Selamat! Membaca 🤗
Itulah sepenggal cerita masa lalu Brian dengan Katrina mendiang istrinya, dan sampai saat ini Brian masih belum bisa membuka hatinya untuk wanita manapun.
Mikha mendengarkan cerita Merry dengan penuh penghayatan, ia sangat tahu bagaimana rasanya di tinggal dengan orang yang di cintai.
"Tante jangan khawatir, keponakan Tante tidak akan lagi kehilangan orang yang ia cintai,"ujar Mikha, setelah ia memahami cerita Merry, padahal pemahamannya itu salah, dengan mengira, Brian akan kembali terpukul pasca di tinggal Raline.
"Apa maksudmu?"tanya Merry bingung.
"Aku tau, sangat sulit melupakan seseorang yang pernah mengisi hati dan hari-hari kita, oleh sebab itu Tuan Brian membutuhkan waktu bertahun-tahun membuka hatinya untuk wanita lain, aku meminta maaf atas kejadian ini, sungguh aku tidak tau apa yang menyebabkan Raline meninggalkan pernikahannya. Tapi, aku berjanji akan mencari dan membawa Raline kembali pada Tuan Brian dan putrinya Belle."
"Apa yang kau bicarakan! Apa kau benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini?"
"Tentu saja! aku tidak mau, karena aku memiliki pernikahan impianku sendiri."
"Bukan seperti itu Tante. Tapi jika boleh jujur, aku memang tidak menginginkannya." Kata Mikha dengan menundukkan kepalanya.
Merry menghela nafas.
"Tante hargai kejujuran mu, dan Tante sangat mengerti perasaanmu, tapi kau harus bisa berdamai dan menerima takdirmu."
Mikha diam, ia masih berdiskusi dengan pikiran dan hatinya yang tidak rela menerima takdir ini.
"Mikha!"panggil Merry, yang sontak membuat Mikha menatap wanita paruh baya namun masih terlihat sangat cantik dan menawan itu.
"Apa kau mempunyai kekasih?"
Deg!
Pertanyaan Merry kembali menyadarkan Mikha akan lelaki yang menjadi pujaan hatinya selama ini, ia belum memberikan kabar pada sang pujaan hati jika ia sudah menikah.
"Mikha! Apa kau sudah mempunyai seorang kekasih?"Merry kembali mengulangi pertanyaannya.
"Tidak Tante. Tapi aku....!"
"Tapi kau menyukaiku lelaki lain?"potong Merry. Dan di jawab anggukan oleh Mikha.
Dia memang sangat terbuka dan jujur, Mikha berharap kejujurannya ini bisa memudahkannya lepas dari ikatan pernikahan yang sama sekali tidak ia harapkan.
"Mikha, jika kau menyukai bahkan mencintai Lelaki lain kenapa kau menerima pernikahan ini? Kau bisa menolaknya kan! Kenapa kau malah menerimanya?"
"Akuuu...!"
"Apa orang tuamu yang memaksa?"
Mikha diam, dan diamnya itu sudah menjadi jawaban untuk Merry.
Merry terlihat tidak suka dengan situasi ini.
"Tapi Tante, bukankah Tuan Brian juga tidak menyukaiku, jadi wajar bukan jika akupun tidak menyukainya, yang Tuan Brian inginkan hanya Raline dan aku berjanji akan membawa Raline kembali, tapi setelah aku membawa Raline, aku minta tolong lepaskan aku dari pernikahan ini."
Perkataan Mikha yang sangat blak-blakan membuat Merry terpancing emosinya, ia merasa dipermainkan oleh keluarga Handoko, padahal ia mati-matian membujuk Brian agar bersedia menerima Mikha sebagai pengganti Raline, tapi gadis itu malah terang-terangan menolak.
Kenapa harus bersyarat! Jika mau, Brian sudah melepaskannya tanpa menunggu Mikha membawa Raline. Tapi bagaimana dengan Belle, tentu Merry atau Brian tidak mau membuat gadis kecil itu kembali kecewa. Itulah yang dipikirkan oleh Merry saat ini.
"Mikha! Terserah apa yang mau kau lakukan, tapi untuk sekarang, bersikaplah dan bertanggung jawablah atas statusmu saat ini,"kata Merry dengan penuh penegasan.
"Nenek!"
Suara Belle menghentikan perbincangan yang menegang antara Mikha dan Merry.
"Iya sayang, Kemarilah!"sahut Merry merentangkan kedua tangannya.
Belle duduk di pangkuan Merry tapi pandangannya selalu tertuju pada Mikha yang masih duduk di hadapannya.
Belle tidak mengatakan apapun selain menatap Mikha, mungkin anak itu segan atau takut menyapa Mikha yang juga tidak menyapanya bahkan tersenyum.
"Ehemmm..!"
Merry berdehem, memberi kode pada Mikha, dan Mikha teringat dengan ucapan Merry yang mengatakan jika ia harus bertanggung jawab dengan statusnya saat ini.i
"Selamat pagi, Belle."Sapa Mikha dengan suara yang menggema, membuat Belle dan Merry terkejut!
padahal Mikha
dalm keadaan grogi, tapi bisa-bisanya ia menggema seperti itu.
Mikha tidak begitu suka dengan yang namanya anak-anak. Dan seumur hidupnya Mikha tidak pernah berdialog dengan anak kecil dengan tutur kata yang lembut, ramah seperti Raline.
"Astaga! ini semua gara-gara Raline, aku harus terjebak di keadaan yang bahkan tidak pernah aku bayangkan sebelumnya."
Dalam hatinya terus saja menggerutu menyalahkan Raline.
"Selamat! Siang Tante!"
Sahut Belle.
"Siang! Apa ini sudah siang?"tanya Mika dengan bingung.
"Ini sudah jam 12 Tante."
"Ah, iya. Sudha jam 12 ya. Tante kira ini masih pagi."Sahut, Mikha dengan nada yang di buat sok bingung, padahal ia sudah tau jika ini sudah Siang.
"Ini sudah Jam 12, ayo kita makan siang."Ajak Merry.
💫💫💫💫
Di meja makan, Mikha semakin di buat kaku. Ia yang biasanya makan menggunakan tangan kosong, kini harus berjibaku dengan senjata yang ada di piringnya. Garpu, dan pisau.
"Baiklah, kau pasti bisa Mikha! ini hanya sementara, setelah kau berhasil membawa Raline, kau tidak akan lagi berada di situasi seperti ini."
Selesai dengan urusan makan siang yang membuat Mikha harus meneteskan keringat.
Kini Merry pamit pulang.
Rupanya wanita itu tidak tinggal bersama Brian.
"Kau jaga baik-baik Belle, jauhkan dia dari hal-hal yang membahayakan."Pesan Merry.
"Apa aku di anggap sebagian pengasuh anak kecil ini!"
"Aku mengerti?"kata Merry.
Mikha hanya mengangguk.
"Kalau begitu Tante pulang dulu."
💫💫💫
Selepas kepergian Merry, Mikha semakin bingung harus melakukan apa?
Sementara Belle tengah asik dengan buku dan Crayon miliknya.
"Maaf Bi, di mana kamar saya?"tanya Mikha pada pelayana rumah besar itu.
"Di sebelah sana Nona, Mari saya antar."sahutnya.
Mika mengikuti langkah pelayan menuju ke area dapur.
"Bahkan mereka menempatkan kamarku di dapur,"gumam Mikha setelah ia sampai di depan pintu kamar yang akan menjadi tempatnya tidur.
"Maaf Nona, Tuan Brian yang meminta saya untuk membawa anda ke kamar ini."Kata Bibi merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa Bi, yang terpenting aku bisa beristirahat."
"Barang-barang Nona Mika sudah kami rapikan di dalam."
"Terima kasih. maaf sudah merepotkan."
"Jangan sungkan nona, katakan pada saya jika anda memerlukan sesuatu."
Mika mengangguk dan kembali mengucapkan terima kasih lalu ia masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar, Mikha masih terus berperang dengan pikirannya, iya bolak-balik melihat ponselnya. Saat ini Mikha tengah bingung apakah ia harus memberitahu sang pujaan hati jika ia sudah menikah atau Ia tetap merahasiakan ini. Agar lelaki itu tidak menjauhinya.
Tak terasa, 3 jam sudah Mikha berada di dalam kamar, dan waktu pun menunjukkan sudah sore hari, waktunya Brian pulang dari bekerja.
Mikha masih belum menyadari jika ia melupakan sesuatu, yaitu Belle. Mikha lupa jika ia harus menjaga gadis kecil itu sesuai apa yang dipesan oleh Merry sebelum wanita itu pulang.
Sebuah mobil terparkir di depan rumah, dan beberapa pelayan bergegas menyambut kepulangan sang Tuan.
"Apa Wanita itu sudah datang?"tanya Brian pada salah satu pelayan.
"Apa maksud Anda Nona Mikha?"
"Memangnya siapa lagi?"
"Sudah Tuan."
Setelah mendapatkan jawaban dari pelayan, Brian melangkahkan kakinya memasuki ruang keluarga.
Brian menghentikan langkah kakinya ketika ia melihat Belle sendirian di sana, anak itu tengah duduk di lantai, ia masih fokus dengan gambar yang beberapa jam lalu ia buat.
"PELAYANAN!"
Teriak Brian yang menggema ke seluruh ruangan.
Bersambung...
💫💫💫💫💫
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope Banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments