"Hai, mata kamu dimana!" teriak Putra ketika tangan Rita mengetuk keningnya.
"Ma-maaf, Pak. Pak Putra, baik-baik saja, bukan?" tanya Rita khawatir.
"Aku baik-baik saja. Kenapa kamu terlihat cemas begitu, ada apa?" tanya Putra sambil menatap Rita curiga.
"Kenapa Pak Putra seperti anak kecil, marah sampai mogok makan. Jika Bapak tidak makan, anda bisa sakit," ucap Rita sambil cemas
"Aku ini pria dewasa. Tidak makan semalaman tidak akan membuatku mati. Jadi kamu tidak perlu khawatir," jawab Putra sambil tersenyum.
Dia tampak bahagia karena ada yang mengkhawatirkannya. Walaupun dia tahu, Rita khawatir hanya sebatas pembantu dan majikan. Entah kenapa, dia menyesal karena tadi sempat marah pada Rita karena dia merasa khawatir jika Rita lebih perhatian pada orang lain daripadanya.
"Tapi bagaimanapun Pak Putra harus makan. Aku bawa makanannya ke sini? Tanya Rita serius.
"Tidak perlu, aku tidak mau makan," jawab Putra sambil berbalik badan dan berniat menutup pintu.
Rita dengan cepat menarik tangan Putra dari belakang sehingga Putra menoleh dan kakinya terjegal kaki sendiri. Putra jatuh tepat menimpa tubuh Rita. Untung saja tangan Putra memegang kepala Rita sehingga tidak terbentur lantai.
Untuk sesaat mereka saling berpandangan dan merasa canggung. Tetapi Rita dengan cepat menguasai dirinya dan bersikap biasa saja. Dia segera mendorong tubuh Putra dan dia bergegas berdiri.
"Makanlah dulu, biarpun sedikit," ucap Rita lalu berlalu pergi.
Rita duduk di ruang makan sambil menunggu kedatangan Putra. Cukup lama Rita menunggu dan Putra tidak kunjung datang.
Jika malam ini dia tidak mau makan dan tidak peduli dengan kekhawatirannya, maka untuk selanjutnya aku tidak akan peduli lagi dengan kesehatan dia dan aku tidak perlu lagi masak untuk dia, batin Rita.
Rita sudah putus asa, dia menghela napas berat dan berniat membersihkan meja makan. Baru saja dia berdiri, Putra sudah berada di dekatnya.
"Temani aku makan!" titah Putra dingin.
Rita menatap Putra yang kini duduk disampingnya. Rita segera mengambilkan makanan untuk Putra yang terlihat terpaksa.
"Kalau terpaksa, jangan dimakan," ucap Rita sambil memegang piring berisi makanan.
"Kamu ini aneh. Aku tidak mau makan, kamu marah. Sekarang aku mau makan kamu juga marah. Maunya kamu apa?"
"Makan tapi ikhlas."
"Aku tahu kamu pasti akan dendam padaku jika aku tidak mau makan. Kamu pasti akan mengabaikan aku dan akan kamu jadikan alasan untuk tidak menjalankan tugasmu," ucap Putra seolah tahu isi hati Rita.
"Tentu saja. Kalau kamu tidak mau makan, aku tidak akan masak lagi. Itu akan mengurangi tugasku," jawab Rita sambil tersenyum sinis.
"Padahal masakan kamu tidak begitu lezat, tapi masih bisa diterima lambungku," ledek Putra.
Rita terdiam dan menatap tajam wajah Putra. Wajah Rita tampak cemberut karena ucapan Putra, walupun dia tahu Putra hanya bercanda.
***
Malam ini, Putra mendapat undangan dari ibunya, untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan ayah dan ibunya. Putra berencana mengajak Rita, karena Putra tidak ingin Rita sendirian di apartemennya. Putra merasa khawatir, dan tidak tega membiarkan Rita seorang diri.
Awalnya Rita menolak ikut karena dia bukan anggota keluarga, tetapi Putra terus memaksa mengajak Rita untuk menemaninya.
"Kamu bisa membantu bik Nah menyiapkan minuman. Daripada di rumah kamu sendirian. Mungkin aku akan menginap di sana," kata Putra meyakinkan Rita.
"Terserah pak Putra saja. Rita ini kan hanya pembantu, tidak bisa memilih," jawab Rita datar.
"Kamu ini kenapa, kalau di sana kamu tidak ingin membantu, kamu bisa istirahat di sana, tidka akan ada yang memaksamu bekerja," ucap Putra cemas.
Tidak biasanya Rita tidak membantahnya. Padahal jelas-jelas tadi dia menolak ikut. Baru aku jelaskan sedikit, dia menerima saja. Padahal dia paling senang berdebat hingga aku kesal, batin Putra.
"Kamu sakit?" tanya Putra khawatir.
"Tidak, aku hanya lelah berdebat terus. Capek, aku juga ingin menjadi pembantu yang penurut," jawab Rita sambil menghela napas panjang.
"Jangan, ini bukan kamu, Rita. Kamu seperti orang lain jika menurut," sahut Putra.
"Pak Putra ini aneh. Punya pembantu penurut harusnya senang. Ini kok malah ...."
"Kenapa, suka-suka aku dong," sahut Putra ketus.
"Kalau begitu, suka-suka aku juga dong. Mau penurut mau enggak. Emang kamu ayahku paket mau ngatur hidup aku!" Suara Rita mulai meninggi.
"Kalau aku ayahmu, aku tidak akan membiarkan kamu tinggal satu atap, hidup bersama seorang pria," ucap Putra mengejek Rita.
"Kamu bilang apa, hidup bersama seorang pria? Memangnya kamu pria?" tanya Rita sambil tersenyum.
"Mau bukti, sekarang?" tanya Putra sambil memegang sabuk celananya untuk menggoda Rita.
"Aaah, dasar majikan mesum!" teriak Rita lalu berlari masuk ke kamarnya.
"Jangan lupa, besok malam!" teriak Putra mengingatkan Rita.
Sambil menunggu up, baca karya temen aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
I Dw Ny Manasamadhi
ceritanya masih ngawur patesan cuman dikit dapat Vote,,Kesimpulannya Jelek
2024-07-26
0