Bab 4. Pulang telat.

Seperti biasanya, Rita menyiapkan makan malam untuk Putra. Meskipun hanya masakan sederhana, Putra sama sekali tidak protes. Mungkin dia bosan dengan masakan mewah, makanya saat ini dia menikmati saja masakan Rita yang sederhana.

Beberapa hidangan sudah disiapkan di atas meja makan dan Rita bergegas mandi untuk segera beristirahat. Meskipun jam kerjanya dikatakan 24 jam, tetapi Rita masih bisa mencuri-curi waktu untuk beristirahat saat Putra tidak di rumah. Tentu saja setelah semua pekerjaannya selesai.

Rita merebahkan dirinya di dalam kamar sebentar. Biasanya, setelah itu Putra pulang dan sudah merepotkannya lagi untuk menemaninya makan. Tetapi hampir 30 menit dia beristirahat, tidak ada tanda-tanda Putra pulang.

Rita beranjak dari tempat tidurnya menuju keruang tamu sambil melihat kearah pintu. Pintu itu masih tertutup rapat. Rita merasa sangat cemas dan khawatir karena tidak biasanya Putra terlambat pulang. Meski begitu dia juga tidak berhak marah karena dia hanya seorang pembantu dan tidak berhak mengetahui urusan majikannya.

Rasa khawatirnya, membuatnya menunggu di sofa. Untuk menghilangkannya, Rita membaca majalah yang ada di bawah meja. Rita terpana melihat wajah majikannya yang menjadi sampul majalah itu. Majikannya terlihat sangat tampan dan wajah dingin yang ditunjukkan membuat wanita akan penasaran dengan keseharian Putra.

Jika hanya melihat wajah dingin Putra di sampul majalah itu, tentunya Rita akan berpikir jika Putra memang pria dingin dan sulit di dekati. Tetapi setelah sekian lama Rita hidup bersamanya, meski hanya sebagai majikan dan pembantu, Rita tahu jika Putra tidak sedingin yang terlihat.

Lama-kelamaan, Rita tertidur karena kelelahan dan majalah itu terjatuh menutupi sebagian wajahnya.

***

Tubuh mungil Rita, terasa hangat sehingga dia merasa enggan untuk bangun padahal dia sedang menunggu majikannya pulang. Rita mencoba membuka matanya yang masih belum ikhlas untuk terbuka.

Rita kaget saat mendapati dirinya terbaring di kamarnya bukan di sofa ruang tamu. Dia menggerak-gerakkan kelopak matanya untuk memastikan jika memang dia berada atas tempat tidurnya.

Siapa yang memindahkan aku ke kamar? Apa aku bisa berjalan sendiri sambil tidur?" batin Rita.

Rita melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjukan pukul 4 pagi. Saatnya bangun dan menjalankan tugas harian, termasuk membersihkan lantai dan membuat sarapan untuk Putra.

Tidak ingin dihinggapi rasa penasaran, untuk sementara, Rita menghapuskan kejadian semalam. Sekarang dia fokus melaksanakan pekerjaan yang harus segera di selesaikan sebelum Putra bangun. Karena majikannya itu sangat menyukai kebersihan tempat tinggalnya.

Pagi ini, Rita membuat sarapan nasgor semi pedas dengan kerupuk dan susu hangat. Kebiasaan Rita yang tidak bisa memadupadankan menu justru menjadi sensasi tersendiri bagi Putra menikmati kebiasaan baru.

Tepat pukul 7 pagi, semua pekerjaan rumah sudah beres, tinggal mencuci pakaian kotor dan menyetrika. Sebenarnya, awalnya pakaian kotor pasti dibawa ke laundry saja, tinggal terima beres. Tetapi, akhir-akhir ini Putra sering komplain jika pakaian dalamnya cepat rusak karena pakai mesin cuci. Putra ingin pakaian dalamnya dicuci saja pakai tangan biar bisa lebih bersih dan tidak cepat rusak.

Sejak itu, Rita jadi canggung harus mencuci pakaian dalam majikannya. Tetapi karena inilah susahnya jadi pembantu, pekerjaan yang tidak dia sukai, harus dia lakukan. Setiap hari harus memilah-milah pakaian yang harus di laundry dan yang harus dia cuci sendiri, termasuk pakaiannya sendiri.

"Rita, cepat ke sini!" titah Putra dari ruang makan.

"Siap, Pak," jawab Rita tersadar dari lamunannya.

Rita bergegas mendekat dan menemani majikannya sarapan. Meskipun hanya duduk diam sambil menunggu perintah jika majikannya butuh sesuatu.

"Rita, masakan baru lagi?" tanya Putra sambil melihat Rita yang tegang karena takut kena komplain.

"Iya, Pak. Resep baru, dari Mbah google. Saya takut, Pak Putra bosan makan nasi sama telor dadar tiap pagi," jawab Rita santai.

"Tapi, kayaknya ini ada yang salah. Tapi apa, ya?" gumam Putra sambil mengunyah nasi dalam mulutnya.

"Apa yang salah?" tanya Rita panik. Padahal tadi sudah dia cicipi, rasanya cukup enak menurutnya. Mungkin saja lidah majikannya kali ini sedang error.

"Coba rasakan sendiri," jawab Putra sambil menyodorkan satu sendok nasi ke mulut Rita.

Sesaat suasana menjadi hening karena Rita tidak menduga jika majikannya akan menyuapinya.

"Jangan berpikiran aneh-aneh. Jangan anggap aku sedang menyuapi kamu. Ini karena aku ingin kamu rasakan sendiri bagaimana rasa masakanmu," ucap Putra sambil menjentikkan tangan kirinya ke kening Rita yang mulai sadar dari lamunannya.

"Siapa juga yang berpikiran sempit seperti itu. Lagian, aku juga tidak mau baper sama majikan," jawab Rita ketus.

Rita mengambil sendok yang berisi nasi goreng dari tangan Putra. Lalu memasukkan ke mulutnya dan dikunyah perlahan sembari menikmati rasanya. Tidak ada yang aneh, rasanya cukup enak.

Memang lagi error lidahnya pak Putra, batin Rita.

"Nggak ada yang aneh dengan rasa masakan ini. Menurutku, rasanya enak. Lidah pak Putra kali yang bermasalah," ucap Rita pelan, setengah mengejek majikannya itu. Walupun ada rasa takut jika Putra marah.

"Kalau memang enak, sini kamu makan semuanya," ucap Putra kesal.

"Tidak, itu sarapan untuk Pak Putra bukan untuk aku," jawab Rita sedikit mundur.

"Ini perintah, makan!" titah Putra dengan menunjukan sikap arogan.

Dengan kesal, Rita menuruti perintah majikannya yang menyuapi dia sesendok demi sendok hingga Rita merasa kenyang.

"Cukup, Pak, aku sudah tidak kuat lagi. Aku sudah kenyang," ucap Rita sambil menghela napas kekenyangan.

"Oke, aku akan berangkat sekarang. Kalau kamu tidak kuat untuk berjalan, kamu duduk saja dulu. Aku bisa ambil tas aku sendiri," ucap Putra sambil tertawa puas sudah bisa mengerjai Rita.

Rupanya, Putra kesal karena Rita tidak mengucapkan terima kasih, setelah semalam menggendong tubuh kecil Rita dari sofa ke kamarnya.

Rita tampak kesal melihat reaksi majikannya yang jelas-jelas sedang mempermainkannya. Jika sudah begini, bagaimana dia bisa mencuci pakaian. Jadi malas kalau perut kenyang.

Rita menatap kepergian Putra dengan senyum sinis di ujung bibirnya. Lebih kesal lagi saat Putra membalas senyumnya dengan senyum ejekan yang membuat Rita mau berteriak.

Setelah Putra pergi, Rita menyesali diri. Kenapa hari ini dia bisa masuk jebakan Putra. Seharusnya dia sadar dari awal jika majikannya itu memiliki niat yang tidak baik. Mungkin karena dia sudah terbius oleh sikap baik majikannya beberapa hari ini.

"Awas saja. Aku tidak akan lagi percaya dengan sikap baik kamu, Pak Putra. Dasar pria tidak punya cinta. Pantas saja sampai setua itu belum memiliki kekasih. Jangan-jangan, dia ...bicara apa aku. Jangan sampai itu beneran," gumam Rita sambil bergidik.

Rita beranjak dari duduknya dan mulai membereskan piring dan meja. Mengelapnya hingga benar-benar bersih. Seluruh peralatan dapur dan lainya sudah Rita bersihkan semuanya. Kini tinggal mencuci pakaian kotor milik majikannya.

Pekerjaan inilah yang paling tidak Rita sukai. Seumur-umur, baru kali ini dia mencuci barang pribadi milik laki-laki. Derita menjadi pembantu memang tidak bisa menolak pekerjaan dari majikan yang menggaji dia.

Pernah dia mengambil cara lain, berbohong kalau dia yang mencuci sendiri. Padahal dia membawanya ke laundry tetapi tidak di setrika di sana, biar tidak ketahuan. Tetapi tetap saja ketahuan kalau Rita berbohong.

"Rita, aku menggaji kamu untuk bekerja, bukan untuk membodohi aku. Awas saja, jika aku tahu kamu berbohong lagi, aku akan memecat kamu dan kamu akan membayar dendanya," ancam Putra sambil marah.

"Denda, denda apa? Saat aku baca tidak ada kata denda. Pecat, ya pecat saja. Gampang kan. Lagipula, aku sudah bosan hidup di kota. Aku akan balik ke kampung saja, hidup bersama nenek," jawab Rita tidak mau kalah.

"Mata kamu saja yang tidak bisa membaca dengan baik," ucap Putra lalu masuk ke kamarnya mengambil surat perjanjian kerja. "Ini lihat sendiri dengan teliti pada lembar terakhir."

Rita mengambil surat tersebut dan membacanya lagi dengan teliti bagian akhir dari surat perjanjian tersebut. Memang benar, disitu tertulis jika berhenti karena dipecat sebelum masa kerja berakhir, maka pihak kedua akan membayar denda sebesar 100 juta rupiah.

"Masa kerja, bukannya ini hanya sebuah hukuman karena aku melakukan kesalahan tempo hari? Ini pasti ada kesalahan," ucap Rita. "Apalagi besarnya denda, tidak sesuai dengan pekerjaan yang aku jalani. Mengumpulkan uang sebanyak itu, bisa sampai bertahun-tahun kerja di sini."

"Aku tidak perduli apa yang kamu katakan. Intinya, kamu sudah tandatangan, jadi kamu tidak akan bisa lepas dariku semudah itu," ucap Putra dingin.

"Aku menyesal bersedia ikut kerja denganmu. Andai saja waktu bisa kembali, aku akan milih pulang kampung," ucap Rita kesal.

"Sayangnya, semua tidak akan bisa kembali. Jadi nikmati saja pekerjaan kamu sampai mas kerja kamu berakhir, 1 tahun 8 bulan lagi. Selamat bekerja," ucap Putra sambil tersenyum menunjukan kemenangannya berdebat dengan Rita.

Rita menahan amarah melihat Putra begitu arogan dan semena-mena terhadapnya. Kesalahannya hanya salah mengenali orang dan memukulnya beberapa kali. Tetapi dia harus membayar dengan harga yang jauh lebih besar dari kesalahannya.

Rita mengingat saat itu sehingga dia tidak akan berani lagi berani berbohong. Jika dipecat, dia tidak akan bisa membayar denda sebanyak itu. Untuk saat ini, dia harus melaksanakan tugasnya dengan baik agar secara sukarela, Putra mau melepaskan dirinya.

Akhirnya pekerjaan dia pagi ini telah selesai. Rita berniat beristirahat sebentar sebelum dia menyiapkan makan siang untuknya sendiri. Merebahkan diri di sofa sambil menonton acara televisi. Baru saja, duduk, sebuah bel terdengar mengejutkannya. Rita menjadi curiga, jangan-jangan majikannya pulang karena ada barang yang tertinggal.

Rita bergegas membuka pintu dan terkejut karena yang datang bukan Putra.

Bersambung

Sambil menunggu up selanjutnya, baca juga karya teman aku ya. Jangan lupa mampir.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!