"Di sini saja, ya, Pak," ucap Syifa seraya tersenyum menatap Joe yang melangkah menghampirinya.
Dia duduk disalah satu kursi meja kantin, suasananya pun masih terbilang cukup ramai sebab masih banyak murid yang tengah sarapan, sebelum masuk jam kelas.
"Iya, nggak apa-apa, Syifa," sahut Joe kemudian duduk di depan Syifa, yang terhalang meja persegi. "Ah maaf, apa kalau sedang berdua aku boleh hanya memanggil nama?"
"Boleh. Nggak masalah." Syifa mengangguk dan tersenyum.
"Mau pesan apa Ibu, Bapak?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja datang menghampiri. Dia salah satu penjual di sana dan tangannya sekarang tengah menyodorkan buku menu.
"Aku nggak pesan, Bu, udah sarapan," sahut Syifa sambil mengusap perutnya yang terasa kenyang.
"Kopi hitam satu, Bu," ucap Joe.
"Baik." Ibu itu membungkuk sopan, kemudian melangkah pergi meninggalkannya.
"Sebelumnya, aku ingin memberikan ini dulu kepadamu, Fa, tolong diterima." Joe menarik tangannya yang sejak tadi berada di punggung, kemudian memberikan buket bunga mawar merah ke arah Syifa.
Perempuan itu tampak mengernyit heran menatap buket bunga tersebut. Bentuknya mirip sekali dengan bunga yang dibuang, hanya bedanya yang sekarang ukurannya lebih kecil.
"Kok Bapak kasih aku bunga lagi?" tanya Syifa. Dia tampak ragu untuk menerima.
"Iya, kemarin mau ngasih kurang afdol. Karena nggak langsung dari tangan kamu, ayok sekarang ambil," pinta Joe yang menggeser tangannya supaya buket bunga itu lebih dekat ke arah Syifa. Sebab sejak tadi tak kunjung diambil.
"Tapi kenapa Bapak ngasih aku bunga terus? Aku 'kan nggak lagi ulang tahun." Syifa yang merasa tak enak akhirnya mengambil, kemudian memerhatikan wajah Joe yang sudah merah merona sekarang.
"Memangnya orang ngasih bunga musti ulang tahun? Kan nggak," kekeh Joe. Dia pun membuang napasnya dengan kasar. "Eemm ... karena waktumu sangat singkat, jadi aku langsung to the poin saja, ya?"
Syifa mengangguk, bola matanya tersirat rasa penasaran yang begitu besar.
"Aku dengar dari Robert, kamu masih single. Kalau boleh ... aku ingin kamu jadi pacarku, supaya kita mengenal lebih dekat. Kalau kita merasa cocok satu sama lain ... aku akan melamarmu, dan menjadikan kamu istriku," ucap Joe panjang lebar. Yang dia ungkapkan semuanya tulus dalam hati.
Belum yakin 100% sebenarnya, jika dirinya benar-benar mencintai Syifa, atau mungkin bisa saja hanya sekedar tertarik karena dia mirip almarhumah istrinya. Tapi menurutnya, tidak ada salahnya untuk berpacaran supaya bisa saling mengenal, lalu melangkah ke jenjang pernikahan.
Joe juga bukan tipe laki-laki yang suka mempermainkan perempuan. Kalau memang saling suka dan mampu berkomitmen, kenapa tidak?
"Ini Bapak maksudnya nembak aku? Serius?" Syifa terlihat tak percaya, dia terbengong sendiri.
"Iya " Joe mengangguk cepat sambil tersenyum. Wajahnya tampak berseri sekali. "Kamu mau, kan, kita pacaran dulu. Tapi tenang saja ... aku orangnya setia kok. Robert juga terlihat sangat menyukaimu."
"Maaf, Pak, aku nggak bisa," tolak Syifa langsung bahkan tanpa banyak berpikir.
"Lho kenapa?" Wajah berseri Joe seketika lenyap, dan berganti dengan raut kecewa. "Oh, apa karena kamu nggak suka, ya, sama aku? Ya itu mangkanya kita pacaran dulu. Biar bisa saling mengenal, Fa, sebelum menikah."
"Maaf, Pak. Tapi aku tetap nggak bisa," tolaknya lagi sembari menggelengkan kepala.
"Tapi apa alasannya?" tanya Joe dengan wajah yang seketika sendu.
"Selain karena nggak saling mengenal dan suka, kita juga 'kan berbeda, Pak," sahut Syifa.
"Berbeda gimana maksudnya?" Joe menatap heran dengan alis mata yang bertaut.
"Aku Islam, Pak, dan mohon maaf ... Bapak ini Kristen, kan?"
Degh!
Bola mata Joe sontak membulat sempurna. Jantungnya pun ikut berdebar kencang kala mendengar apa yang terucap dibibir Syifa. Bisa-bisanya Joe tidak berpikir ke arah sana, sebelum mengungkapkan isi hatinya.
'Ya Tuhan ... kenapa aku bisa nggak sadar kalau Syifa itu Islam, padahal sudah jelas dia juga pakai hijab,' batinnya penuh kecewa. Joe pun mengusap wajahnya dan merasakan dadanya begitu sesak.
Bukan hanya sakit karena penolakan saja, tapi juga kesadaran atas dirinya yang berbeda agama dengan Syifa.
"Dalam agama Islam, menikah dengan non muslim itu tidak diperbolehkan, Pak. Dan aku yakin ... di agama Bapak juga pasti nggak diperbolehkan," tutur Syifa.
...Yah ... gimana dong, Dad, potek hatiku 🥺🤧...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
Jangan patah semangat untuk berjuang karena perbedaan Dad satukan iman, lanjutkan perjuangan 💪💪💪
2023-03-19
2
Eva Karmita
ya ampun terpotek potek lah hati ded Joe 💔💔💔😔 , ini cinta layu sebelum berkembang namanya 🥀🥀, tu kan ditolak sabar ya ded kadang" perbedaan juga bisa menyatukan pasangan kok kalau memang jodoh pasti tak kan kemana 💪💪🥰🥰🥰
2023-03-19
1
Arumi Nasha Razeta
🤣 ga papa nnt klw jodoh ga bakal kmn emang sakit sih jika mencintai namun terhalang tembok yang tinggi, tapi klw jodoh ga bakal kmn yg sabar yah om Joe 💪
2023-03-19
2