Murano dan rombongan langsung menuju ke lantai dua tempat di mana ruangan Roberto Andalas. Devano mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada yang membuka hanya terdengar suara gaduh.
"Buka paksa!"perintah sang Tuan. Devano menendang pintu dengan keras, pintu itu rusak dan terbuka. Roberto langsung bersembunyi di kolong meja kerjanya, sedangkan seorang wanita muda sibuk mengancing bajunya.
"Maaf, Tuan."ucap wanita bertubuh seksi itu.
"Pergi sana! Aku jijik melihat perempuan murahan seperti kau." hardik Murano.
Wanita itu bergegas pergi dua tangannya memegangnya bagian dada yang belum tertutup sempurna. Devano menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Morano duduk.
Namun, Murano menolaknya. "Semua barang-barang yang ada di sini menjijikkan."Pria berwajah dingin itu tersenyum sinis.
"Hei pengecut! Mau sampai kapan kau bersembunyi di situ?"tanya Murano.
Roberto Andalas keluar dari kolong meja. Bilur bilur keringat sebesar biji jagung memenuhi. Pria berperut buncit itu menakup kedua tangan di dada.
"Selamat datang di kantor kami Tuan." ucapnya berbasa-basi.
"Siapa wanita yang kau kirim ke tempatku? tanya Murano
Roberto Andalas berkerut.
"Wanita mana?"
"Wanita jelek yang bersembunyi di bagasi mobil pengawalku ?"Murano melipat tangan di dada.
"Wanita itu bilang kau ingin memperkosanya. jadi dia kabur."
Roberto menjittakkan jarinya. "Oh iya namanya Alya, Saya cuman ingin tes drive aja Tuan. Dia kabur, anak buah saya sudah mencarinya, tapi nggak ketemu. Ternyata dia bersembunyi di bagasi mobil tuan."
"Hmm.... sangat kebetulan sekali ya?'
"Saya akan menjemput wanita itu Tuan."ucap Roberto.
"Tidak perlu, Dia milikku sekarang."sahut Murano.
Devano merasa heran dengan tuannya, sebab yang ia tahu tuannya itu tidak menyukai wanita. Sangking bencinya pada wanita, Ia tidak ingin ada satu wanita pun di rumah.
"Apa yang akan Tuan lakukan pada wanita itu ya?"tanya Devano dalam hati.
"Iya tidak apa-apa, Tuan. Tapi bukannya Tuan tidak menyukai wanita?"bisik Roberto.
Mata Murano mendelik, Roberto menunduk ketakutan. Murano menarik kerah baju Roberto.
"Maafkan saya tuan." tubuh Roberto gemetaran ketakutan.
"Kau sudah berbuat kesalahan. Pertama, satun wanita berhasil kabur. Untung dia nggak melapor ke polisi. Kedua kau selalu bicara sembarangan!"mendorong Roberto hingga ia terjatuh.
Roberto Andalas kembali berdiri dan meminta maaf pada Murano. Yang biasa disebut penguasa kota Phnom Penh.
"Kali ini aku memaafkan mu, ingat satu kesalahan lagi, tanggung sendiri akibatnya!"
Murano dan pengawalnya pergi dan menuju markas mereka yang berada di jantung ibukota Phnom Penh.
***
Ruangan tempat Alya di sekap sangatlah luas, tetapi gelap dan pengap. Ada satu jendela terbuka, itu pun kecil dan ada di atas. Alya berusaha mengambil gelas yang berisi teh manis hangat.
Alya berhasil mendapatkan gelas itu, tetapi gelas itu terjatuh. Dan gelas itu pecahan, beling berhamburan. Namun, pecahan beling itu memberikan Alya ide. Alya mengambil salah satu pecahan beling dan menggesekkan tali yang mengikat kakinya.
Pelan tapi pasti. Ikatan kaki Alya terlepas. senyuman merekah di bibirnya yang tipis. Alya segera mencari benda yang bisa digunakan untuk melepaskan ikatan di tangannya. Alya menemukan sebuah benda berbentuk aneh. Seperti alat penyiksaan, bagian atasnya tajam dan runcing.
Alya menggesekkan tangannya dengan hati-hati. Dalam waktu singkat, ikatannya terlepas. Alya memanjat beberapa benda untuk bisa ke jendela kecil itu. Alya mengintip melihat keadaan.
"Sepi." serunya
Alya melewati jendela itu.
Bruuk!
Alya jatuh tersungkur. Lututnya terasa nyeri, tapi tidak ia pedulikan. Dia langsung bersembunyi di balik tembok. Mengatur pernafasan sambil melihat-lihat keadaan. Alya mengatur strategi. Kalau lewat gerbang utama jelas tidak mungkin, banyak pengawal yang berjaga. Jalan satu-satunya manjat lewat tembok.
Setelah memastikan keadaan aman, Alya berlari ke arah taman dan bersembunyi di rimbunan pohon. Ia mengatur ancang ancang saat melihat dua pengawal, Alya merunduk. Salah satu pengawal dengan luka di bagian wajahnya, menyalakan sebatang rokok dan berbincang dengan rekannya.
"Kenapa nggak pergi pergi sih?" gerutu Alya dalam hati.
Beberapa menit kemudian mereka pun pergi. Alya menghela nafas lega. Dengan tetap merunduk, ia menuju ke tembok yang tinggi menjulang tinggi bagian atasnya terdapat kawat berduri.
"Bagaimana caranya aku ke sana?"gumamnya dalam hati. Tak jauh dari tempat ia berdiri, terdapat pohon rambutan yang tingginya hampir menyamai tembok itu. Alya menuju pohon rambutan itu dan mulai memanjatnya.
"Hmm... ada gunanya juga hobby manjat waktu kecil." gumamnya senyum-senyum.
Alya sudah ada di atas, ia melihat keadaan di luar. Tepat di bawahnya, ada saluran air dan rerumputan, Lalu ada jalan beraspal yang tidak terlalu lebar dan deretan lampu penerangan jalan. Alya menarik nafas dalam-dalam.
"Tuan wanita itu berhasil keluar dari rumah." ucap Devano
"Benarkah?" Murano mengangkat sebelah alisnya.
"Dia hebat, tapi ceroboh."
Alya tidak menyadari kalau setiap sudut rumah dan taman dipasangi kamera CCTV yang terhubung ke satu ruangan. Salah satu pengawal yang bertugas di ruangan itu Mengapa pada Devano jika Alya melarikan diri.
Alya jalan dengan tertatih-tatih dan sudah lumayan jauh dari rumah.
Nafasnya tersengal-sengal. Ia sangat lelah juga lapar dan haus. Dari kejauhan ia melihat cahaya dari lampu mobil semakin dekat, semakin jelas. Terlihat kalau itu mobil Murano dan pengawalnya.
Alya terhenyak. ia melirik ke kanan dan ke kiri dan tak ada tempat bersembunyi. Ia berbalik arah dan berlari. Namun mobil-mobil itu sudah berhenti di depannya. Murano dan para pengawalnya keluar.
"Mau ke mana kau?hah!" teriak Murano
"Aku mau pulang ke asalku." sahut Alya dengan nafas tersengal-sengal.
"Kau tidak akan bisa lari dari ku."
"Aku akan berusaha Tuan."Alya bertekad
"Coba saja jika kau berhasil melewati gapura itu, aku akan membebaskan kamu. Jika tidak, kau akan ku tembak."
"Jarak antara tempat ia berdiri dengan gapura itu lumayan jauh. Sementara tenaga Alya sudah habis terkuras. Alya wanita pantang menyerah. Ia akan berusaha sekuatnya.
"Baiklah." lirihnya
Alya berbalik badan mengambil nafas dalam-dalam dan mulai berlari meski kakinya terasa Linu. Devano berharap perempuan itu berhasil. Ada sedikit rasa iba di hatinya. Ia tidak akan tega melihat wanita lemah itu harus mati tertembak.
"Devano mana pistol mu?"tanya Murano
"Apa Tuan serius menembak wanita itu ?"tanya Devano
"Tentu saja, kapan aku pernah bermain-main?" ketusnya.
Devano terpaksa menyerahkan pistolnya. Murano mulai membidik sasaran. Devano membuang muka tak sanggup melihat pemandangan mengerikan itu.
"Duar!
suara letusan senjata api memecah sunyi nya memekakkan telinga. Alya jatuh tersungkur, lemas tak berdaya seluruh pandangannya gelap.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
sadis banget
2023-04-14
2