Beberapa saat kemudian aku sudah sampai di depan pintu sebuah ruangan. Pelayan yang tadi mengantarku meninggalkan aku sendiri disini. Ia bilang aku hanya tinggal masuk dan menikmati waktuku di dalam sana bersama wanita yang bernama Jasmine yang sudah menungguku di balik pintu ini.
Sebelum ku sentuh gagang pintu di hadapanku itu, aku menengok ke kanan dan kiriku. Aku benar-benar berharap bisa menemukan salah satu dari orang yang aku cari disini, Tristan atau Raphael agar aku tidak perlu masuk ke dalam ruangan yang menurutku sangat menyeramkan dan akan mendatangkan salah di masa depan ini.
"Keh! Si*l! Disini aku juga tidak menemukan mereka!" pikirku yang sudah putus asa untuk secara kebetulan bisa menemukan kedua orang itu.
Aku sekarang berada di lantai 3 gedung ini. Kulihat sekelilingku hanyalah jejeran pintu-pintu yang tertutup rapat seperti di penginapan. Melihat itu aku jadi berpikir, mungkinkah kedua orang itu berada di balik salah satu dari pintu-pintu ini. Sebenarnya aku ingin mendobrak satu-persatu pintu yang tertutup itu untuk menemukan mereka agar pekerjaanku cepat selesai, tapi aku harus bersabar karena aku tidak mau menarik perhatian.
"Ah, dan lagi akan sangat canggung jika saat kudobrak pintunya ternyata di dalamnya terdapat pasangan yang sedang ... Ah sudah lah," pikirku yang lalu berbalik kembali menghadap pintu ruangan yang sudah aku 'pesan' itu dan bersiap untuk masuk ke dalamnya.
"Hah~ tak ada pilihan lain ..." Gumamku dengan wajah yang tertunduk. "Semoga saja, tak terjadi apa-apa," lanjutku.
KRIET ...
Kubuka pintu itu secara perlahan agar tidak mengejutkan orang yang sudah menungguku di dalamnya.
SET!
Aku langsung berdiri dengan tegak saat aku melihat pemandangan indah di depan mataku. Mataku kembali tercerahkan setelah ku lihat wanita yang bernama Jasmine ini tampak lebih cantik dan menggoda setelah beberapa saat yang lalu ia terpisah denganku.
"Ka ... Kau ..." Aku sungguh dibuat gugup dengan kecantikannya.
Aku langsung menutup kembali pintu ruangan itu dan memasukan diriku sepenuhnya ke dalam ruangan.
"Selamat datang, Tuan ..." Sambut wanita itu dengan wajah berseri, serta sosoknya yang begitu anggun dengan pakaian yang sedikit terbuka dan longgar menambah kesan sensual padanya.
Aku hanya berdiri mematung tak bergerak di depan pintu karena saking gugupnya dengan godaan di depanku ini.
Karena melihatku tidak bergeming, wanita itu berjalan menghampiriku. Kedua tangannya lalu melingkar di leherku setelah ia sudah berdiri tepat di hadapanku, dan kemudian ia mendekatkan bibirnya di telingaku sembari berbisik dengan suara yang menggoda.
"Tuan, sebelum kita mulai, bisakah kita bicarakan biaya yang akan Anda keluarkan untuk Saya?" Tanyanya.
"Si ... Si*l! Pikiranku jadi kacau gara-gara wanita penggoda ini! ... Em ... Tapi ... dia sungguh sangat wangi dan itu semakin menggodaku," pikirku yang sungguh sangat kacau saat ini karena godaan wanita ini.
Aku menatap balik wanita itu dan menatapnya dengan tajam sebelum menjawab apa yang ia tanyakan. "Baiklah, kalau begitu aku ingin tahu berapa uang yang biasanya pria lain berikan untukmu?" tanyaku balik.
"750 Hapiah, Tuan," jawabnya.
"APA?! 750! DENGAN UANG SEBANYAK ITU AKU BISA MEMBELI SEMUA BARANG YANG AKU INGINKAN! BAGAIMANA BISA ADA PRIA BODOH YANG MENGELUARKAN UANG SEBANYAK ITU HANYA UNTUK MENYEWA SEORANG WANITA SAJA!" Teriakku dalam hati yang begitu sangat terkejut mendengar nominal yang baru saja wanita itu katakan.
"Wah, itu terlalu mahal, apakah aku bisa mendapat diskon?" Tanyaku berusaha melakukan tawar menawar dengan wanita ini agar aku tidak perlu membuang uang terlalu banyak hanya untuk dia.
Wanita itu tersenyum dengan indah, lalu membelai bibirku dengan jari telunjuknya. "Ahahaha, Tuan, Anda adalah pria pertama yang menawar harga dengan Saya ... Tapi Tuan, wanita memerlukan sangat banyak uang agar dia bisa selalu terlihat cantik dan bertahan hidup," ucapnya, menolak secara halus permintaanku.
"Well, aku mengerti, wanita cantik sepertimu memang tak pantas jika diberi harga murah ... Baiklah, baiklah, kalau begitu bisakah kau turunkan menjadi 600 Hapiah saja?" Tanyaku yang masih belum menyerah untuk tawar menawar dengannya.
"Tuan, Anda gigih sekali ... Apakah tak terpikirkan oleh Anda bahwa mungkin saja Saya menolak, sehingga Anda harus keluar dari rumah ini, hm?" Wanita itu juga masih belum mau kalah dengan usaha tawar menawarku.
Aku lalu melingkarkan tanganku dipinggangnya dan menariknya sehingga ia lebih dekat denganku. "Bukankah saat di depan tadi kau mengatakan bahwa kau juga menyukaiku? Apakah perkataanmu itu hanya bualan saja?" Tanyaku.
Wanita itu terdiam dengan wajahnya yang kini semakin dekat denganku, saking dekatnya bahkan aku bisa melihat pantulan diriku sendiri di kedua matanya yang indah.
"Tidak Tuan, apa yang saya katakan di depan itu benar, saya juga menyukai Anda," ucapnya yang sekilas kulihat ia tersenyum licik setelahnya.
"Bagaimana jika aku balikan saja, jika kau tidak terima dengan tawaranku, apakah kau tidak pernah terpikir bahwa aku akan keluar dan juga tidak akan mungkin mau kembali lagi ke tempat ini selamanya sehingga kau tidak akan pernah mendapat kesempatan lagi untuk melayaniku?" timpalku untuk mengetesnya.
"650 Hapiah! Itu tawaran terakhir Saya, Tuan ... Em, dan satu lagi, saya hanya ingin memastikan, apakah Anda benar-benar mempunyai uang sebanyak itu?" Tanyanya yang masih meragukan sesuatu yang seharusnya tidak perlu diragukan lagi karena sebenarnya aku memang belum memiliki uang itu.
"Tentu saja aku pu- Em ..."
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tanpa basa-basi lagi wanita ini langsung menyosor bibirku.
"Hm ... Hm ..." Ia menyosor bibirku dengan agresif sehingga aku tidak diberi kesempatan untuk melepasnya dan menghentikan apa yang ia lakukan.
"Hah ... Hah ..." Aku dibuat terengah-engah olehnya, dan dengan segera mengambil napas sebanyak mungkin setelah ia membebaskan bibirku dari miliknya.
"I ... Ini ... INI ADALAH CIUMAN PERTAMAKU!" Teriakku dalam hati yang sungguh sangat terkejut dengan apa yang baru saja wanita itu perbuat padaku.
"Hah ... hah ... Tuan ... Sepertinya ... Hah ... ini adalah pertama kalinya untuk Anda ... hah ..." komentar wanita itu dengan napas yang juga terengah-engah.
"A ... Aku ... Kau ... Kita ... hah ... Belum selesai berbicara -" Sekali lagi, sebelum aku menyelesaikan kalimatku, ia hampir saja kembali menyosor bibirku, tapi untung saja aku berhasil menahannya sehingga ia tidak berhasil meraihnya lagi.
"Tuan? Kenapa? Apakah Anda tidak menyukainya?" tanyanya yang sekarang wajahnya terlihat sangat merah dengan keringat yang mulai membasahi keningnya.
"Tunggu dulu?! Mengapa dia terlihat sangat bersemangat?" Aku mulai bertanya-tanya dengan tingkahnya yang terlalu agresif.
"Bu ... Bukannya begitu, tapi ... Mengenai apa yang aku inginkan dan pembayarannya -" Belum selesai aku berkata lagi wanita ini langsung mendorongku mundur ke belakang sehingga aku pun terjatuh ke atas tempat tidur.
KRIET ...
Ia lalu duduk di atasku dan memandangku dengan tatapan penuh n**su sembari melepaskan kain yang melilit di pinggangnya.
"Bukannya Saya sudah katakan bahwa Anda bisa membayar Saya setelah Anda mendapatkan 'sesuatu' dari Saya, hm?" ucapnya sembari mencoba melepas kancing bajuku satu persatu setelah itu.
Aku yakin wajahku sungguh sangat merah saat ini memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya jika aku tetap membiarkan wanita ini bertingkah sesuka hati.
Aku dengan sigap langsung meraih pergelangan tangannya, kemudian menariknya ke sampingku, sehingga kini posisi kami menjadi terbalik. Sekarang aku yang memojokkannya di bawahku sehingga wanita ini tidak bisa melakukan apa-apa lagi karena perbedaan kekuatan kami yang begitu kentara.
"Oh, Tuan, Anda akhirnya memutuskan untuk berinisiatif terhadap Saya? Ah! Anda sungguh sangat perkasa sekali -"
"Tidak! Bukan itu! Aku bukan menginginkan ini darimu!" Tegasku yang akhirnya bisa berbicara dengan lantang pada wanita ini.
Wanita itu masih tersenyum seakan perkataanku ini tidak berarti apa-apa. "Tuan, apa maksud Anda? Bukannya yang Anda inginkan adalah menyentuh Saya? Sama seperti pria lain yang datang ke tempat seperti ini?" ucap wanita itu dengan santainya sembari memegangi pipiku dengan lembut dengan jarinya yang lentik.
"Hah~ Tidak, tidak," Aku lalu bangkit dari posisiku memalukan itu, kemudian turun dari tempat tidur dan berdiri dengan tegap sembari membenarkan pakaianku yang dibuat berantakan oleh wanita itu.
Melihatku yang menjauh darinya itu, ia langsung terduduk dengan penampilannya yang begitu acak-acakan dengan pakaian yang dikenakannya itu hampir terlepas dari tubuh putih mulusnya karena perbuatannya sendiri.
"Tuan, kenapa? Apakah Anda tidak puas dengan Saya?" Tanya wanita itu dengan tampang yang begitu bingung.
Aku kemudian menoleh padanya, kemudian menjawabnya. "Ekhm ... Maaf, sebenarnya aku kesini bukan untuk bersenang-senang, tapi aku sedang mencari seseorang."
"Ahahahaha, Well, kalau begitu ..." wanita itu kemudian duduk dengan benar sembari membenarkan pakaiannya yang sangat kacau itu walau masih tampak menggoda meski ia sudah membenarkannya.
"Jadi, Anda datang kesini untuk mencari informasi, begitu?" tanyanya untuk memastikan sembari tersenyum padaku.
"Ya, itulah yang sedari tadi ingin aku katakan padamu, tapi kau terus saja mendesakku, sehingga kau tidak memberiku kesempatan untuk berbicara," jawabku.
"Well, kalau begitu, kita akan berbicara serius tentang bisnis sekarang," ucap wanita itu yang sekarang tampak seperti seorang pebisnis dari pada sebagai wanita penghibur, seperti beberapa saat yang lalu.
"Dia sekarang berbicara seakan hal yang ia lakukan padaku sebelumnya tidak pernah terjadi! Padahal tadi hampir saja aku kehilangan kendaliku," Pikirku yang cukup terkejut dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba ini.
"Tuan, bisakah saya pastikan terlebih dahulu mengenai apa sebenarnya yang Anda inginkan dari Saya?" Tanya Jasmine.
Aku tersenyum lalu menjawab. "Informasi, tentu saja yang kuinginkan darimu adalah hal penting itu."
"Hehehe, sudah Saya duga Anda sangat menarik, Tu-an," ucap wanita itu dengan nada menggoda.
Bersambung ...
...----------------...
Author : Woi sedang apa kau ditempat seperti itu hah?! Sini balik!
(Author menjewer telinga Ebert sembari menariknya)
Ebert : AAAAWWW!!! OI INI KAN KAU YANG MENULIS CERITANYA SALAHKANLAH DIRI SENDIRI AUTHOR SI**AN!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Radiculous😸😸
Yaa setidaknya pernah nyiciplah ya 🤭🤭
2023-10-28
1
Radiculous😸😸
Ebert bukan seperti pria lain, betul kan🤭🤭
2023-10-28
1
Radiculous😸😸
Sebagai pria normal seharusnya Ebert seneng tuh🤣
2023-10-28
1