Rita mengikuti langkah Putra keluar dari kamar Rama. Rita tempat bingung dengan sikap majikannya itu. Hanya terlihat diwajahnya, ada yang tidak beres dan Rita tidak berani bertanya karena tidak ingin ada keributan.
Putra berhenti di depan kamarnya. Terlihat ada keraguan dengan sikapnya. Putra membuka pintu kamarnya dan meminta Rita masuk. Ini sudah malam sekali, dan Putra memintanya masuk. Rasanya itu bukan hal yang baik untuk Rita.
Rita masih berdiri tegak di depan pintu yang terbuka. Merasa Rita ragu untuk masuk, Putra mendekati Rita.
"Kenapa tidak masuk?" tanya Putra.
"Rasanya ini tidak pantas, Pak Putra. Bagaimanapun juga, saya seorang wanita. Jika ingin bicara, bisa besok pagi," jawab Rita.
"Wanita. Aku tidak bisa bicara besok pagi karena aku sudah ada acara penting. Dan besok acaranya sangat padat. tidak akan ada waktu untuk bicara pribadi denganmu," ucap Putra.
"Tapi Pak ...."
"Rita, aku mohon. Aku ingin menyelesaikan masalah hatiku malam ini juga," kata Putra lagi.
Rita akhirnya mengalah dan dengan hati ragu, dia masuk juga ke kamar majikannya. Putra mempersilahkan Rita duduk di tepi ranjang dan Putra juga duduk di sampingnya.
Jantung Rita berdetak sangat cepat dan hatinya berdebar kencang. Bagaimanpun juga, Rita pernah menyimpan rasa suka pada Putra. Sekarang, mereka sangat dekat dan hanya berjarak tidak lebih dari dua jengkal saja.
"Rita, aku ingin jujur padamu. Aku tidak suka kamu dekat dengan Rama," ucap Putra sambil menatap Rita.
"Kenapa, Pak?" tanya Rita kaget.
"Karena ... aku mencintai kamu," ucap Putra dengan penuh keberanian.
"Pak Putra bicara apa? Tidak mungkin Pak Putra mencintai saya, tidak mungkin," ucap Rita sambil tersenyum.
"Rita, aku tahu ini mendadak. Tetapi, aku sudah berkali-kali meyakinkan perasaanku terhadapmu. Sampai pada keputusan bahwa aku ternyata sangat mencintaimu. Izinkan aku mengejarmu," ucap Putra memohon.
"Rita bingung. Kenapa kalian sepertinya janjian?" tanya Rita ragu.
"Janjian, apa Rama juga sudah menyatakan cintanya?"
"Iya. Dan hasilnya dia malah minum sampai seperti itu. Saya merasa bersalah karena tidak bisa mencegahnya minum," ucap Rita sedih.
Putra menarik napas panjang. Setelah menyatakan cinta lalu minum hingga mabuk. Pastilah, Rita sudah menolaknya. Putra tersenyum dalam hati.
"Jangan merasa bersalah. Rama itu pria dewasa. Apa yang dilakukannya, pasti sudah dipikirkan baik-baik konsekuensinya. Rita, aku tahu, kamu masih ragu. Aku akan membuat hatimu yakin untuk memilih aku. Aku akan menunggu sampai kamu yakin jika aku pilihanmu," ucap Putra.
Rita hanya menunduk. Dia tidak bisa menolak dan berkata tidak. Karena sebenarnya, hatinya ingin menjawab iya aku bersedia, tapi malam ini dia sudah menolak Rama. Rasanya tidak pantas, dia menerima Putra.
Putra mengantar Rita kembali kekamarnya. Malam ini, menjadi malam indah bagi Putra. karena dia sudah berhasil mengalahkan egonya dan sudah berhasil mengungkapkan perasaan cinta pada Pembantu kecilnya.
Rita juga merasa bahagia dan hampir tidak percaya, jika majikan yang selama ini sering memperlakukan dirinya dengan ketus malah menyatakan cintanya.
Rupanya perasaan cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Tetapi memang tidak semudah itu dia bisa menerimanya karena dia belum siap dengan resiko menjadi kekasih Putra.
Tidak hanya harus menghadapi status sosial yang berbeda, tetapi juga menghadapi keluarga Putra yang belum tentu bisa menerima dirinya sebagai bagian hidup Putra.
Keesokan harinya, Rita bangun pagi-pagi sekali. Meskipun semalam hampir tidak bisa tidur, dia memang sudah terbiasa bangun pagi. Selesai melakukan aktivitas pagi, Rita yang sudah rapi keluar untuk membangunkan Putra.
Saat keluar kamar, Rita bertemu dengan Sasa yang juga sudah terlihat rapi. Sasa mendekatinya sambil tersenyum.
"Pagi, Rita. Mau bangunkan Kak Putra?" tanya Sasa.
"Benar, Mbak Sasa, setelah itu baru bangunkan Mas Rama," jawab Rita.
"Biar aku yang bangunkan Kak Rama saja. Kamu fokus urus Kakak," kata Sasa.
"Baik, Mbak Sasa."
Sasa lalu pergi menuju kamar Rama. Sedangkan Rita menuju kamar Putra disebelahnya. Rita segera mengetuk pintu kamar Putra, tetapi tidak ada jawaban.
Rita mengambil ponsel dari sakunya dan mencoba menghubungi Putra. Setelah diangkat, Rita mematikan panggilannya. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat raut wajah Putra yang masih berantakan.
"Masuk!"
Rita bergegas masuk untuk mempersiapkan pakaian ganti yang akan dipakai hari ini. Tetapi Rita agak kaget karena Putra kembali masuk ke dalam selimut dan memejamkan mata lagi. Rita menghela napas berat.
Rita mendekati Putra lalu duduk ditepi ranjang. Dia berniat membangunkan Putra kembali dengan membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
"Pak Putra, tadi sudah bangun, kenapa mesti tidur lagi. Ini sudah jam berapa coba, cepatlah bangun. Jangan sampai terlambat pergi," ucap Rita.
"Aku hanya ingin merasakan, memiliki seseorang yang akan membangunkan aku setiap hari. Rita, aku akan terus menunggu jawabanmu," bisik Putra lembut.
Putra langsung berdiri dan menuju ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban dari Rita. Rita hanya tersenyum mendengarnya karena merasa, Putra sengaja menggodanya.
Rita mengambil sepasang pakaian kerja untuk Putra beserta aksesorisnya. Ada dasi dan sepatu serta pakaian dalam milik Putra. Berasa seperti ibunya, setiap kali Rita menyiapkan segalanya untuk Putra. Baru saja Rita hendak keluar kamar, Putra keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk sebatas perut. Pemandangan yang pernah Rita lihat beberapa waktu lalu, kini terulang lagi.
"Pak Putra, kenapa kamu cepat sekali mandinya?" tanya Rita sambil memejamkan matanya.
"Sengaja. Kamu duduk sebentar. Nanti bantu aku pake dasi," ucap Putra sambil tersenyum.
"Ya udah. Aku duduk di sini, dan aku nggak akan lihat kamu ganti pakaian," kata Rita sambil duduk di sisi ranjang yang tidak menghadap Putra.
Putra segera berganti pakaian. Dia segera meminta Rita untuk membantunya memakaikan dasi. Tubuh Rita yang agak kecil dan lebih pendek dari Putra, mencoba menggapai leher Putra. Meski kakinya sudah berjinjit, tetap saja jangkauannya jauh. Apalagi, Putra sengaja membuat agar Rita sulit menggapainya.
Dengan tinggi badan 185, dia mampu mempermainkan Rita yang tingginya hanya 155. Putra tersenyum senang melihat Rita terus berusaha. Tetapi ketika Rita tampak sedih dan kecewa karena tidak bisa memakaikan dasi, Putra merasa kasihan dan dia juga tampak sedih melihat Rita.
"Jangan kaget, aku bantu kamu naik, biar bisa bantu aku," bisik Putra pelan karena takut Rita kaget.
Belum sempat menjawab, Putra mengangkat tubuh Rita ke atas ranjang dibelakangnya hingga tinggi badan mereka sejajar. Tatapan mata mereka beradu pandang. Suasana menjadi hening. Rita sempat berdebar saat wajah Putra kian mendekat.
Apa yang akan dia lakukan? Batin Rita.
...****************...
Sambil menunggu up selanjutnya baca juga karya temen aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
~🌹eveliniq🌹~
Keren support selalu 💪
2023-03-25
3