Murano menatap Devano yang bertingkah aneh.
"Ada yang mau kamu katakan lagi?"
"Iya Tuan, ini soal Alya." jawab Devano
ekspresi Murano semakin serius.
"Bagaimana keadaannya?"
"Menyedihkan Tuan?"
"Kamu rawatlah dia dengan baik." sahut Murano tanpa rasa bersalah
"Aku sudah mengenal Tuan sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Bahkan saat aku masih usia delapan tahun. Aku tidak pernah melihat Tuan menyakiti fisik wanita. Tapi ada apa dengan Alya ?Apa kesalahannya hingga Tuan menyiksanya seperti itu?" akhirnya Devano memberanikan diri bertanya.
Murano tersenyum samar. Ia menuangkan minuman whisky ke gelas dan memberikannya pada Devano.
"Alya sudah tidak perawan." Murano menyandarkan kepala di sandaran kursi.
"Bukan hanya sudah menikah, Ia juga memiliki anak." terdengar nada kekecewaan pada ucapannya. Walaupun Tuan Murano membenci wanita, entah karena apa Ia tetap memiliki ketertarikan dengan wanita.
"Apa Tuan akan melepaskannya?" tanya Devano penuh harap. Namun, jawaban Murano membuat harapannya pupus.
"Aku tidak akan melepaskannya. Lagi pula kami memiliki kesepakatan.'
"Kesepakatan apa Tuan?" Devano penasaran.
"Jika ia bisa bertahan selama satu tahun, aku akan membebaskannya dan memberikannya uang yang banyak. Jika tidak..... ,Murano sengaja menggantung ucapannya agar Devano penasaran. Namun, Devano sudah paham jawabannya. Mati
Devano meneguk kembali minumannya hingga habis. "Satu tahun terlalu lama, aku pesimis Dia bisa bertahan selama itu."
"Aku tidak akan menyakiti fisiknya. Tapi psikis dan mentalnya. Murano memainkan pulpen yang ada di meja. Sementara Devano pamit ke kamarnya. Sudah lama tak minum alkohol membuat kepalanya pusing.
Tanpa disadari, ia malah ke kamar Alya. Padahal kamarnya ada di samping kamar Murano di lantai tiga.
Ada dua pengawal yang berjaga di depan kamar Alya dan keduanya ketiduran.
Devano membangunkan keduanya pengawal yang masih baru itu. Mereka terkejut.
"Maaf tuan Devano, Kami tidak akan ketiduran lagi."
"Tidak apa-apa. Ini sudah bergantian sift kan, Devano melihat jam yang ada di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul tujuh malam. "Pergi saja dulu, cari orang yang akan menggantikan kalian. Biar aku yang berjaga di sini."
"Baik Tuan." jawab dua pengawal itu.
Devano masuk ke kamar Alya. Wanita itu sudah tidur. Devano mengelus pipi Alya dengan lembut dan menatap wanita yang malang.
****
Alya menceritakan hal yang dialaminya pada Pak Barco yang baru hari ini kembali bekerja setelah hampir dua Minggu cuti. Pria berjanggut itu menangis. Teringat Putri sulungnya yang sudah meninggal. "Maafkan aku ya, tidak bisa menjaga kamu nak." Pak Barco mencium tangan Alya.
"Tak apa-apa Pak Barco. Semuanya sudah menjadi takdirku aku harus menjalaninya." Alya pun ikut menangis
"Nak, Aku akan coba bicara dengan Tuan Murano untuk membebaskan kamu."
Alya menggeleng. "Jangan Pak, pria itu sangat kejam. Ia bisa berbuat apa saja. Aku takut ia menyakiti Pak barco."
Pak barco menganggukkan kepalanya ia dengan teladan menyuapi Alya. Alya semakin senang ada teman untuk berbagai cerita dan menghiburnya. Setelah selesai memberikan sarapan. Barco menemui Tuan Murano dan memintanya untuk membebaskan Alya.
"Siapa kamu berani mengaturku?" Ketus Murano
Pak Barco gemetaran ketakutan. "Maaf kalau aku lancang Tuan. Aku hanya kasihan padanya dan keluarganya."
"Pergilah, urus saja pekerjaanmu di dapur. perempuan itu biar aku yang mengurusnya." ucap Murano dengan tegas. Pak Barco mengangguk. Usahanya kali ini sia-sia.
Malam harinya Murano ke kamar Alya. Devano yang melihatnya menjadi was-was. Takut pria itu menyakitinya lagi. Padahal luka-lukanya hampir sembuh. Di depan kamar, Alya mencari cara agar Murano pergi dari kamar itu.
Kairo yang melihat rekan kerjanya bertingkah aneh itu pun bertanya. "Ada apa sobat? tingkah Kamu aneh sekali."
"Aku khawatir pada wanita itu, takut kalau Tuan Murano menyakitinya.
Kairo berkerut. " Memangnya kenapa?
"Aku kasihan dan peduli padanya.
Kairo semakin berkerut. "Apa kamu jatuh cinta juga? hah!! Kairo menatap Devano dengan penuh selidik
"Tentu saja tidak, bantah pria yang selalu terlihat tenang itu
"Banyak yang menceritakan betapa Kamu sangat perhatian pada Alya. Membelikan obat, memberikan obat-obatan, Iya kan?" cacar Kairo yang membuat suasana hati Devano semakin tidak enak.
"Aku melakukan itu karena disuruh Tuan Murano." kilahnya
Di dalam kamar Murano duduk di sisi kiri tempat tidur Alya. Dengan menyilangkan kakinya, membuat Alya bingung dan juga takut betapa mengerikan Murano di malam itu. masih terekam jelas di otaknya.
Murano Bangkit dari duduknya dan memegang dua pipi Alya dengan satu tangannya. "Ternyata lukamu banyak juga ya?"
"Pertanyaan konyol Apa itu. Dia yang membuatnya seperti ini, dia juga yang heran. dasar orang aneh." ucap Alya dalam hati
"Kira-kira kamu bisa bertahan sampai satu tahun?" Murano melepaskan pegangannya di pipi Alya.
"Aku tidak tahu?" gumam Alya
"Kamu perempuan pertama yang aku siksa, dan mungkin jadi perempuan pertama yang mati di tanganku." Murano membuka gorden dan jendela.
"Oh, aku kira sudah banyak wanita yang mati di tanganmu." Alya menyingkap selimutnya dan berdiri di samping Murano.
" Apa yang membuatmu membenci wanita?"
Murano menatap Alya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ia akui Alya memang cantik dan memiliki karakter kuat di balik tubuhnya yang kecil. Saat bicara berani menentang ucapannya dan berani menolak keinginannya.
"Apa ada wanita yang membuatmu trauma?" tanya Alya.
"Dengar ya, tidak semua manusia itu sama. ada yang jahat ada juga yang baik. Contohnya saja anda dan suamiku.
Murano mencengkram pundak Alya. Berani sekali kamu membandingkan aku dengan orang lain.
Alya mengigit bibir bawahnya, pundaknya terasa perih ia sadari sudah terlalu banyak bicara. Tapi untuk meminta maaf pun mulutnya terasa berat.
Murano mendorong tubuh Alya hingga terbentur dinding. Perutnya terasa sakit. Alya langsung duduk sambil memegangi perutnya.
"Aku tidak suka orang terlalu banyak bicara.
"Aku rindu keluargaku, suami dan putriku. Apa kamu pernah merindukan seseorang Alya menangis dan terasa sesak di himpit rasa rindu yang teramat dalam. Dua bulan lamanya, ia tak bertemu dan bicara dengan keluarganya di Painting. Keluarganya pun merindukan dan mengkhawatirkannya.
"Aku tidak punya keluarga." Setelah berkata seperti pria berjambang tipis itu, meninggalkan kamar Alya. Devano melihat Alya yang duduk di lantai dan bersandar di dinding, sedikit lega. Karena Murano tidak menyakitinya.
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Murano.
"Semua sudah siap Tuan, tinggal menunggu perintah anda." jawab Kairo
"Baiklah, Ayo kita berangkat. Malam ini, transaksi jual beli obat-obatan itu akan dilakukan di sebuah gudang tua di dekat pelabuhan.
Murano hanya menunggu di mobil yang lokasinya agak jauh,dan sedikit tersembunyi bersama Kairo dan seorang pengawal, sambil memantau lewat kamera tersembunyi yang dipasang di kacamata yang Devano kenakan. setelah hampir 2 bulan absen karena cedera di tangan kanannya, Baru kali ini Devano kembali beroperasi.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Siregar
kejam kali murano
2023-03-17
0