Devano membuka gorden bermotif bunga dan jendela lebar-lebar. Sehingga udara pagi dan sinar mentari leluasa masuk ke dalam kamar. Alya bergeliat, lalu membuka matanya perlahan.
"Akhirnya kau sadar juga, dasar penyusup!" menyusahkan saja." cibir pria berhidung mancung Itu.
Alya memijat keningnya yang terasa pusing. sekujur tubuhnya pun masih terasa sakit.
"Oh aku masih ada di dunia,"gumamnya tapi masih bisa didengar oleh Devano yang berdiri di sisi kanannya.
"Memangnya kau pikir ada di mana?"
"Di akhirat." jawab Alya sekenanya.
Devano terkekeh. "Sebenarnya kami ingin langsung mengirim kau ke sana, tapi Tuan Murano berubah pikiran dia ingin bermain-main dulu dengan mu."
Alya mendesah. "Hidup sudah banyak mempermainkan saya." matanya menerawang menatap langit-langit kamar.
"Bermain-main menurut kamus Tuan Murano adalah menyiksa fisik dan mental dengan kata lain kau akan mati perlahan." ucap Devano
"Apa dia tega menyiksa wanita lemah seperti saya?"
"Dia tidak punya rasa kasihan." tiba tiba
ada yang mengetuk pintu beberapa kali.
"Masuk." teriak Devano.
Seorang pria memakai baju khas seorang koki lengkap dengan topi panjangnya, masuk sambil mendorong troli. Bagian atasnya berisi makanan dan segelas air putih. Aroma harum makanan memancing cacing-cacing di perut Alya meronta ronta menuntut haknya.
Tatapan mata Alya langsung tertuju pada makanan-makanan itu. Ia menggigit bibir bawahnya.
Pria berusia empat puluh delapan tahun itu tersenyum ramah. Dari beberapa pria yang Alya temui di rumah Murano, pria berpakaian koki yang bersikap ramah. Wajah yang teduh mengingatkan Alya pada almarhum ayahnya.
"Apa anda mau makan sekarang nona?"
Alya tersenyum. Baru kali ini dipanggil Nona. "Iya, saya lapar sekali." Alya mengusap perutnya yang rata.
"Aku akan membantu anda. Pak barco membantu Alya duduk. Ketika Alya sudah merasa nyaman, si pria baik meletakkan nampan bersama makanan di pangkuan Alya.
"Terima kasih Tuan." mata Alya berbinar. Makanan di hadapannya terlihat lezat.
"Panggil saja aku Barco, aku yang akan mengantarkan makanan untukmu nona."
"Panggil saja saya Alya, tidak perlu nona-nona segala. ucap Alya sambil mengibaskan tangannya.
"Baiklah." jawab Barco sambil tersenyum
"Makanlah perlahan, jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi." Devano memberikan peringatan dengan tegas. Devano dan barco pun pergi
****
Pemandangan dari balkon kamar itu, ada tiga pengawal yang berjaga tepat di bawah kamarnya yang ada di lantai. Sudah dua minggu Alya terkurung di sini, memang jauh lebih baik daripada terikat di gudang. Namun, tetap saja wanita berwajah sendu itu bingung tidak ada kejelasan nasib. Apakah di sini ia harus bekerja atau apa.
Alya teringat keluarganya yang ada di Painting. "Bagaimana keadaan mereka sekarang? apa mereka makan dengan layak?" Alya mengusap air matanya, saat barco datang membawakan sarapan.
"Ada apa?" tanyanya
"Ingat keluarga di painting Pak Barco." jawab Alya.
"Saya boleh bertanya beberapa hal tidak Pak?"
"Silakan mau bertanya apa?" Pak barco memindahkan makanan dan minuman dari troli ke meja berbentuk bundar di balkon. "Tentang apa?"
"Tentang Tuan Murano." agak ragu Alya mengatakannya.
"Pak barco berpikir sebentar. "Kalau soal itu, di dalam saja. Takut terdengar pengawal yang di bawah, urusannya bisa gawat."Ucap pak Barko setengah berbisik.
Alya mengangguk tanda mengerti. Mereka duduk di sofa panjang. "Apa pekerjaan Tuan Murano sehingga ia sangat kaya dan berkuasa?"
"Tuan Murano dia punya banyak usaha baik yang legal maupun ilegal. Dia juga dekat dengan polisi dan pejabat negara ini.
"Apakah Tuan Murano benar-benar kejam?
Pak Barco menyilangkan kakinya. "Semua manusia memiliki dua sisi. Sisi baik dan Sisi jahat. Tuan Murano tidak suka kebohongan dan penghianat. Jika menemui seorang seperti itu, bersiap-siap saja menerima hukuman tersadis." Pak Barco bergidik jari
"Apa benar Tuan Murano membenci wanita?"
"Iya, tapi aku tidak tahu alasan pastinya." Pak Barco mengubah posisi duduknya. Kamu wanita satu-satunya di rumah ini
"Oh ya, Ada berapa jumlah pengawal di rumah ini?"
Pak barco mengerutkan keningnya.
"Humm.. ada sekitar seratus lima puluh orang dan terbagi menjadi 4 kelompok. Ada juga pengawal elit, yang mengikuti Tuan Murano kemanapun ia pergi. Ketuanya Tuan Devano."
Alya manggut-manggut mendengar penjelasan Pak Barco. Kemudian Pak Barco pamit karena harus mengerjakan hal yang lain.
***
Alya terbangun saat mendengar suara gonggongan anjing dan teriakan seseorang.
Alya melihat jam berbentuk bulat yang menempel di dinding, masih menunjukkan pukul dua dini hari. Suara-suara gaduh pun terdengar. Alya mengintip, Wanita muda itu penasaran dan memutuskan untuk mengintip.
Ia membuka jendela dan melihat dari balkon. Tuan Murano, Devano, dan pengawal lainnya berdiri mengelilingi kotak yang sangat besar dan berjeruji besi. Di dalam kotak itu Ada tiga ekor anjing besar yang sangat buas. Anjing menggonggong. Alya melihat ada seorang pria yang sedang bersujud di kaki Tuan Murano.
"Apa yang terjadi? tanyanya dalam hati.
Dua orang pengawal pembawa pria yang tangannya terborgol itu. Pria yang wajahnya babak belur itu meronta-ronta dan berteriak meminta maaf dan ampun. Kejadian selanjutnya sungguh sangat mengerikan.
Pria malang itu dimasukkan ke dalam kotak berisi 3 anjing buas yang kelaparan. Alya berteriak histeris melihat pria itu di cabik cabik ketiga anjing itu. Suara teriakan Alya, menarik perhatian Tuan Murano dan yang lainnya. Mereka mendongak dan menatap Alya dengan Tatapan yang mengerikan.
Alya bergegas masuk ke kamar dan menutup rapat jendelanya. Jantungnya berdegup kencang. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dan menangis sesungguhkan. "Dasar manusia kejam, gila, tidak punya hati nurani." rutuknya.
"Suara teriakan kesakitan pria itu perlahan menghilang berganti dengan gonggongan anjing yang mungkin sudah merasa kenyang, sehabis menyantap seorang manusia. Alya tidak bisa tidur. Suara teriakan pria itu masih terngiang di telinganya. Ini adalah peristiwa paling mengerikan yang ia saksikan langsung.
"Ya Tuhan, apakah aku akan diperlakukan seperti itu juga?"
***
Pagi pun tiba, Alya tidak bersemangat. Ia masih bergelut dengan selimut. Alya terhenyak saat pintu kamarnya terbuka. Seorang pria muda berpakaian seperti Pak Barco masuk sambil mendorong troli.
"Pak Barco di mana?" tanyanya
"Beliau cuti selama 2 minggu, karena anaknya sakit dan harus dioperasi." jawab pria itu dengan wajah masam, membuat Alya tidak bertanya lagi.
Pria itu pergi tanpa pamit. Alya duduk di tepi ranjang menatap makanan di atas maja si kecil di samping kiri tempat tidurnya. Menu hari ini terlihat menggiurkan. Tapi Alya sama sekali tidak ada niat untuk menyantapnya.
Siang harinya Devano datang ke kamar Alya, setelah menerima laporan dari pria pengganti Pak Barco, kalau Alya tidak mau makan.
"Kenapa kau tidak mau makan?" tanyanya dengan membentak.
"Bukannya menjawab mata Alya justru fokus ke tangan kanan Devano yang diperban
"Ada apa dengan tanganmu?"
"Terkena luka tembak." jawab Devano
"Kenapa kau nggak mau makan? Ia kembali bertanya.
Alya berdiri dan mengucir rambutnya yang panjang sepunggung.
"Kejadian semalam membuat saya mual." Alys duduk di depan meja rias. Matanya sembab dan bagian bawah matanya hitam.
"Kalian benar-benar kejam, gila, dan tidak berprikemanusiaan." ketus Alya.
"Penghianat Memang pantas mati." sahut Devano.
"Tapi apa harus dengan cara seperti itu? "Apakah saya juga akan diperlakukan seperti itu?" cacar Alya.
Devano tersenyum licik. "Semua tergantung mood-nya Tuan Murano."
"Gila." umpat Alya.
Devano mendekati Alya lalu membungkuk. Wajah mereka sangat dekat hingga bisa saling merasakan hembusan nafas.
"Makan atau kau yang akan ku jadikan makanan anjing!"
Alya menelan ludah. Ia ingin sekali menampar pria berwajah Tampan itu. Setelah Devano meninggalkan kamar, Alya memaksakan diri untuk makan. Sesekali ia merasa mual dan ingin muntah.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
bunda s'as
apa yang di masukan ke kandang anjing itu pak Barco? karena dia memberi tau soal tuannya murano ke Alya
2023-11-02
1