"Gimana nanti deh, Kak," sahut Syifa.
"Pokoknya nanti besok malam aku jemput kamu, Fa, dan kamu musti sudah siap-siap," ujar Fahmi yang masih kekeh ingin mengajak, juga menginginkan jika gadis itu bersedia ikut. "Oh ya, Fa, aku dengar dari Abi Hamdan ... sekarang kamu ngajar guru SD, ya? Berapa gajimu perbulan?"
"Alhamdulillah lah, Kak. Lumayan." Syifa tersenyum simpul dengan masih menundukkan wajahnya.
"Lumayannya berapa? Ada 10 juta perbulan?"
"Nggak ada, 3 juta, Kak," jawab Syifa.
Fahmi sontak terbelalak mendengar jawaban dari Syifa. Padahal sebenarnya tidak harus kaget seperti itu, karena memang rata-rata gaji guru terbilang kecil. "3 juta? Serius kamu, Fa?"
"Iya. Memangnya kenapa, ya, Kak?"
"Kecil banget gajinya. Aku 3 juta cuma kepake sehari palingan, apalagi pas kuliah di Kairo. Kayaknya setengah hari doang deh," kekeh Fahmi, mungkin menurutnya itu sangat lucu. Tapi menurut Syifa, itu sama saja seperti sebuah penghinaan. Rasanya sebal juga melihatnya tertawa, bikin enek.
'Kok aku merasa Kak Fahmi sombong, ya? Apa mungkin dia memang orangnya seperti itu?' batin Syifa.
"Ya sudah, ya, Fa. Aku pamit pulang dulu kalau begitu. Aku ada janji juga sama temenku yang punya toko arloji mahal. Sekalian mau beli arloji soalnya," ujar Fahmi seraya berdiri dan membenarkan kemeja.
"Iya, Kak. Kakak hati-hati dijalan." Syifa tersenyum dengan penuh keterpaksaan. Lantas ikut berdiri.
"Assalamualaikum."
Walaikum salam."
Fahmi pun melangkah keluar rumah, lalu bersalaman kepada Abi Hamdan dan Umi Maryam sebelum pulang.
"Bagaimana Fahmi orangnya, Fa? Sempurna banget, kan?" tanya Abi Hamdan yang baru saja masuk ke dalam bersama sang istri.
"Fisiknya memang sempurna, tapi nggak dengan hatinya," jawab Syifa sambil merengut.
"Maksudnya?!" Alis mata Abi Hamdan tampak bertaut.
"Kak Fahmi ternyata orangnya sombong, Bi. Nggak suka aku sama pria sombong kayak gitu." Syifa menggeleng, lalu melangkah menuju kamarnya. Abi Hamdan dan Umi Maryam pun ikut menyusul.
"Sombong gimana? Nggak usah ngarang deh kamu, Fa. Orang anaknya sopan begitu." Abi Hamdan terlihat tak percaya.
"Memang kenyataannya dia sombong kok," ketus Syifa, lalu membereskan buku-bukunya di atas meja. "Masa pertama kali ngobrol udah bahas masalah gajiku segala, dia bilang kecil lah. Lebih gede uang jajannya lah. Nggak banget deh."
"Kayak gitu mah nggak sombong lah, Fa, kan memang bener ... kalau dibanding gajimu lebih gede uang jajan dia. Fahmi 'kan memang anak orang kaya," balas Abi Hamdan. Terlihat jelas, dia seperti memihak kepada Fahmi, dan beranggapan jika pria itu adalah pria yang sempurna untuk anaknya.
"Aku tau, tapi tetap saja nggak pantes lah buat diomongin, Bi," sahut Syifa cemberut.
"Tapi Abi berharap kamu dan Fahmi bisa mengenal lebih dekat satu sama lain, Fa. Kalian itu sangat cocok soalnya," ujar Abi Hamdan seraya duduk di kasur bersama Umi Maryam.
"Bukannya Abi pernah bilang, ya, nggak mau jodohin aku? Kok aku lihat Abi seperti mau jodohin aku sama Kak Fahmi, sih?" Syifa menatap mata sang Abi penuh curiga. Matanya memicing dengan tajam.
"Papanya Fahmi yang mengusulkan, bukan niat Abi. Tapi nggak masalah juga, sih, kalau kalian ta'aruf, Fa."
"Aku nggak mau!" tegas Syifa sambil menggeleng cepat.
"Kenapa?"
"Kok Abi tanya kenapa? Kan udah aku kasih jawabannya, aku nggak suka karena Kak Fahmi itu pria yang sombong."
"Itu hanya perasaan kamu saja, Fa. Nggak boleh su'uzan mangkanya," tegur Abi Hamdan. "Lagian ... kamu juga baru ngobrol sekali. Jadi belum tau sifat aslinya. Padahal Aslinya mah anaknya baik banget, sopan lagi. Iya, kan, Umi?" Abi Hamdan menatap istrinya. Memintanya untuk menyetujui pendapatnya.
"Menurut Umi juga begitu, sih," sahut Umi Maryam. Dia memberikan jawaban sesuai dengan apa yang dinilai dari sudut pandangnya.
"Terserah deh, pokoknya intinya aku nggak mau!" tegas Syifa.
"Kamu nggak boleh langsung menolaknya begitu, Fa, nggak baik. Dan tentang Fahmi yang mengajak makan malam ... kita semua harus pergi," ucapnya kemudian berdiri, lalu keluar dari kamar Syifa.
Begitu pun dengan Umi Maryam, tapi sebelum keluar dia mengelus puncak kepala Syifa terlebih dahulu.
Gadis itu pun berdecak kesal. Lalu duduk di atas kasur. "Aneh banget Abi ini. Giliran sama Pak Joe dia langsung memintaku untuk menolaknya, tapi giliran sama Kak Fahmi aku nggak boleh langsung menolaknya."
Syifa terdiam sejenak, lalu menghembuskan napasnya dengan berat sambil menatap jari manisnya. Dan seketika, wajah Joe yang tengah bersedih tiba-tiba terbayang di dalam otaknya. "Hhhaaa ... andai saja Pak Joe bukan orang Kristen, tapi ya sudahlah. Namanya sudah takdir."
***
Di ruang kerja Joe.
Pria tampan bermata sipit itu berdiri dari kursi kerjanya, setelah menyelesaikan pekerjaannya sampai jam 7 malam.
Kedua kakinya pun melangkah mendekati Robert yang berbaring di sofa dengan posisi tengkurap. Bocah laki-laki terlelap dari tidurnya, setelah dia mandi sore bersama Joe. Diajak makan dari siang pun tidak mau, dia malah marah dan memilih berbaring di sofa sambil memandangi foto berukuran dompet di tangannya.
"Ini anak, bisa-bisanya dia tidur tanpa makan dari siang," gumam Joe sambil geleng-geleng kepala. Dia pun meraih tubuh sang anak, lalu menggendongnya. Ingin mengajaknya pulang.
Namun, selembar foto yang sejak tadi Robert pegang itu tiba-tiba terjatuh di lantai, dengan posisi tertutup.
Joe perlahan berjongkok, lalu meraih foto tersebut. Dan setelah melihatnya—ternyata foto itu bukanlah foto Sonya yang biasa dia tahu jika sang anak selalu memandanginya, tapi foto tersebut adalah foto Robert bersama Syifa.
Entah kapan foto itu diambil sampai sudah dicetak seperti itu. Backgroundnya seperti ada di dalam kamar tapi Robert memakai seragam merah putih.
Keduanya terlihat tersenyum bahagia, Syifa merangkul bahu Robert sedangkan Robert memamerkan jari tangannya yang berbentuk huruf V.
"Kapan foto ini diambil? Apa kemarin?" gumam Joe. Lalu tak sadar dia pun meraba wajah Syifa difoto itu. Namun seketika, dadanya terasa berdenyut sakit entah mengapa. "Andai saja kamu bukan orang Islam, Fa, aku pasti akan bisa memilikimu."
...Harus ada yang mengalah berarti 🙈...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Eva Karmita
Fahmi kamu keterlaluan mentang" anak orang kaya sadar Fahmi kekayaan mu tidak kau bawa mati , lebih baik jadi orang yang sederhana tapi bahagia dan selalu bersyukur dari pada berkoar-koar menyombong kan kekayaan 😏 , ayo Deddy Jojon tetap semangat jangan menyerah duluan dong kasian Robert pengen mommy tuh 🥰🥰
2023-03-22
2
fee2
masalah kepercayaan susah bgt...
2023-03-21
0
Anik Trisubekti
entah siapapun yang akan mengalah yang terpenting mereka harus berjodoh 🤭
2023-03-21
0