"Beneran, Bi, aku ...." Ucapan Syifa seketika terhenti, saat dimana Abi Hamdan tiba-tiba saja mengenggam pergelangan tangan kanannya. Kemudian menariknya untuk masuk ke dalam kamar.
Menurutnya, urusan ini akan panjang dan ada baiknya mereka berbicara empat mata. Demi menghargai Fahmi yang menjadi tamu di rumah itu.
Setelah menutup pintu kamar, Abi Hamdan mengajak Syifa untuk duduk di atas kasur.
Perlahan dia pun menarik tangan sang anak untuk mendekat ke arah wajahnya, supaya Abi Hamdan bisa melihat jelas cincin yang terlihat mengkilap dan cantik itu.
"Beli di mana kamu?" tanyanya memastikan. Suara Abi Hamdan terdengar begitu tegas.
"Ya-ya beli di toko lah, Abi. Abi ini gimana, sih?" kekeh Syifa dengan gugup. Dadanya terlihat naik turun mengatur napas.
"Mana suratnya? Abi mau lihat?!" Tangan Abi Hamdan menadah.
"Surat?! Surat apa?" Kening Syifa tampak mengernyit.
"Surat cincin ini." Menunjuk ke arah cincin. "Ini cincin emas, kan? Dan semua cincin emas pasti memiliki surat."
Syifa sontak membulatkan matanya. Jelas sekali, surat itu tidak ada. Sebab Joe hanya memberikan cincinnya saja. 'Waduh, gimana ini? Alamat bener-bener ketahuan dong,' batinnya.
Abi Hamdan menatap lekat anaknya. Wajahnya yang gelisah ditambah manik mata yang terus bergerak-gerak, benar-benar membuatnya makin curiga. Jika benar cincin itu dari Joe.
"Ini cincin emas palsu, Bi, dan—"
"Kamu nggak perlu bohong!" sergah Abi Hamdan. Suaranya yang menggelegar itu membuat Syifa terperanjat dengan jantung yang berdegup kencang. "Abi nggak pernah, ya, mengajarimu berbohong, Fa! Kenapa kamu bisa-bisanya berbohong sama Abi?!" Terlihat jelas, jika sang Abi benar-benar tidak mempercayainya.
Syifa langsung menundukkan wajahnya. Kalau sudah begini tak ada jalan lain selain mengakui. Karena dia sendiri paling takut dengan Abi Hamdan. Apalagi jika pria itu tengah marah. "Ma-maafkan aku, Bi," lirihnya.
Abi Hamdan menghela napasnya dengan berat, lalu mengusap dada. Mencoba untuk bersabar meskipun dia sendiri orangnya memang suka emosian. "Jadi benar, ini dari Pak Joe? Dan dia melamarmu?"
Syifa menggeleng cepat. "Nggak, Bi. Dia hanya menembakku. Tapi memang ada niat serius untuk menikahiku."
"Terus kamu terima?"
"Nggak. Aku tolak."
"Ditolak kok kamu pakai cincin?! Jangan bohong kamu, Fa!" tegas Abi Hamdan dengan nada lantang. Kembali, dia marah. Sebab menganggap anaknya kembali berbohong.
"Sumpah demi Allah, aku menolaknya, Bi. Abi bisa tanya langsung sama Pak Joe, kalau nggak percaya," ucap Syifa jujur.
Abi Hamdan berdecak. Lantas dia pun merebut buket bunga ditangan Syifa, sebab dia juga yakin jika itu dari Joe juga. "Berarti bunga ini dari Pak Joe juga, kan?"
Syifa mengangguk pelan. "Iya, tapi Abi jangan membuangnya, ya? Dan apalagi kalau ... Bi, jangan dilepas, Bi!" Dia sontak terkejut saat Abi Hamdan tengah berusaha untuk melepaskan cincin berlian di tangannya.
Namun, benda itu terlihat susah untuk terlepas. Sampai-sampai itu membuat rasa sakit pada jari Syifa.
"Aaww! Sakit, Bi!" jerit Syifa.
"Maaf, Fa, bukan maksud Abi menyakitimu." Abi Hamdan langsung melepaskan tangan sang anak. Tak tega rasanya melihatnya kesakitan seperti itu. "Si Jojon ini kurang waras, bisa-bisanya dia memberikan cincin sempit ke tangan anakku!" pekiknya marah.
"Namanya Jonathan, Bi." Syifa menatap sang Abi yang baru saja berdiri, kemudian menuju meja riasnya lalu mengambil sebotol body lation. Setelah itu, dia pun menghampirinya lagi dan mengolesi body lotion pada seluruh permukaan jari manisnya.
Mungkin menurutnya, dengan memakai handbody, cincin itu dapat terlepas.
"Jonathan kebagusan, lebih pantes Jojon namanya." Abi Hamdan mengomel. Tangannya masih berusaha membuka cincin tersebut, tapi sayangnya masih saja susah terlepas. "Ini awalnya siapa yang pasang? Apa kamu nggak merasa cincin ini sempit?"
"Pak Joe yang pasang. Tapi pas dia pasang nggak sempit, Bi."
"Bisa-bisanya kamu membiarkan laki-laki yang bukan muhrimmu menyentuh?! Otakmu taruh dimana sih, Fa? Kalau dia nafsu sama kamu bagaimana? Otak dia 'kan mesum."
Abi Hamdan tentu ingat, bagaimana ekspresi Joe saat bertemu Syifa. Apalagi sampai mengeces seperti itu.
Perlahan dia pun berdiri lagi, kemudian mencari-cari minyak angin di meja rias.
"Orang pasang cincin doang masa buat orang nafsu? Nggak mungkinlah, Bi," elak Syifa.
"Kamu ini, ya, orang dikasih orang tua bukannya nurut dan mengakui kesalahan ... tapi malah ngeyel!" cerocos Abi Hamdan.
"Iya, maaf, Bi," ucap Syifa pelan. Bibirnya merengut.
"Ini kamu naruh minyak angin di mana, sih? Kok nggak ada?" Abi Hamdan menoleh, dia merasa kesal melihat benda yang belum berhasil ditemukannya itu.
Ceklek~
Tiba-tiba pintu kamar Syifa dibuka, tapi sebelum itu diketuk sebentar.
"Kalian kok di sini? Nak Fahmi kasihan diruang tengah sendirian," tegur Umi Maryam. Dialah orangnya yang membuka pintu.
"Ini si Syifa, dikasih cincin sama si Jojon nurut aja. Padahal cincinnya sempit, Mi," sahut Abi Hamdan kesal. Dia kembali mendekat ke arah anaknya usai berhasil menemukan minyak angin.
Kembali, dia mengolesinya, lalu berusaha untuk melepaskannya.
"Jojon siapa? Dan cincin apa itunya?" tanya Umi Maryam penasaran. Dia melangkah masuk ke dalam kamar, kemudian menghampiri keduanya.
"Maksud Abi Pak Joe, Mi," sahut Syifa sambil meringis menahan sakit.
"Abi ini, nama orang kok diganti-ganti." Umi Maryam menyenggol lengan suaminya, lalu memerhatikan cincin Syifa. "Tapi bagus banget cincinnya, kelihatan mahal. Dan kenapa juga dilepas?"
"Umi ini aneh, ya, Syifa sama Jojon itu nggak ada hubungan apa-apa. Jadi buat apa Syifa pakai cincin darinya?!" omel Abi Hamdan menatap istrinya sebentar, kemudian beralih menatap Syifa. "Kamu juga, Fa, kenapa harus diterima, sih? Jadi susah begini 'kan dilepasnya!" Dia menghela napas dan menghentikan gerakan tangannya. Cincin itu seperti terkunci dijari anaknya, sehingga susah sekali untuk terlepas.
"Bukannya menolak pemberian orang lain itu nggak boleh dalam Islam, ya, Bi?" tanya Syifa. "Selagi barang itu dibeli dengan uang halal ... kita 'kan wajib menerimanya, karena sama saja seperti rezeki. Anggap saja ini rezeki anak soleha," ucap Syifa yang memang ada benarnya.
"Soleha, soleha, yang ada kamu kelihatan kecentilan. Karena habis dikasih cincin dan bunga," komentar Abi Hamdan, lalu menambah. "Padahal Jojon itu 'kan bukan siapa-siapa kamu, Fa!"
"Yang bilang dia pacar aku itu siapa, sih, Bi?" Pada akhirnya, Syifa pun ikut-ikutan marah juga. Kesal sekali dia kepada Abi Hamdan. Hanya masalah cincin saja marahnya tak selesai-selesai. "Lagian cincin ini juga yang beli Robert, bukan Pak Joe. Pak Joe sendiri yang mengatakannya padaku."
"Alah alasan. Jojon itu sengaja bawa-bawa anaknya demi bisa menggaet kamu. Kamu ini nggak peka banget, sih?" Abi Hamdan mendengkus menatap sebal anaknya. Kemudian beralih menatap Umi Maryam. "Umi bantu Syifa melepaskan cincin. Pokoknya Abi nggak mau tau ... cincin itu harus cepat terlepas!" perintahnya, kemudian melangkah keluar dari kamar sambil membuang napas.
...Cincin itu ada penunggunya, Bi, mangkanya susah lepas 🤣...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yesi Marsela
duh si Abi ini pikiran nya jelek Mulu ke si Daddy Joe🥲
2023-03-21
1
Eva Karmita
biarin aja Abi kok dilepas sih , hargai dong pemberian Deddy Jojon kasihan dia ngasih dengan sepenuh hati walau harus Nerima kenyataan ditolak cintanya sama Syifa tadi 🥰💔💔😢
2023-03-21
1
Arumi Nasha Razeta
Cincin aja ga mau lepas tandanya jodoh itu Abi ga usah dipaksa lepas😂 cincin aja tau siapa pemiliknya yang sebenarnya 🤣🤣
2023-03-21
2