"Well, kalau begitu kita sepakat kalau Anda akan membawa pulang putra Saya dan Saya akan membayar 6 juta pada Anda jika Anda berhasil membawanya kembali pulang dengan selamat," Gremlyn menyimpulkan dengan raut wajah yang tampak senang sembari mengulurkan tangan.
"Hehehe, tentu saja sepakat!" jawabku yang juga semangat sembari menerima jabat tangan Gremlyn.
Kami pun berjabat tangan sebagai tanda bahwa kami sudah sepakat.
Aku sangat gembira, aku hanya tinggal membawa anak orang ini pulang dan aku juga akan pulang dengan uang yang banyak. Saat ini yang kupikirkan tentang anak dari pria ini adalah dia hanyalah seorang bocah kecil yang tak ingin pulang ke rumah karena sedang bermarahan dengan orang tuanya. Aku berpikir seperti itu karena kulihat Gremlyn juga tampak tidak terlaku tua sehingga aku kira umur anaknya hanya sekitaran 10 tahunan saja.
Ya, itu yang ingin kupercaya, tapi melihat besarnya jumlah uang yang ia keluarkan demi anaknya itu, aku jadi berpikir bahwa pekerjaan ini tidak akan mudah seperti yang dibayangkan. Oleh karena itu aku harus berhati-hati.
"Well, Tuan Harald, ini adalah potret putra Saya, namanya adalah Raphael Mcvoy, semoga saja ini bisa membantu Anda untuk mengenalinya," ucap Gremlyn sembari menyerahkan selembar kertas yang berisi potret seorang pria dewasa yang memang agak mirip dengannya.
Kuperhatikan gambar itu sejenak untuk mengamati orang yang diincar itu.
Pria ini memiliki wajah yang sama seperti ayahnya, bermata coklat, ia memiliki potongan rambut yang agak panjang, tapi masih tetap terlihat elegan, yang jelas aura orang kayanya begitu terlihat meski hanya sebatas gambar saja.
"Wah, Tuan, Saya tidak mengira bahwa putra Anda sudah sebesar ini, tadinya Saya pikir dia berusia 10 tahunan karena melihat Anda begitu masih terlihat muda," komentarku yang sejujurnya memang tidak mengira bahwa putranya ini memang sudah besar.
"Hahaha, Anda terlalu menyanjung, Tuan, Saya tidak semuda itu ..." timpal Gremlyn yang tampaknya senang dengan sanjunganku yang sebenarnya aku tidak bermaksud demikian.
"Hahaha, tapi itu lah kenyataannya, benarkan Tristan?" Ujarku yang mencari pembelaan dari teman seperjalananku itu.
Tristan hanya mengangguk, setuju dengan apa yang kuucapkan.
"Hahaha, baiklah, kembali ke topik tadi, mengenai putra Saya ... Dia pergi dari rumah sudah hampir satu bulan dan sampai sekarang ia tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi di rumah ... Sekedar informasi, sebenarnya memang sebelum dia pergi kami sempat adu mulut dan akhirnya ia marah, lalu meninggalkan rumah ..." tutur Gremlyn yang sekarang raut wajahnya tampak sedih.
"Yap, ternyata memang seperti yang kupikirkan," pikirku.
"... Awalnya Saya benar-benar tidak tahu apakah dia hanya kabur dari rumah saja atau dia diculik ... Tapi setelah beberapa lama kemudian aku mendapat berita dari seseorang bahwa dia -" Gremlyn tidak melanjutkan perkataannya, ia tampaknya ragu untuk mengatakan kelanjutannya.
"Tak apa Tuan, katakan saja ... Bukannya tadi kami sudah berjanji pada Anda untuk menutup mulut mengenai masalah Anda ini?" Aku pun berusaha meyakinkan pria kaya ini.
Gremlyn mengangguk, lalu melanjutkan perkataannya. "Ini sebenarnya sangat memalukan, bahkan akan menjadi sebuah skandal jika sampai orang-orang mengetahui apa yang dilakukan putra dari seorang Mcvoy, karena itu lah Saya menyewa jasa Anda, agar tak ada yang tahu mengenai hal ini ... ."
Aku hanya mengangkat alis, mengerti dengan alasannya menyewaku untuk membawa putranya itu. Aku tidak terkenal dan mana mungkin ada yang mengira kalau aku sedang bekerja untuk orang kaya ini.
"... Ekhm ... Dia sering terlihat masuk ke dalam sebuah rumah bordil, dan tentu saja Saya tidak bisa mendatanginya kesana ... Em ... karena Anda tahu, jika ada orang yang melihat Saya masuk ke tempat seperti itu, maka -"
"Ya, ya, Saya mengerti," selaku yang entah mengapa agak tidak suka dengan pria ini yang begitu mempermasalahkan apa kata orang.
"Baiklah ... Well, Saya rasa alasan dia selalu kesana tentu saja karena seorang wanita ... Dia jatuh cinta pada seorang wanita penghibur disana, karena itulah kami beradu mulut sebelum ia pergi waktu itu," tuturnya.
"Anda tidak merestui mereka sehingga pemuda itu marah dan pergi, begitu?" Simpulku.
"Well ya, anak itu pewaris tunggal perusahaan Saya, saya tidak bisa membiarkannya berhubungan dengan wanita tidak jelas sepertinya," timpalnya.
"Apakah tidak bisa Anda merestui saja mereka? Dan membuka sedikit saja perasaan Anda untuk melihat bagaimana wanita itu," tanyaku untuk memastikan.
"Tidak! Saya tidak ingin reputasi keluarga Saya tercoreng hanya karena seorang wanita saja!" tegasnya yang terdengar agak emosi mengatakannya.
Aku hanya diam sembari memandang datar pria itu. Tadinya aku merasa dia berbeda dengan orang kaya kebanyakan, tapi setelah kutahu itu, pandanganku menjadi lain.
"Well, harta dan wanita, sungguh sesuatu yang sangat sulit bagi seorang pria, jika dia tidak bisa mendapatkan keduanya, ia harus memilih salah satunya ..." Ucapku pada akhirnya.
"Tapi dia juga akan dapat wanita jika dia memiliki harta, Tuan," timpalnya dengan sangat percaya diri.
"Tapi dia tidak mendapatkan wanita yang dicintainya," balasku dengan senyum sinis menghiasi wajahku yang sudah sangat berminyak dan berdebu ini.
Pria itu terdiam mendengar perkataanku yang sepertinya sudah tidak bisa ditimpalinya lagi karena itu adalah kenyataan.
"Tuan, Saya sangat menyayangi putra semata wayang saya itu, saya hanya ingin yang terbaik untuknya ... dia memang mencintai wanita itu, tapi insting kebapakan Saya mengatakan bahwa wanita itu tidaklah baik, Saya merasa dia hanya mengincar harta saja sehingga dia mendekati Raphael dan membuatnya tergila-gila padanya," elaknya yang sepertinya masih tidak mau kalah dengan argumennya.
"Well, itu terserah Anda, saya tidak akan mencampuri masalah keluarga Anda, saya kesini karena Anda akan menyewa jasa saya ... Jadi saya hanya akan melakukan apa yang Anda tugaskan pada Saya," timpalku yang sudah tak mau memperpanjang pembicaraan mendalam itu.
Pria itu tertunduk sejenak, lalu mengangkat kembali wajahnya. "Baiklah, tugas Anda hanya membawa anak itu pulang dengan selamat dan Anda bisa mencarinya di rumah bordil Bunga Dahlia, Saya yakin dia masih disana," ucapnya yang akhirnya kembali pada topik pembicaraan awal kami.
Gremlyn lalu berdiri dari tempatnya duduk, lalu memandangi aku dan Tristan satu persatu.
"Anda bisa memulai usaha Anda besok, Saya lihat kalian sangat kelelahan setelah berjalan berkilo-kilo meter jauhnya untuk sampai ke sini ... pergunakanlah kamar ini untuk beristirahat," ucapnya yang setelah itu tersenyum ramah, lalu beranjak menuju pintu.
Namun sebelum membuka pintu, ia berhenti, kemudian berbalik lagi pada kami. "Oh, jika ada apa-apa Anda bisa datang ke rumah Saya di Rosswald, memang cukup jauh tapi masih bisa dijangkau meski hanya dengan berjalan kaki, jika kalian kesulitan mencari rumah Saya, kalian bisa menanyakannya pada siapapun karena Saya yakin mereka mengetahuinya ... Lalu ketika sampai di depan gerbang kalian katakan saja pada penjaga rumah bahwa kalian adalah tamu Saya," tutur Gremlyn sebelum akhirnya ia membuka pintu dan benar-benar hilang dari pandangan.
Sekarang tinggallah aku dan Tristan di ruangan ini. Kami diam dengan canggung setelah pelangganku itu pergi.
"Kau mandi lah terlebih dahulu, aku sedang malas bergerak sekarang," ujarku yang sudah merasa gerak-gerik teman seperjalananku itu tampak ragu untuk mengatakan sesuatu.
"Baiklah," jawabnya yang tanpa basa-basi lagi langsung berlari menuju kamar mandi.
Setelah orang itu pergi, aku pun dengan malas berjalan ke sofa yang tampak sangat nyaman itu, lalu merebahkan diri di sana.
Sambil tiduran, aku berpikir keras mengenai tugas baruku ini.
"Pekerjaan ini berhubungan dengan perasaan, percintaan seorang pemuda kaya dengan gadis pujaannya dan ayah si pemuda yang kaya itu tidak merestui hubungan mereka ... Ck, Klise sekali ... Pasti akan sangat merepotkan," gumamku sembari memandangi langit-langit ruangan.
Aku memikirkan pekerjaan dari Tuan Gremlyn ini sepertinya akan sungguh sangat merepotkan. Namun pekerjaan yang merepotkan tapi upahnya sangat besar, jadi aku tidak bisa menolaknya.
Aku termenung cukup lama, hingga tiba-tiba terlintas di pikiranku mengenai sesuatu hal yang paling menyebalkan.
"CIH! AKU MASIH LAJANG!" Teriakku dalam hati. Meski tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang kuhadapi, tapi mengingat itu malah membuatku kesal saja.
"Hah~ kapan si Author si**an itu mempertemukanku dengan jodohku?" Keluhku pada penulis cerita ini.
Bersambung ...
...----------------...
Author : Hahahaha Jomblo!
Ebert : Diam kau!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Radiculous😸😸
Authornya nyebelin juga ya🤣🤣
2023-10-28
1
Radiculous😸😸
Bener ngerepotin banget
2023-10-28
1
Radiculous😸😸
Ya udah terasa mau patah tu kaki kayaknya😂
2023-10-28
1