Rita dan Putra menjadi canggung setiap kali mereka bertemu. Tamparan Rita tempo hari membuat Putra malu. Pasalnya, dia selalu berusaha menyembunyikan perasaannya apalagi gairahnya yang tiba-tiba muncul saat bersentuhan dengannya.
Adik kecilnya yang biasanya tenang dan bermalas-malasan, tiba-tiba berontak saat Rita duduk di pangkuannya. Jelas saja Rita pasti ketakutan merasakannya bereaksi.
Rita juga merasa malu, karena dalam hatinya dia juga mengagumi sosok Putra. Meski dari luar terlihat dingin dan cuek, tetapi dia sangat perhatian padanya. Rasa takut yang dahulu muncul saat awal bertemu dia, kini mulai berangsur menghilang.
Putra sekarang majikan yang bisa menghargai orang lain. Mungkin karena dia tahu, jika dirinya terbukti gadis yang jujur. Pekerjaannya sebagai pembantu yang merupakan sebuah perjanjian, akan dijalani Rita dengan sabar.
Tetapi tentu saja, sikap canggung ini tidak boleh berlangsung lama. Semua harus segera diselesaikan agar tercipta kondisi yang damai kedepannya.
Sudah 3 hari, Putra tidak bekerja. Tiga hari pula, Rita dan Putra tidak saling bertegur sapa. Jika Putra membutuhkan sesuatu, dia akan mengirim pesan pada Rita.
Putra mengirim pesan singkat pada Rita. Putra meminta Rita untuk menemuinya di ruang tamu. Saat Rita datang, Putra duduk sambil membaca majalah.
"Pak Putra, apakah ada hal penting yang ingin anda sampaikan?" tanya Rita memberanikan diri.
"Begini. Aku ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Aku ...," ucap Putra terhenti.
"Tidak. Saya yang salah. Seharusnya, saya yang meminta maaf pada Pak Putra. Saat itu, saya kaget dan saya pasti akan bergerak cepat untuk membela diri jika saya kaget. Rita minta maaf, Pak Putra," sahut Rita sedih.
"Oh, iya. Aku juga minta maaf karena telah membuat kamu kaget," jawab Putra gugup. "Bagaimana kalau kita lupakan saja masalah-masalah yang pernah ada diantara kita."
"Maksud pak Putra?" tanya Rita bingung.
"Maksudku, semuanya. Kita saling memaafkan dan kita bisa berteman," jawab Putra sambil tersenyum tipis.
"Kalau saling memaafkan sih, boleh. Tapi, kalau berteman, saya rasa saya tidak akan bisa selancang itu, pak Putra. Anda adalah majikan saya," ucap Rita sambil menatap Putra.
"Maksudku, kita bisa melakukan pekerjaan kita masing-masing dengan baik sampai waktu kontrak kerja kamu selesai," jawab Putra mengalihkan tujuannya.
"Baik, saya terima," ucap Rita.
"Karena proyek baru aku sudah deal, besok kamu ikut aku pergi ke luar kota untuk melihat pabrik baru. Kita akan mencari bahan yang cocok untuk produksi pakaian musim panas ini," ucap Putra menjelaskan.
Rita mengerti apa maksud dari majikannya itu. Dia akan menemani Putra dan menyiapkan segala keperluannya selama di sana. Bisa dibilang, Rita akan menjadi pengasuh untuk Putra dalam beberapa hari.
Dulu, dia pernah takut jika diajak pergi karena takut majikannya akan membalas dendam padanya. Sekarang diajak kemanapun, dia kan percaya saja pada majikannya. Tentu saja setelah moment saling memaafkan malam ini dan komitmen bersama, bekerja dengan baik. Artinya pasti mereka akan bekerja secara profesional.
Putra meminta Rita untuk membantunya mengemas pakaian untuk pergi besok. Tanpa ragu, Rita masuk kekamar Putra dan mulai memilih baju-baju yang akan dibawa pergi.
Mereka terlihat sangat akrab dan hampir tidak ada jarak sosial lagi diantara mereka. Mereka seperti sudah lama saling mengenal. Sesekali, terdengar suara Rita mencoba memadupadankan pakaian Putra, yang disambut Putri dengan ejekan. Meski begitu mereka tidak musuhan lagi seperti sebelumnya.
Keadaan seperti itulah yang membuat keduanya mulai saling mengintrospeksi diri masing-masing. Siapa sebenarnya yang salah selama ini atas ketidak akuran mereka. Sampai pada kesimpulan bahwa mereka sebenarnya saling mengagumi satu sama lain, hanya saja mereka masih terlalu gengsi untuk mengakuinya.
Terlebih bagi Putra, sosok Rita yang sangat pemberani saat pertama kali bertemu, membuat Putra marah karena selama ini hanya Rita satu-satunya wanita yang berani berbuat dan berbicara kasar padanya. Rita sama sekali tidak takut padanya, yang saat itu dikira pencuri.
"Pak Putra, bengong aja, ada apa?" tanya Rita membuyarkan lamunannya.
"Rita, apa rencanamu setelah kontrak kerjamu selesai?" tanya Putra serius.
"Apa, ya? Rita ingin kuliah dan bekerja untuk membuat nenek bahagia. Ingin mengajak nenek pergi berlibur keliling kota, dan membeli rumah agar nenek juga bisa tinggal bersamaku. Banyak banget ya?" jawab Rita sambil tersenyum.
"Namanya juga rencana. Boleh apa aja dan sebanyak apapun. Tapi kenapa dalam rencanamu sama sekali tidak ada mencari calon suami, setidaknya kamu akan menikah dengan pria seperti apa?" tanya Putra agak ragu.
"Sepertinya rencana itu masih jauh, Pak Putra. Usia Rita saja, belum ada 20 tahun," jawab Rita sambil tertawa kecil.
"Aku tahu, kamu masih sangat muda. Seandainya ada pria yang mapan dan cocok untuk kamu, lalu dia berniat menikahimu, kamu akan menolak atau menerima?"
Rita terdiam sesaat, mendengar pertanyaan dari majikannya tersebut. Rita menjadi tersanjung dan mengira jika pria yang dimaksud itu adalah Putra sendiri.
"Tergantung. Tapi, nggak lah. Mending kuliah aja dulu kali, ya?" jawab Rita sambil menghela napas panjang. "Kenapa bertanya seperti itu, apa pak Putra memiliki calon untuk saya?"
"Oh, bisa dibilang begitu. Tapi, karena kamu mau kuliah dulu, kamu nggak usah tahu siapa dia," jawab Putra.
Rita menatap wajah Putra dengan hati penasaran. Ingin rasanya dia memaksa majikannya untuk mengatakan siapa pria yang dia maksud itu. Tetapi rasanya tidak pantas jika dia terlalu memaksakan diri. Nanti dikira dia ingin segera menikah.
...***************...
Keesokan harinya, Putra dan Rita berniat berangkat pagi-pagi sekali. Rita membawa dua buah tas, tas miliknya dan milik Putra. Merasa kasihan, Putra mengambil tasnya untuk dibawanya sendiri. Awalnya Rita melarang, tetapi karena ini perintah majikan, dia tidak bisa menolak.
Setelah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam bagasi mobil, Putra dan Rita segera berangkat menuju kota B. Sepanjang jalan, mereka hampir tidak berbicara. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.
Setelah perjalanan selama hampir 2 jam, mereka telah sampai di sebuah hotel yang sudah Rama pesan sebelumnya. Ternyata, mereka tidak hanya datang berdua, tetapi masih banyak lagi yang akan datang. Terutama Rama dan Sasa.
Rita bisa bernapas lebih lega, karena dia tidak hanya akan berdua dengan majikannya di hotel ini. Kamar Putra bersebelahan dengan kamarnya karena jik dia membutuhkan sesuatu, dia bisa lebih cepat.
Putra juga tidak lupa meminta Rita untuk selalu mengaktifkan ponselnya. Perintah Putra akan diberikan lewat pesan singkat.
Rita merasa bingung, karena ini pengalaman pertamanya ikut Putra keluar kota. Saat itulah, terdengar bunyi suara ponsel Rita. Sebuah lesan telah dikirim.
[Cepat mandi dan berganti pakaian. Kita akan pergi keluar untuk makan dan sekalian jalan-jalan.]
Rita tersenyum setelah membaca pesan dari Putra. Akan tetapi senyum itu tiba-tiba hilang saat Rita sadar jika statusnya hanyalah pembantu. Mungkin, Putra ingin mengajak seseorang dan memintanya membantu menjamu temannya.
Apakah aku salah jika mengharapkan, Putra jatuh cinta padaku? batin Rita.
...****************...
Sambil menunggu up selanjutnya, baca juga karya temen aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments