Rita berjalan keluar rumah ayahnya dengan hati sedih. Kemana dia harus pergi. Dia tidak akan mungkin pulang kembali ke kampung seperti apa yang ayahnya inginkan. Karena, sang nenek pasti akan sangat sedih jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Setelah ibunya meninggal karena kecelakaan, 11 tahun yang lalu, Rita hidup bersama nenek. Ayahnya bekerja di kota dan memutuskan menikah lagi dengan Bu Risma dengan syarat, Rita tidak boleh ikut tinggal bersama mereka.
Setelah sekian lama, dia bisa hidup bersama sang ayah dan keluarga barunya, ada saja hal yang membuat ibu dan saudara tirinya membenci dirinya. Untuk bisa tinggal bersama mereka lagi, semuanya kini hanya tinggal angan-angan saja. Dia sendiripun tidak akan mau tinggal bersama Yudi, kakak iparnya.
Rita berhenti di depan sebuah toko yang sudah tutup. Dia duduk sambil memikirkan untuk mencari pekerjaan di kota ini. Mungkin ini jalan yang lebih baik, daripada membuat nenek khawatir. Rita kembali berjalan menuju sebuah warung makan. Dia mencoba untuk mencari pekerjaan sebagai pelayan warung.
Sayangnya, warung tersebut sudah tidak membutuhkan pelayan baru. Rita tidak patah semangat, meskipun beberapa warung makan, telah menolaknya. Rita memang sudah terbiasa hidup susah. Jadi bukan masalah jika dia harus berjuang untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Apalagi dengan basic dia yang pernah belajar bela diri, tentu bukan hal yang bisa membuatnya menangis dan putus asa. Kelaparan dan hidup di alam terbuka, sudah pernah dia alami. Meskipun, bedanya di kota dan di desa.
Setelah lelah berkeliling mencari pekerjaan, Rita beristirahat di depan sebuah toko roti. Rasa laparnya mulai membuatnya berhalusinasi makan roti. Tiba-tiba, seseorang berlari kearahnya dan menyenggol bahunya hingga membuat halusinasinya buyar seketika. Padahal, itu salah satu caranya agar membuat perutnya terasa kenyang tanpa makan.
Rita tampak kesal dan marah. Saat itu Rita mendengar teriakan 'copet' dari seorang ibu-ibu yang berlari dengan terengah-engah mengajar pria tersebut. Tanpa pikir panjang lagi, Rita segera berlari mengejar pria tersebut. Dengan keahliannya berlari cepat, Rita berhasil mengejar pria tersebut dan menarik tangannya.
"Berhenti!" teriak Rita.
"Jangan ikut campur gadis kecil," jawab pria tersebut sambil berusaha melepaskan pegangan Rita.
"Kembalikan apa yang kamu ambil, cepat!" bentak Rita sambil berusaha mengambil tas yang ada ditangan pria tersebut.
"Kalau aku tidak mau kamu mau apa?" ledek pria tersebut.
"Jangan salahkan saya, kalau saya bertindak kasar," ucap Rita keras.
"Ayo, aku ingin lihat. Bisa apa gadis sekecil kamu," ledek pria itu lagi.
Rita segera mengerahkan kekuatannya yang masih tersisa dan bersiap memasang kuda-kuda. Keahliannya dalam bela diri, kini bisa dia praktekkan untuk kebaikan. Berbekal pengalamannya selama berlatih, Rita mencoba memukul pria tersebut. Dan perkelahian tidak dapat dihindarkan lagi.
Meskipun tubuh Rita agak kecil, tapi tenaganya tidak kalah dari pria dewasa. Meskipun pada awalnya pria tersebut mampu menangkis pukulan Rita, tetapi, dengan kelincahan Rita dalam melakukan gerakan, membuat pria tersebut kewalahan.
Dan satu tendangan kaki Rita tepat mengenai ulu hati hingga membuat pria tersebut terjatuh. Rita segera memiting leher dan mengambil tas dari tangannya. Rita kemudian berdiri dan bermaksud mengembalikan tas tersebut pada ibu-ibu tersebut.Tetapi, setelah Rita berdiri, pria tersebut malah kabur.
"Hai, jangan lari!" teriak Rita berniat mengejar pria tersebut.
"Sudahlah, Nak. Biarkan saja dia pergi. Toh, tas ibu juga sudah kembali," ucap ibu-ibu tersebut menghentikan niat Rita mengejar pencopet itu.
Sebenarnya, Rita masih kesal dengan pencopet itu karena sudah membuyarkan halusinasinya. Harus bagaimana lagi, dia harus berusaha ikhlas membiarkan pencopet itu pergi.
"Ini tas, ibu. Coba dilihat dulu, apakah ada yang bilang," ucap Rita sambil menyerahkan tas pada ibu-ibu tersebut.
Ibu-ibu tersebut, membuka tas dan memeriksa apakah ada yang hilang.
"Semua masih utuh. Terima kasih, Nak. Kamu itu, berbadan kecil tetapi sangat pemberani. Ibu kagum padamu. Ini ada sedikit uang, sebagai rasa terima kasih ibu. Terima, ya?"
"Maaf, Bu. Saya membantu dengan ikhlas. Saya tidak menerimanya," ucap Rita yang membuat ibu-ibu itu semakin kagum. Di zaman sekarang ini, masih ada anak gadis seberani dan sebaik ini.
"Ibu lihat, tadi kamu membawa koper. Mau pergi kemana?" tanya ibu-ibu tersebut.
"Saya datang dari kampung. Mau mencari pekerjaan. Tetapi, ternyata sangat sulit mencari pekerjaan di kota ini," jawab Rita sambil tersenyum getir.
"Ibu belum tahu siapa nama kamu. Perkenalkan, nama ibu Minah. Panggil saja bik Nah," ucap bik Nah sambil menyalami Rita.
"Rita," ucap Rita singkat.
"Ibu ada pekerjaan. Tetapi, apa kamu bersedia?" tanya Bik Nah.
"Bik Nah, saya sangat membutuhkan pekerjaan itu. Apa pun pekerjaan itu, asalkan halal, Rita bersedia, Bik," jawab Rita senang.
"Di tempat bibik kerja, membutuhkan satu asisten rumah tangga. Kalau bahasa bibik, pembantu. Di sana, kamu bisa makan dan tempat tinggal gratis. Tapi, syaratnya kamu harus jujur dan bertanggungjawab. Bagaimana?" tanya bibik lagi.
"Rita bersedia, Bik. Kalau syaratnya hanya itu, Rita sanggup. Tidak perlu ijazah atau yang lainnya?" tanya Rita cemas.
"Cukup rekomendasi dari Bibik. Nyonya pasti percaya dan menerima kamu," jawab Bibik yakin."Jangan, mengecewakan, bibik, ya?"
Rita mengangguk sambil tersenyum senang. Akhirnya, dia bisa mendapatkan pekerjaan. Makan gratis, tempat tinggal gratis, dapat gaji pula.
Bik Nah membawa Rita pulang ke rumah majikannya. Dan saat itu juga, Bik Nah memperkenalkan Rita pada majikannya.
Seorang wanita paruh baya yang masih kelihatan cantik dan berkharisma. Wajahnya terlihat ramah dan ada senyuman yang menghias, menandakan bahwa beliau adalah wanita yang murah senyum. Hal itu membuat Rita tidak merasa takut sedikitpun, meskipun mereka baru pertama kali bertemu.
"Ini, asisten baru pilihan bik Nah? Masih muda sekali, siapa namamu, Nak?" tanya ibu itu lembut.
"Rita, Nyonya," jawab Rita sambil tersenyum manis.
"Rita, panggil saja seperti asisten yang lain. Mereka memanggil ibu, ibu Kinar," ucap Bu Kinar sambil tersenyum.
Setelah berkenalan, Bu Kinar menyerahkan masalah pekerjaan pada Bik Nah. Bik Nah membawa Rita ke sebuah kamar yang cukup luas. Lebih luas dari kamarnya di kampung.
"Ini kamar kamu. Malam ini kamu beristirahat saja dulu. Masalah jadwal pekerjaan, bibik akan menyiapkannya untukmu besok pagi beserta penjelasannya," ucap Bik Nah lalu pergi meninggalkan Rita.
Rita merasa sangat senang, malam ini dia bisa tidur di kasur yang empuk. Padahal, dia sudah takut akan tidur di jalanan.
Keesokan harinya, Rita bangun pagi-pagi sekali. Dia membantu bibik membuat sarapan. Setelah itu, bibik meminta asisten lain, mbak Sasa untuk menyiapkan semua ke meja makan. Sementara, Bik Nah memberikan jadwal pekerjaan dan menjelaskan semuanya dengan jelas dan detail.
Rita mulai membiasakan diri, bekerja sesuai jadwal. Dan semua berjalan sesuai dengan harapannya. Semua berjalan lancar.
Sampai suatu hari, ada seseorang datang ke rumah, saat tidak ada siapapun di rumah selain Rita. Ibu dan Bapak pergi keluar, bik Nah dan mbak Sasa pergi belanja.
Orang itu tiba-tiba saja sudah berada di depan sebuah kamar. Tentu saja, Rita sangat panik dan mengira orang itu mau merampok.
Bukannya diluar ada satpam, kenapa bisa masuk? Berarti orang itu sangat hebat. Punya kekuatan menghadapi pak satpam, batin Rita.
Rita perlahan-lahan, mendekati pria tersebut yang hendak membuka pintu kamar. Rita langsung menendangnya hingga jatuh. Setelah itu, Rita menindih perut pria itu dan memukulinya dengan kedua tangannya.
Bersambung
Sambil menunggu up selanjutnya, baca karya temen aku. Jangan lupa mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Risya
yg kamu lumpuhkan itu pasti itu anak bu Kinar 😀😀😀
2023-05-15
1