Aku pun mengajak pemuda lusuh ini untuk makan terlebih dahulu. Entahlah aku merasa anak ini tidak memiliki keberuntungan yang bagus.
Dia memesan sebuah daging dan segelas air putih. Memang dengan memilih menu daging terkesan mewah, tapi sebenarnya ia memilih yang paling murah dan berukuran kecil, sehingga harganya sama saja dengan membeli 2 potong roti di sana yang aku tak mengerti mengapa bisa lebih mahal dari daging.
Ia makan dengan begitu lahap dan kulihat dia juga meneteskan air mata di ujung matanya, yang mana itu membuatku berpikir bahwa anak ini memang benar-benar belum makan sejak lama.
"Kau sepertinya sangat menikmatinya," ucapku setelah pemuda itu selesai menghabiskan makanannya.
Pemuda itu mengangguk dengan pelan, lalu meminum air putih yang sedari tadi belum ia sentuh.
"Terima kasih," ucapnya dengan sepenuh hati.
"Sama-sama ... Well, sekarang bagian pentingnya ... Kau sedang dikejar oleh tiga orang bapak-bapak yang larinya lambat seperti siput kan?" Tanyaku untuk memastikan terlebih dahulu mengenai hal penting ini.
Ia langsung berdiri dari tempatnya duduk, dan hendak berlari melarikan diri, tapi karena refleksku bagus, aku sempat menangkap pergelangan tangannya sehingga bisa menahannya pergi.
"Duduk kembali!" Seruku padanya yang sekarang mulai tampak lagi raut ketakutannya.
Karena tak bisa berkutik lagi, akhirnya ia menuruti perkataanku, lalu duduk kembali ke tempat duduknya tadi dengan tanganku yang tidak melepaskan pergelangan tangannya karena aku tahu dia pasti akan berusaha kabur lagi.
Pemuda ini tertunduk lesu di hadapanku. Melihatnya seperti itu membuatku semakin penasaran padanya.
"Jawab ini! Kenapa kau dikejar oleh mereka?" tanyaku dengan sangat serius dan sungguh-sungguh.
Awalnya dia terdiam, benar-benar menutup mulutnya rapat-rapat dengan kepala tertunduk sehingga rambutnya yang panjang dan acak-acakan itu menutupi wajahnya.
"Apakah jika aku berbicara akan mengubah keadaan?" tanyanya dengan lirih di balik rambut yang menutupi wajahnya itu.
"Well, bisa iya, bisa tidak ... tapi, setidaknya kau memiliki peluang untuk mengubah keadaan," jawabku dengan nada suara yang kubuat terdengar sebijaksana mungkin agar terkesan keren di mata pembaca.
"Tuan, Saya sangat berharap Anda tidak akan menyerahkan Saya pada mereka," katanya dengan penuh harap dan aku masih menunggu penjelasannya.
"Mereka mengejar Saya karena ... Tentu saja karena uang ... Saya hanya anak yatim piatu miskin yang hidup di jalanan ... Suatu saat bos mereka yang pendek dan gendut itu memungut Saya dan membuat Saya bekerja menjadi tukang kebun di sebuah rumah orang kaya, dari sana dia mendapat uang, dari menjual Saya pada orang kaya itu ... Awalnya semua baik-baik saja, hingga setelah satu minggu bekerja di sana, mereka mulai menyiksa dan memperlakukan Saya secara tidak manusiawi, menjadikan Saya sebagai objek pelampiasan orang kaya itu, Karena tidak tahan Saya pun kabur dari rumah itu, tapi siapa sangka ternyata orang kaya itu memang menginginkan Saya sehingga sampai sekarang pun orang kaya itu masih mengejar Saya melalui mereka bertiga ..." tutur pemuda itu.
Ia menceritakan semuanya dengan detail mengenai bagaimana mereka menyiksanya, memukul dan menendang sudah menjadi hal biasa, yang lebih buruk dari penyiksaan itu adalah tuannya itu pernah melampiaskan hawa nafsunya pada pemuda ini. Memang tak manusiawi manusia-manusia itu.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar penuturannya itu membuatku berpikir bahwa pantas saja dia tampak sangat ketakutan dan pandangannya terlihat seperti sudah tidak memiliki harapan.
"Seperti itu yang bisa saya katakan, Tuan, Saya harap Anda bisa berpikir dengan jernih dan membiarkan Saya pergi," pinta pemuda itu dengan wajah yang memelas yang sungguh membuat siapapun yang melihatnya enggan untuk mengabaikan permintaan tolongnya.
Aku terdiam memikirkan hal terbaik yang bisa ku lakukan demi keuntungan bersama.
"Siapa namamu?" tanyaku pada akhirnya.
"Nama Saya Faydor Frederick Gauthier, Tuan," jawab pemuda yang ternyata bernama Faydor itu.
"Hm ... kalau begitu aku akan memanggilmu Faydor ... " kataku menyimpulkan.
"Well, baiklah Faydor, namaku Inglebert Ivory Harald, orang-orang memanggilku Ebert," aku pun memperkenalkan diri padanya.
Faydor hanya mengangguk sembari menadangiku, seakan ia menunggu aku memutuskan nasibnya.
"Well, Faydor ... Setelah mendengar apa yang terjadi padamu, aku memutuskan untuk tetap membawamu kepada ketiga orang itu," ucapku pada akhirnya memutuskan.
Faydor tampak terkejut bukan main mendengar keputusanku itu. Kemudian wajahnya berubah menjadi merah padam, seakan ia sangat marah sekali dengan apa yang keluar dari mulutku ini.
"Tuan! Kau benar-benar tidak berperasaan! Bahkan setelah Kau mendengar cerita piluku, kau masih saja memutuskan untuk membawaku pada mereka ... Ternyata benar, tak ada orang baik di dunia ini, semua orang jahat! Semua orang hanya peduli pada uang, uang, dan uang, tak ada yang peduli pada -"
"Yaa ... Kau benar sekali, semua orang peduli pada uang, SEMUA ORANG AKAN MELAKUKAN APAPUN DEMI MENDAPATKANNYA!" pada kalimat terakhir aku benar-benar merasa emosi karena entah mengapa masalah uang ini malah mengingatkanku pada wanita ja**ng yang sudah membawa kabur 5,9 juta Hapiah milikku.
Pemuda itu terdiam karena sepertinya ia juga menyadarinya dan terpentok oleh realita.
"Well, aku juga begitu, aku akan melakukan apapun demi uang karena aku adalah ... Si serabutan yang akan melakukan segala pekerjaan asalkan dibayar ... Mereka sudah membayarku dan aku juga sudah menerima uang mukanya, jadi aku harus menunaikan tugasku sampai selesai! Aku seorang profesional, Aku tak bisa ingkar janji," Tegasku.
Pemuda itu makin tertunduk mendengar ketegasanku saat kukatakan hal itu. Pergelangan tangannya masih tidak kulepas dari genggamanku, jadi semua yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah.
Lalu aku menghentakkan tangannya untuk menekannya berbicara sehingga dengan refleks dia langsung menoleh lagi padaku.
"Tuan, mereka itu sindikat jual-beli budak! Setelah mendengar apa yang terjadi padaku, kau bahkan tidak mempertimbangkannya! Kau sungguh kejam!" Faydor tampak emosi mengatakan itu, ia membentakku dengan suara yang tinggi.
Aku tersenyum miring mendengar bagaimana ia memakiku.
Setelah ia selesai memakiku, aku pun melanjutkan perkakataanku. "Aku Si Serabutan yang akan melakukan semua pekerjaan asalkan dibayar ... Ya, hanya itu."
"Ya, Aku tahu, kau sudah mengatakannya!" Bentaknya.
"Coba kau berpikir dengan jernih sebelum berkata," Aku mendesaknya sembari memasang senyum licik di wajahku.
Ia diam cukup lama sembari mendelik padaku, menatap dengan sinis, lalu berkata lagi. "Baiklah, aku mengerti ..."
Aku tersenyum sumringah setelah mendengar bagaimana wajahnya menjadi penuh keberanian.
"Tuan Ebert! Aku ingin menyewa jasamu!" Tegasnya dengan raut wajah yang sekarang tampak tegas dan penuh tekad.
"Hahahahaha, itulah yang ingin kudengar! Baiklah, baiklah, aku akan bekerja untukmu! Beruntung sekali aku bisa mendapat pekerjaan lagi di kota besar ini, hahahaha," Aku tertawa sangat keras sekali mendengar apa yang dikatakannya. Itu sungguh merasa sangat senang dengan bagaimana dia bisa mengerti dengan maksudku.
Kerasnya tertawaku membuat semua orang yang berada di dalam rumah makan itu sontak menoleh padaku, si sumber kebisingan.
"Baiklah, aku ingin dengar apa pekerjaan yang kau ingin aku lakukan untukmu, Tuan Faydor," ucapku setelah aku puas tertawa.
"Aku ingin kau bebaskan aku dari semua ini!" Tegasnya dengan sepenuh hati dan kedua matanya yang menajam.
"Hehehehe, baiklah, kau akan mendapatkannya! Aku tidak akan membuat pelangganku kecewa dengan pelayananku!" jawabku dengan riang gembira.
Ia menatapku yang sangat senang dengan tajam, seakan sedang memastikan apakah aku serius ataukah tidak.
"Tenang, tenang kau bisa percayakan semuanya padaku," kataku menyakinkan yang tampak mencurigaiku itu.
"Hah~ Baiklah, kalau begitu, sekarang apa yang akan Kau lakukan, Tuan Ebert?" tanyanya.
Aku tersenyum licik padanya, lalu berkata. "Hehehe, mari kita bicarakan ... "
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Imamah Nur
Pakai taktik dong
2023-08-03
1
Imamah Nur
Awas tertipu 🙈
2023-08-03
1
Pink Blossom
ah ebert,, kau mmthkn hti q,, tk kirain akn mnylmtkn bocah ini dg ikhlas krna kisah pilu'y dn jg mngingtknmu pd saat msh kcil dlu🤧🤧
2023-05-30
1