"Di ... Dia sudah datang!" ujar Faydor dengan wajah yang seketika berubah menjadi pucat karena saking takutnya dengan pria paruh baya itu.
Ketiga orang yang tadi membawanya pun berdiri dengan tegak, lalu menyambut dengan penuh rasa hormat pada lelaki paruh baya itu.
"Selamat malam, Tuan Gregory Peneltyan," sambut semua orang, terkecuali Faydor yang kini perasaan takut itu muncul kembali.
Pria tua itu mengangguk pelan, lalu pandangannya tertuju pada Faydor yang duduk dengan diikat oleh tali yang begitu kencang. Setelah memandang cukup lama ia kemudian menyeringai dan berjalan dengan sedikit berlari menghampiri Faydor yang wajahnya sudah pucat dan berkeringat dingin.
"Bagus, kalian tidak menyentuhnya, hahaha," ujarnya sembari memegang pipi pemuda itu dan memiringkan kepalanya ke kanan dan kirinya.
"Hahaha, semua sesuai dengan keinginan Anda, Tuan," ucap si pendek itu.
"Hm ... Tapi sayang sekali dia kotor, harusnya kalian membuatnya mandi terlebih dahulu agar pemuda ini sempurna ..." komentar Gregory. "Well, tapi tak apa, kotor sedikit seperti ini masih bisa terlihat kulit putihnya terluka," sambungnya setelah ia berpikir lagi.
"Hahhaha, Tadi tidak sempat Tuan, dia baru saja tertangkap, jadi tidak sempat bagi kami untuk menyuruhnya mandi," si pendek itu mengelak dengan lancarnya.
"Hm, tidakkah Kau ingin mengatakan sesuatu, anak muda?" ucap Gregory dengan aura yang dipenuhi dengan intimidasi.
Tapi Faydor tidak bergeming, ia mengatupkan bibirnya, enggan untuk mengatakan sesuatu pada pria paruh baya itu meski sebenarnya ia sangat ketakutan melihatnya.
"Hoo tak mau bicara, hm? Baiklah, baiklah tak apa," ucapnya.
Ia lalu menoleh pada si pendek itu dan menyuruhnya keluar bersama dengan anak buahnya. Si pendek itu mengiyakan dan akhirnya mereka bertiga pun keluar dari gudang itu sehingga meninggalkan Gregory dan Faydor seorang diri.
Setelah itu Gregory melepaskan mantel dan blazernya, lalu menggulung lengan bajunya sampai siku. Kemudian ia menghampiri Faydor yang tengah terikat di kursi itu, lalu dengan tangan kosong merobek pakaian yang dikenakannya sehingga tampaklah tubuh kurus Faydor yang sangat putih itu dengan beberapa bekas luka yang timbul akibat dari penyiksaan orang tua itu selama ia bekerja di rumahnya.
"Tu ... Tuan, apa yang akan Anda lakukan?" tanya Faydor dengan suara yang gemetaran saat ia melihat Gregory menggenggam tongkat mewah miliknya. Tongkat yang mengingatkannya pada kenangan buruk saat ia masih bekerja padanya.
Gregory tidak menjawabnya, melainkan ia hanya menyeringai ngeri padanya sembari menepuk-nepukkan tongkat itu pada telapak tangannya.
Tentu Faydor sangat tahu apa yang akan dilakukan oleh orang tua ini, karena meski orang tua itu tidak menyahut, tapi seringainya itu menjawab semuanya.
Tubuhnya gemetaran, keringat mulai bercucuran di sekujur tubuhnya, pokonya ia sudah merasa sangat tidak enak dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pria itu menepuk pipi Faydor menggunakan tongkat di tangannya itu sembari menyeringai. "Berani sekali kau kabur dari tempat yang sangat nyaman itu, kau tidak akan pernah merasakan kemewahan seperti itu dimana pun!" ucapnya dengan angkuhnya.
Tapi Faydor tak bersuara lagi, jantungnya berdebar dengan sangat cepat melihat pemanasan yang dilakukan oleh tua ba**ka ini. Orang tua itu biasanya sebelum menyiksa akan mengoceh tentang sesuatu dan membuat Faydor kehilangan nyali sehingga ketika pemuda ini melihatnya seperti itu, maka tak lama lagi orang itu akan menyiksanya dengan brutal.
"Baiklah, aku siap, aku siap jika harus mati saat ini di tempat ini ... setidaknya jika aku mati aku tidak perlu lagi mengalami penderitaan," pikir Faydor yang sudah pasrah.
"Ebert ... Pria aneh itu benaran akan menolongku atau tidak sih! Jika sampai aku mati karena ini, aku bersumpah akan menghantuinya seumur hidupnya karena dia sudah memberikan harapan palsu padaku!" Faydor terus mengutuk Ebert yang sampai saat ini tidak menampakkan batang hidungnya.
Giginya gemeretakkan karena saking kesalnya memikirkan Ebert yang sampai sekarang belum muncul itu. Namun reaksinya itu disadari oleh Gregory, ia mengira bahwa ekspresi itu ditujukkan untuknya sehingga membuatnya semakin bersemangat.
"Hoo, aku sangat suka dengan reaksi itu ... Well, ini sangat menyenangkan karena aku akan bersenang-senang di tempat yang berbeda ..." ucap Gregory sembari menepuk rusuk Faydor yang masih terdapat bekas luka.
"Ah, bekas luka ini hampir sembuh ... sepertinya kau harus mendapatkan yang baru ..." sambungnya sembari menekan luka yang hampir sembuh itu dengan tongkatnya.
"EEERRGGGHH ..." Faydor hanya meringis kesakitan karena tekanan itu.
"Ah~ sudah lama sekali aku tidak mendengar rintihanmu, bocah?" komentar Gregori dengan seringainya yang belum pudar dari wajahnya yang tampak sadis itu.
"Tuan, Tuan, Saya mohon jangan pukul Saya Tuan, Saya Mohon ..." Faydor memohon dengan sangat pada Gregory.
"Memohonlah lebih kuat lagi, bocah! Hehhehe," sambil menyeringai Ia mengangkat tongkatnya itu tinggi-tinggi, lalu ...
DUAGH!
Ia mendaratkan pukulan pertama menggunakan tongkat mahalnya itu pada rusuk Faydor yang hampir sembuh itu.
"AAAARRGGGHHH ... !!!" Faydor pun berteriak sekencang-kecangnya setelah ia mendapat pukulan yang begitu keras dari tua ba**ka yang tampak menikmatinya itu.
***
Sementara itu di luar.
"AAAARRRGGGHHH ..." Suara teriakkan Faydor yang begitu keras itu terdengar sampai ke luar gudang itu.
Suara teriakkan Faydor itu membuat semua orang yang berjaga di luar itu merasa merinding. Mereka tidak bisa membayangkan sebrutal apa orang tua itu memukul pemuda lemah itu dan bagaimana sakitnya ia saat ini.
"Hih, orang tua itu sepertinya sudah mulai bersenang-seanang ..." komentar salah seorang anak buah si pendek.
"Aku turut kasihan pada bocah itu ... Dia pasti sangat kesakitan ... Well, tapi itu salahnya sendiri, mengapa dia bisa membuat pria tua itu menyukainya, hahaha," timpal anak buah yang satunya.
"Hahahaha, aku tidak peduli, yang penting setelah ini kita akan mendapat uang yang sangat besar ... Meski anak itu sangat kesakitan, tapi dia sangat berguna bagi kita, hahaha," si pendek itu tertawa tanpa merasa bersalah sedikitpun dan bahkan nada bicara seakan ia merendahkan bocah malang yang sedang disiksa di dalam itu.
SREK
SREK
SREK
Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat pada ketiga gerombolan itu. Ia berjalan dengan menyeret kakinya di tanah sehingga langkahnya terdengar seperti sedang menyeret sesuatu.
Sontak saja semua mata tertuju pada seorang pria yang perlahan sedang mendekat ke arah mereka bertiga. Mereka melihat sesuatu yang luar biasa menyeramkan dari pria itu. Dia hanya berjalan, tapi tiap langkahnya itu membuat seluruh tubuhnya memancarkan aura mengerikan yang membuat siapapun yang melihatnya menjadi merinding.
Dan mereka sungguh tahu siapa pria yang datang mendekat itu.
"O ... oh ternyata Tuan Ebert, sedang apa kau disini? Apakah kau ada urusan lagi denganku?" tanyanya setelah pria itu sudah berhenti melangkah dan tengah berdiri di hadapan mereka bertiga dengan reaksi wajah yang begitu datar dan aura membunuh padanya begitu pekat mengelilingi dirinya.
"Tuan Ebert?" si pendek itu memanggilnya lagi untuk menyadarkan pria yang tampak dingin itu.
Tapi Ebert tidak menanggapi panggilan itu, ia menatap ketiga orang itu satu persatu, lalu berkata. "Biadab!"
SUT!
BUAK!
BAK!
BUAGH!
Dengan kecepatan yang sangat cepat selayaknya angin, dan tanpa bersuara, Inglebert Ivory Harald menghajar habis ketiga orang itu sampai mereka tidak sadarkan diri dan wajahnya sudah tidak berbentuk lagi.
"Sampah sudah dibereskan," gumamnya.
"AAAARRGGGHH ...!!!" terdengar Faydor berteriak lagi dari dalam gudang itu.
Pandangannya langsung tertuju pada gudang yang berada di belakangnya. "Tinggal satu lagi," ujarnya dengan nada yang dingin.
Ia lalu berlari dengan sangat cepat menuju ke pintu dan ...
BRAK!
Dengan mudahnya Ebert mendobrak pintu gudang yang sangat besar dan berat itu.
Seketika kedua orang yang berada di dalam gudang itu menoleh padanya.
"Siapa kau?" tanya Gregory heran dengan pria asing yang tiba-tiba saja merusak pintu gudang itu.
"E ... Ebert ..." ucap Faydor dalam hati karena ia dalam keadaan tidak bisa berbicara.
Ketika pintu itu telah rusak, maka tampaklah semua apa yang ada di dalam gudang itu. Kedua pandangannya menjadi liar saat ia melihat Faydor terikat di kursi dengan sebuah tali melingkar erat di leher pemuda itu sehingga membuatnya terlihat sangat kesusahan untuk bernapas dan wajahnya beserta lehernya juga memerah karena sesak.
Tangan pria tua itu tampak tengah menarik kencang tali itu sehingga tampaklah sebuah adegan seorang pria tua tengah mencekik leher seorang pemuda yang terikat di sebuah kursi menggunakan seutas tali.
Pemandangan itu sungguhlah membuat si serabutan itu tampak sangat murka, dengan sangat cepat ia berlari menuju Gregory, menarik pria tua itu, lalu melemparnya ke atas tanah. Tak cukup sampai disana, Ebert lalu mendudukinya dan lanjut menghajarnya dengan sangat brutal, tapi tidak sampai membuatnya tidak sadarkan diri.
"Beruntunglah karena kau orang kaya, sehingga aku tidak akan menghajarmu dengan brutal seperti orang-orang di luar itu!" ucap Ebert sambil menatap dingin si ba****an itu.
"A ... Apa!" ucap Gregory dengan lirih karena ia sudah sangat kesakitan.
Ebert sengaja tidak menghajarnya seperti orang-orang tadi karena mengingat pria tua itu adalah seorang bangsawan, jadi jika ia melampaui batas, maka takutnya di masa depan akan ada masalah menimpa dirinya.
Setelah di rasa orang tua itu tidak berdaya, ia lalu menyeretnya ke luar dari gudang dan mengumpulkannya bersama dengan ketiga orang yang sudah tak sadarkan diri itu.
"Bergabunglah kau bersama baj***an-baj***an itu!" ucap Ebert sembari melempar orang tua itu ke dekat.
Tak lama, ada 2 kereta kuda milik polisi yang datang ke gudang itu. Mereka datang karena sebelum Ebert datang ke sana, ia mendatangi pos polisi dan menceritakan semuanya pada mereka.
Ada 4 polisi yang turun, mereka tampak terkejut melihat 4 orang pria yang sudah babak belur berkumpul dalam satu tempat.
"Selamat malam, Tuan," salah seorang polisi memberikan salam pada Ebert.
"Selamat malam! Pak tolong segera bawa sampah ini dan jebloskan mereka ke penjara, Saya sudah muak melihat wajah mereka!" ucap Ebert tanpa basa-basi.
"Baik, pertama kami ingin mengkonfirmasikan bahwa beberapa personil kami sedang menuju ke tempat penampungan dimana orang-orang yang akan orang-orang jual ini berada, sesuai dengan apa yang Anda tunjukkan ... kami akan mencari kebenarannya dan akan segera menghukum mereka semua jika semua itu terbukti serta benar adanya," tutur polisi itu.
"Ya, lakukan lah tugas kalian! Yang jelas hukum mereka dengan seadil-adilnya ... Jika Saya tahu mereka hanya mendapat hukuman ringan, Saya tidak tidak segan-segan mendatangi The Great Four Majesty secara langsung dan mengadukan pada mereka bagaimana tidak adilnya hukum berjalan di kota ini!" Ebert mengancam polisi tersebut dengan berapi-api karena saking marahnya dengan apa yang keempat orang itu lakukan.
"Ya, Tuan, kami mengerti!" ucap polisi itu.
"Oh, dan satu lagi, di dalam gudang itu ada seorang pemuda yang baru saja disiksa oleh tua ba**ka itu, dia adalah salah satu orang yang mereka jual, dia yang memberitahu Saya semua kebobrokan mereka semua, jadi itu bisa membuktikan bahwa Saya tidak mengada-ngada," tutur Ebert sembari menunjuk gudang yang pintunya sudah rusak karenanya itu.
"Obati lukanya, dia sangat terluka disana!" serunya.
Setelah menyelesaikan segalanya, Ebert pun pergi meninggalkan tempat itu tanpa menemui Faydor terlebih dahulu.
Ia berencana untuk menginap di penginapan Forbelian, tempat dimana dulu ia menginap saat mendapat pekerjaan dari Gremlyn menggunakan uang yang ia dapat dari si pendek itu.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Imamah Nur
Ini pasti Ebert yang menyamar
2023-08-03
1
Imamah Nur
Pria gila, kelainan ini 😕
2023-08-03
1
Imamah Nur
Aku mendukungmu, hantui saja dia biar semakin tidak tenang🤭
2023-08-03
1