Joe hanya bisa berdecak. Benda pipih itu langsung dia kantongi kembali, kemudian menyalakan mesin mobilnya lagi menuju sekolah.
Robert tersenyum, kemudian menangkup kedua tangannya di atas dada dan perlahan memejamkan mata. 'Tuhan Yesus ... semoga banyak yang lihat postingan itu dan semoga Robert bisa mendapatkan Mommy baru yang mirip dengan Mommy Sonya.'
'Dan untuk Mommy Sonya, ini bukan berarti Robert nggak sayang lagi sama Mommy. Tapi yang Robert lakukan karena Robert ingin punya keluarga lengkap, itu saja. Tapi Mommy tenang saja, soal hati dan cinta Robert ... itu semua selalu untuk Mommy,' tambahnya membatin dalam hati.
*
*
"Kamu hati-hati di sekolah. Jangan nakal dan bersikaplah dengan baik di sekolah barumu, ya!" tegur Joe yang saat ini berjongkok. Dia lantas mencium kening anaknya yang tengah berdiri di depannya.
Cup~
"Iya, Dad." Robert mengangguk patuh, kemudian menatap sekitar gedung sekolahnya.
Selain sekolah SD, di sana juga ada sekolah TK. Dan kebetulan Robert sendiri sebelumnya sekolah TK di sana. Jadi tidak susah pindah mencari sekolah yang lain.
Namun, yang diperhatikannya sejak tadi bukan tentang gedungnya. Tapi tentang seluruh murid-murid yang kebanyakan diantar oleh kedua orang tua. Lengkap dan itu membuatnya iri.
"Kamu kenapa? Kok kayak sedih gitu?" tanya Joe sambil mengusap pipi sang anak. Sebab mendadak wajahnya itu berubah menjadi sendu.
"Lihat Juna deh, Dad!" Robert menunjuk salah satu temannya yang saat ini turun dari mobil bersama kedua orang tuanya.
Joe pun menoleh, lalu memperhatikan. Tapi dia sendiri bingung maksudnya. "Kenapa dengan Juna?"
"Dulu Juna nggak punya Papi, tapi sekarang dia sudah punya. Masa Robert dari dulu sampai sekarang nggak punya Mommy?" tanyanya sedih.
"Kamu juga sebentar lagi akan punya, tenang saja." Joe mengusap rambut sang anak, lalu tersenyum saat Juna dan kedua orang tuanya berjalan mendekat ke arahnya.
"Eh, tas kita samaan, Rob. Sama-sama Superman," seru Juna sembari membalik tubuhnya, lalu menunjuk tas ransel yang memang sama dengan yang dipakai Robert. Hanya beda warna. Dia hitam dan Robert merah.
Selain itu mereka juga sempat bertemu pada saat membeli tas baru disalah satu mall di Jakarta.
"Eh iya, sama. Tapi bagusan punyaku, ya?" Robert juga berbalik badan, lalu menunjuk tas pada punggungnya.
"Ih, orang bagusan punyaku!" bantah Juna.
"Sama-sama bagus kok, cuma beda warna aja," sahut Tian sambil tersenyum menatap dua bocah di depannya. Dia Papi tiri Juna.
Kedua bocah itu saling memandang, lalu mengangguk.
"Robert masuk kelas dulu sama Juna ya, Dad! Dadah!" Robert melambaikan tangannya, kemudian berlari pergi bersama Juna menyusul teman-temannya yang lain.
"Jangan pulang sebelum sopir atau Daddy jemput!" serunya setengah berteriak. Tapi anaknya itu sudah menghilang masuk ke ruang kelas.
"Kami duluan ya, Pak Joe," sapa Tian yang menggandeng tangan istrinya.
"Iya, Pak, hati-hati." Joe mengangguk seraya tersenyum. Kemudian berdiri sambil membenarkan jasnya.
"Bapak orang tua dari Robert Anderson, ya?" tanya seorang pria berbadan gempal yang baru saja menghampiri.
Joe langsung menatap ke arahnya. Pria itu adalah kepala sekolah di sana.
"Betul, Pak. Namaku Jonathan. Tapi panggil saja Joe," ujarnya mengenalkan diri. "Kalau ada apa-apa tentang Robert ... tolong telepon aku ya, Pak, dan aku titip anakku juga."
"Iya. Bapak tenang saja." Pria bertubuh gempal itu mengangguk, kemudian tersenyum.
*
*
Seusai mengantarkan Robert, sekarang Joe mengemudi ke arah kantornya. Dan tiba-tiba turunlah hujan cukup deras, cepat-cepat dia pun menyalakan wiper untuk menyeka kaca mobilnya.
"Lho, ada apa itu?!" Monolog Joe dengan keterkejutannya, lantaran dia melihat di sisi jalan ada seorang perempuan berhijab pasmina yang baru saja ditampar oleh seorang pria berjaket jeans. Di dekat mereka juga ada motor metik berwarna putih.
Entah ada hubungan apa di antara keduanya, tapi yang jelas Joe langsung menghentikan mobilnya di dekat mereka. Kemudian turun dengan menggunakan payung.
"Hentikan!" teriak Joe seraya mencekal pergelangan tangan sang pria, saat tangan itu sudah melayang ke udara hendak menampar perempuan itu lagi. Joe langsung menarik lengan sang perempuan, kemudian membawanya untuk bersembunyi ke belakang tubuhnya dan terdengar jika dia menangis.
"Siapa Bapak?! Berani sekali mencampuri urusanku! Dia pacarku!" teriak pria itu dengan lantang. Dia tampak begitu emosi melihat tindakan yang Joe lakukan.
Perempuan berhijab itu langsung berlari masuk ke dalam mobil Joe, ketika pria yang mengaku pacarnya itu hendak menariknya.
"Mau pacar atau istrimu, kamu nggak ada berhak untuk menyakitinya! Karena perempuan itu harus disayangi! Bukan dikasari!" tegas Joe. Dia gegas berlari masuk ke dalam mobilnya, kemudian menarik gasnya dengan full meninggalkan pria itu.
"Hiks! Hiks! Hiks!" Perempuan yang kini duduk disebelah Joe masih menangis terisak. Wajahnya tertutupi sebuah masker tapi tangannya menyentuh pipi kanan.
Joe meraih sebotol air mineral yang masih bersegel, kemudian memberikan kepadanya. "Minum dulu, biar Nona sedikit tenang."
"Terima kasih, Pak," sahutnya sambil menyeka air mata. Kemudian meraih botol itu dan membuka penutupnya.
Perlahan dia pun menurunkan masker putih di wajahnya, kemudian menenggak air mineral tersebut.
"Sonya ...," gumam Joe dengan bola mata yang tampak membulat sempurna. Dia merasa terkejut sekaligus heran, mengapa perempuan yang bersamanya itu nyaris mirip dengan istrinya. Mungkin bedanya dia jauh lebih muda. 'Apa dia Mommy baru yang seperti Robert inginkan?' batinnya sembari menyentuh dada yang tiba-tiba berdebar kencang.
"Ngomong-ngomong ini kita mau ke mana, Pak? Dan terima kasih telah menolongku tadi." Perempuan itu menatap ke arah jalan, kemudian beralih ke Joe. Dilihat pria itu masih terbengong menatapnya dengan mulut yang menganga. "Pak!" serunya dengan kibasan tangan ke wajah Joe, hingga membuat pria itu tersentak dari lamunannya.
"Ah iya Sonya!" desis Joe kaget. Dia pun segera mengusap wajahnya lalu kembali berkonsentrasi menatap ke arah depan. Khawatir juga sampai tertabrak.
"Sonya? Siapa Sonya, Pak?" tanya perempuan itu dengan wajah bingung.
"Dia istriku," jawab Joe pelan.
"Oh istri Bapak. Tapi ini Bapak mau bawa aku ke mana?"
"Rumahmu. Aku akan mengantarkanmu pulang."
"Nggak perlu, Pak. Berhenti di sini saja, aku mau berangkat mengajar soalnya."
"Ngajar apa? Dan itu wajahmu kayaknya lebam. Mau diobati dulu nggak?" Sekilas Joe menatap ke arah perempuan itu. Dan pipi sebelah kanannya memang lebam.
"Nanti saja kalau sampai sekolah. Tolong berhenti di sini ya, Pak, tapi sebelum itu aku mau mengucapkan banyak terima kasih tentang tadi."
"Sama-sama." Joe tersenyum, kemudian menghentikan mobilnya dan membiarkan perempuan itu keluar dari mobil. "Tapi kalau boleh tau kamu ngajar apa?"
"Aku seorang guru SD, Pak," sahutnya kemudian melangkah cepat dan melambaikan tangannya ke arah taksi.
"Kalau namamu siapa?!" teriak Joe dengan kepala yang menyembul keluar jendela. Akan tetapi sayangnya perempuan itu sudah keburu masuk ke dalam mobil taksi.
Ingin rasanya Joe mengejar, sekedar bertanya nama. Tapi dia merasa tak enak takut membuatnya risih. "Ternyata dia mau naik taksi lagi. Kukira dia bilang mau mengajar tapi mengajarnya di sini." Menoleh ke arah samping kanan, ada sekolah SD di sana. "Dan ternyata benar juga apa yang dikatakan Robert, ada 7 orang yang mirip kita. Dan perempuan tadi termasuk mirip Sonya, bahkan seperti duplikatnya."
...Nggak susah 'kan, Om, nyari duplikatnya 🤭 mangkanya gas dong!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
ms abu2 pertemuan pertama
2023-06-18
1
Baihaqi Sabani
ms abu2 pertemuan pertama
2023-06-18
2
Siti
jangan menyerah dedyinya Robert semoga bisa mengabulkn permintaan Robert
2023-04-10
0