Di kantor Joe.
Saat ini Joe berada di ruangannya. Dia tengah duduk pada kursi kerjanya, sambil menatap laptop memeriksa hasil review orang-orang terhadap produk skincare-nya.
Namun, sejak pagi rasanya dia kurang fokus. Itu dikarenakan wajah Syifa terus terbayang di dalam otaknya. Ditambah telinganya seakan terus mendengar apa yang tadi pagi dia ucapan, yakni penolakan.
Joe juga memikirkan ekspresi wajah anaknya nanti, pasti Robert jauh lebih kecewa ketimbang dirinya saat ini.
"Si Robert pasti sudah pulang dan dijemput Sandi," ucapnya seraya menatap arloji pada pergelangan tangan. Yang sebentar lagi menunjukkan pukul 1 siang.
Tok ... Tok ... Tok.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Joe yang mendengarnya langsung menatap ke arah sana, lalu memekik.
"Masuk!"
Ceklek~
Pintu itu pun dibuka, lalu dilebarkan. Ternyata Robert lah yang datang bersama Sandi.
"Siang Daddy tersayang!" seru Robert dengan wajah berseri. Dia langsung berlari memeluk tubuh Joe yang masih berada di kursi kerjanya.
"Lho, kok kamu ke kantor Daddy? Kenapa nggak langsung pulang saja?" Joe merelai pelukannya, lalu mencium keningnya.
"Robert ke sini karena ingin mengobrol serius sama Daddy. Ayok duduk di sini." Robert meraih tangan Joe, lalu menariknya untuk ikut melangkah menuju sofa yang ada di ruangan itu. Lantas mereka pun duduk di sana.
"Saya tunggu diluar, ya, Dek Robert," ucap Santi pamit. Lalu keluar dari sana dan menutup pintu.
"Ngobrol apa?" tanya Joe berpura-pura. Padahal dia sudah yakin, jika anaknya itu pasti akan membahas masalah Syifa tadi pagi.
"Ih, Daddy pura-pura nggak tau deh," kekeh Robert dengan wajah senang. Dia pun menyubit pelan kedua pipi Joe dengan gemas. "Bagaimana tadi pagi, Dad? Bu Syifa nerima Daddy, kan?"
"Daddy akan jawab, tapi sebelum itu kamu musti janji dulu sama Daddy supaya jangan marah." Joe mengangkat jari kelingking kanannya ke arah Robert. Dia meminta hal itu untuk mengantisipasi saja.
"Apa jangan-jangan Bu Syifa menolak Daddy, ya?" tebak Robert dengan wajah yang seketika berubah sendu. Padahal baru menerka, tapi dia terlihat sedih duluan.
"Ayok janji dulu, apa pun jawaban Daddy nanti kamu nggak boleh marah apalagi nangis," pinta Joe sambil mendekatkan tangannya. Robert pun segera menautkan jari kelingkingnya, sebab merasa penasaran.
"Ayok cerita sekarang," titah Robert tak sabar.
Joe menghela napasnya dengan berat, lalu berkata, "Bu Syifa menolak Daddy."
"Daddy pasti bohong, kan?" tanya Robert dengan raut wajah tak percaya.
"Daddy serius."
"Ah, pasti bohong!" tegasnya yang masih terlihat tak percaya.
"Daddy orangnya selalu jujur, Rob. Dan buat apa juga Daddy bohong?"
"Tapi jelas-jelas Bu Syifa pakai cincin yang Robert beli. Itu tandanya dia menerima Daddy!" serunya bersikeras.
"Cincinnya memang diterima, karena Daddy sendiri memintanya. Tapi kalau tentang pernyataan cinta ... dia menolaknya," jelas Joe.
Sebenarnya bukan menyatakan cinta, lebih tepatnya mencoba menjalin hubungan. Tapi sepertinya Robert jauh memahami dengan kalimat 'pernyataan cinta' karena dia sendiri selalu mengucapkannya.
Bola mata Robert langsung berkaca-kaca. "Apa alasannya karena Bu Syifa nggak suka sama Daddy?" tebaknya.
"Iya." Joe mengangguk semangat. "Itu yang pertama, tapi ada lagi dan itu paling berat."
"Apa karena Daddy seorang duda?" tebak Robert.
"Selain mungkin karena itu, tapi yang jelas Daddy dan Bu Syifa itu beda keyakinan, Rob. Jadi kita nggak bisa bersatu," jelas Joe.
"Beda keyakinan?!" Kening Robert tampak mengernyit. Terlihat jelas jika dia seperti bingung tak mengerti. "Maksudnya?"
"Berbeda agama. Bu Syifa orang Islam sedangkan Daddy itu Kristen," jelas Joe.
"Terus kenapa memangnya?" Robert sepertinya masih belum paham.
"Ya itu nggak boleh, Rob. Di agama kita maupun di agama Bu Syifa ... menikah berbeda agama itu dilarang."
Sama halnya dengan Islam, perkawinan beda agama menurut Kristen juga dilarang. Karena dalam ajaran Kristen, tujuan dari perkawinan adalah untuk mencapai kebahagiaan antara suami, istri, dan anak-anak dalam lingkup rumah tangga yang kekal dan abadi.
Umat Kristen dianjurkan menikah dengan pasangan yang seiman saja. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Alkitab-nya.
"Dilarangnya kenapa?" tanya Robert bingung.
"Karena Tuhan kita berbeda. Bahkan sembahyang kita saja berbeda, kamu ngerti 'kan maksud Daddy?"
"Jadi maksudnya, Daddy menikah harus sama-sama dengan orang Kristen? Begitu pun dengan Bu Syifa yang harus dengan orang Islam?" tebak Robert.
"Iya, itu baru benar." Joe mengangguk.
"Jadi ... ini berarti ... Robert nggak akan punya Mommy selamanya dong, Dad?" Air mata Robert langsung luruh, membasahi kedua pipinya. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menangis, namun nyatanya itu tidak bisa. Sebab hal ini sangat membuatnya sensitif dan melukai hatinya.
Joe menggeleng cepat, lalu mengangkat tubuh sang anak untuk duduk di atas pangkuan. Setelah itu dia pun mengusap air matanya. "Kamu akan punya Mommy baru, tapi bukan Bu Syifa orangnya."
"Tapi Robert maunya Bu Syifa, Dad, hiks! Hiks!" isaknya tersedu-sedu.
"Kan kamu sudah tau alasannya apa. Harusnya kamu mengerti, Sayang." Joe langsung memeluk tubuh Robert, lalu menciumi rambutnya yang bau matahari. "Lebih baik kita cari perempuan lain saja, Rob. Bu Syifa memang kayaknya bukan jodoh Daddy," ucapnya membujuk dengan tangan yang mengelus punggung Robert.
...Hari ini Author rencananya mau up 6 bab. Do'ain ya, Guys, biar cepet lolos. Sekalian juga do'ain biar langsung diterima kontrak. Soalnya sekalian mau ajuin kontrak juga~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yesi Marsela
semoga lancar kak
ko aq ikutan sedih kaya Robert y🥺😭
2023-03-21
2
Anik Trisubekti
Doa kami selalu menyertai mu kak Ros 😘
semoga di lancarkan 🤲
ditunggu up date 6 bab nya
2023-03-20
1
Eva Karmita
Aamiin semoga lancar ya Thor 💪
2023-03-20
1