitimu kamu lagi? mata Murano berkaca-kaca. lihat aku membawa Mariska dia baik dan sehat Aku menjaganya dengan baik."
"Bu...."Mariska kembali." berteriak Murano mendekatkan Mariska ke ibunya. Agar ia bisa menyentuh tangan ibunya.
Mariska mengusap-usap tangan Alya. " Bu lagi bobo ya? Ibu lagi bobo ya?" ucap Mariska dengan nada suara anak kecil yang kurang jelas.
"Iya sayang, Ibu lagi bobo cepat suruh Ia bangun, supaya bisa bermain lagi sama kita." bisik Murano.
Dokter Ritonga masuk ke ruang, memberitahu Jika waktu kunjungan sudah habis.
"Mariska, Ibu bobo di sini dulu nggak apa-apa ya." ucap Murano. Mariska mengangguk.
***
Satu bulan berlalu namun kondisi Alya belum ada kemajuan yang berarti. Murano semakin frustasi, tetapi pria itu lebih bisa mengendalikan diri. Bahkan ia jadi lebih dekat dengan Mariska.
"Kalau nanti alys sadar, aku akan menikahinya." ucapnya
"Bagaimana dengan suaminya Tuan?" tanya Devano yang baru pulang dari negara Filipina mengurus bisnis Murano yang sudah dianggap kakak.
"Aku tidak peduli." jawab Murano sekenanya. "Pria itu tidak bisa membahagiakan Alya dia miskin dan tidak punya apa-apa."
Tapi bagaimana jika seandainya Alya tidak bersedia menikah dengan Tuan dan ingin kembali kepada suaminya?" tanya Devano hati-hati, karena takut Tuannya tersinggung.
Murano mendengus kesal. "Aku ingin kamu melenyapkan pria itu dan ibunya."
"Apa Anda serius Tuan?" Devano meyakinkan pendengarannya tidak salah
"Sangat serius, mereka pantas untuk mati apalagi perempuan murahan itu. Rasa dendam pada ibu Nerina telah mendarah daging. Kalau mereka mati baru aku akan tenang."
"Kalau Alya tahu anda membunuh suaminya, bisa-bisa dia membenci anda."
"laksanakan saja perintahku. Masalah itu biar aku yang urus Murano menatap Devano dengan tajam. Eksekusi dengan hati-hati, seolah-olah mereka mati karena kecelakaan."
"Baik Tuan." tidak ada pilihan selain menuruti kemauan Tuan besar.
"Ingat Alya punya adik laki-laki, dia jangan sampai terbunuh.
Devano mengangguk. Malam ini juga ia akan berangkat ke kampung Camp.
Sementara itu, Daniel yang gagal mengajar karena campur tangan Murano. Akhirnya bekerja di kantor walikota, Ia juga mulai berlatih bangun dari kursi roda setiap pagi dan malam. Bimbim yang selalu membantu dan memberi semangat.
Sedikit demi sedikit Daniel mengalami kemajuan. kakinya mulai bisa digerakkan.
tekatnya semakin kuat untuk merebut Kembali Alya dan Mariska.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments