"Bagaimana tidur anda Tuan?" Tanya Daniel saat mereka sedang sarapan.
"Sangat tidak nyaman berisik sekali." Murano melirik tajam ke arah Alya.
"Maafkan kami Tuan, tapi seperti inilah keadaan kami." ucap Daniel sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan, Alya dan Bimbim membereskan meja makan. Saat hendak mencuci piring, Bimbim melarangnya.
"Biar aku saja kak, manfaatkan waktu yang singkat ini sama Mariska saja." Bimbim dan Alya menatap mereka yang asik bermain.
Alya memeluk remaja tanggung berusia empat belas tahun itu. "Kamu memang anak yang baik."
Bimbim membalas pelukan Kakak perempuannya itu dengan erat.
"Jangan pergi lagi Kak, kami membutuhkanmu." bisiknya.
"Kakak juga inginnya seperti itu. Kakak akan berusaha." ucap Alya sambil melepaskan pelukannya.
Alya menghampiri Mariska dan ikut bermain bersamanya. Murano yang melihat itu menjadi tersenyum. Alya bukan hanya tersenyum tapi juga tertawa lepas. Wajahnya berseri dan matanya berbinar bagai bintang yang berkelip di malam yang cerah.
Murano menyalakan sebatang rokok. sementara Kairo sibuk mengelap mobil, walau bagaimanapun Begitu, Murano tetap manusia biasa yang punya perasaan. Walau masih kecilnya suram, ia tidak ingin Mariska menderita juga.
Daniel yang sudah rapi dan wangi menghampirinya. "Sekarang perusahaan tambang emas menjadi milik anda ya Tuan Murano?" tanya Daniel berbasa basi.
Murano melirik sekilas dan menjawabnya singkat.
"Ya."
"Anda sangat hebat Tuan." Daniel mengacungkan ibu jarinya. "Semoga di bawah kendali anda para pekerja dan masyarakat di daerah sini semakin sejahtera."
Murano mengangguk dan menghisap sebatang rokok dalam dalam.
Daniel menatap Murano dengan rasa iri.
"Dia pria sempurna,tampan, kaya raya dan berkuasa. Terlihat juga kalau dia perhatian pada Alya. Jika suatu saat Alya berpaling itu adalah hal yang wajar. Mudah-mudahan aku bisa ikhlas." gumamnya dalam hati
Sadar kalau sedang diperhatikan, Murano berdehem membuat Daniel terkejut.
"Sudah berapa lama kamu menikah dengan Aliya?" tanya Murano
"Baru dua tahun lebih, kalau kenalnya sudah lama sekal. Kami kenal dari kecil bermain dan ke sekolah bersama. Dulunya Alya gadis yang nakal, suka main lari-larian dan manjat pohon. Tetapi kalau sudah jatuh dan terluka, ia bisa nangis seharian. Daniel tertawa mengenang masa kecilnya yang menyenangkan bersama Alya.
"Di mana orang tua Alya?" tanya Murano
Daniel mengusap beluran bening di sudut matanya. "Ibunya meninggal beberapa hari setelah melahirkan Bimbim. Ayahnya baru setahun lalu meninggal karena sakit,"jelas Daniel
"Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan Tuan." ucap Daniel kemudian
"Apa?"
"Perekonomian kami sudah membaik, bulan depan aku akan mengajar lagi di sekolah. Bimbim mendapat beasiswa, sehingga tidak perlu pusing memikirkan biayanya Pengobatan Ibu Pun ditanggung pemerintah Desa." ujar Daniel panjang lebar.
Murano bosan dengan cara bicara Daniel yang berbelit-belit.
"Lalu apa?"
"Menurutku, Alya tidak perlu lagi bekerja di kota. Mariska juga masih membutuhkan ibunya. Setiap malam ia selalu menangis memanggil ibunya. Kalau sudah lelah baru Ia tidur.
"Kami punya kesepakatan, Alya akan mendapatkan uangnya kalau sudah satu tahun bekerja padaku." Murano memasukkan tangan ke saku celananya.
"Tidak dibayar juga tidak apa-apa Tuan, yang penting kami bisa kembali bersama.
Murano menarik nafas dalam-dalam baik Daniel atau Alya sama-sama memiliki rasa cinta yang besar. Murano sudah mengambil keputusan.
Bimbim yang sudah rapi keluar dari rumah berpamitan pada Daniel dan Murano kalau ia akan menjemput ibu Nerina yang merupakan ibu dari Daniel.
"Ibumu sakit apa." tanya Murano penasaran.
"Sakit komplikasi Tuan. Ada diabetes, kolesterol tinggi, dan paru-paru basah."
Alya muncul sambil membawa nampan yang berisi dua gelas teh hangat dan goreng pisang.
"Silakan dicoba." ucapnya
"Aku dan kairo akan kembali ke hotel, bersenang-senanglah dengan keluargamu."
Alya dan Daniel saling berpandangan. Alya merasa sikap Murano agak aneh. Tapi ia merasa senang bisa bebas bermesraan dengan Daniel tanpa dipandang Sinis oleh Murano.
"Tadi aku sudah bicara padanya." kata Daniel setelah mobil yang dikendarai oleh Kairo melesat meninggalkan rumah Alya
"Bicara apa?"
Daniel menceritakan pembicaraannya tadi dengan Murano. Daniel meraih tangan Alya dan menciumnya.
"Tuan Murano orang yang baik, Aku yakin dia akan melepaskan kamu sayang."
Alya berjongkok menyamai tinggi Daniel yang duduk di kursi roda. "Semoga saja sayang, aku nggak mau pisah sama kamu dan Mariska lagi."
Daniel mencium pucuk kepala Alya bersama dengan itu, Mariska datang dan minta dipangku ayahnya. Alya mengangkat Mariska dan mendudukkannya di pangkuan ayahnya.
"Dia akan ku kembalikan pada keluarganya." Bagaimana menurut mu Kairo?" tanya Murano tiba-tiba
"Menurutku itu bagus Tuan. Anaknya masih kecil, masih membutuhkan ibunya." jawab Kairo dengan hati-hati
"Aku juga berpikir seperti itu." ucap Murano
Kairo heran dengan sikap Tuan Murano yang berbeda dari biasanya. "Cinta Memang ajaib bisa mengubah seorang yang keras dan kejam menjadi Melow." ucap Kairo dalam hati
Jam 12.00 siang Bimbim pulang dari rumah sakit. Di belakangnya ada mobil ambulans yang membawa Ibu Nirina. Daniel dan Alya menyambut dengan sukacita. Bu Nirina menangis saat memeluk Alya.
"Maafkan Ibu yang selalu menyusahkan kamu nak." ibu Nirina mengusap punggung menantunya.
"Kamu sehat kan?" Bu nerina melepaskan pelukannya.
"Aku baik dan sehat bu." sahut Alya.
****
Murano berdiri di balkon kamarnya, memandang lautan luas dan menikmati hembusan angin pantai. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk!" teriak Murano
Kairo datang bersama seorang wanita berambut pirang. Murano memang meminta dibawakan seorang perempuan. Kairo memperkenalkan perempuan itu pada Murano.
Murano menatap perempuan berbaju biru itu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. sebelah alisnya terangkat
"Bagaimana Tuan, apa Tuan suku?" tanya Kairo. Wanita itu tersenyum menggoda.
Murano mendengar dan menggeleng. "Bawa pergi saja, aku tak selera." Murano mengibaskan sebelah tangannya.
Wanita itu merenggut dan mencebik kesal. Kairo cepat-cepat membawa wanita itu keluar dari kamar, sebelum Tuan Murano naik darah.
"Dasar wanita murahan, di mana-mana sama saja." keluhnya
Keesokan paginya Murano, Kairo dan pengawal yang lain datang ke rumah Alya. Murano membawa barang-barang Alya yang hanya beberapa helai baju. Pria itu hari ini akan berpamitan.
Murano melepas tas yang berisi pakaian Alya. "Hari ini aku melepaskanmu." ucapnya sambil membuka kacamata.
Alya tertawa dan menangis bersamaan ia duduk tersipu dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.
"Sudahlah, kamu terlalu berlebihan." ketusnya
"Saya juga mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati Tuan." timpal Daniel.
Bu Nerina keluar kamar karena ingin tahu apa yang terjadi. Wanita 58 tahun itu berjalan dengan tertatih-tatih.
"Daniel, Alya, ada siapa? Kenapa ribut sekali?" tanyanya.
Murano yang tadinya akan pergi menghentikan langkahnya, dan berbalik badan.
"Siapa itu? suaranya tidak asing di telinga Murano.
"Oh itu ibuku Tuan." jawab Daniel
Bu Nerina menyibak tirai yang menjadi pembatas ruang tamu dan ruang makan melihat sosok Ibu Nerina begitupun sebaliknya.
"Maya Puspita! ucapnya penuh kemarahan. rahangnya mengeras dua tangan Murano mengepal. Kilatan kemarahan tampak jelas di matanya.
Daniel dan Alya saling berpandangan. Mereka bingung dengan yang terjadi. "Siapa Maya Puspita? nama itu asing di telinga mereka.
"Murano kau Murano?"tanya ibu Nirina membuat Daniel dan Alya semakin bingung.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
my love
waah thorr apa lagi ini🙄🙄
2023-04-15
0