Bab 10. Jalan-Jalan Berdua

Sebelum pergi jalan-jalan dua sejoli ini pergi sarapan lebih dulu biar kenyang biar cacing-cacing di dalam perut sana tidak reseh, mengingat drama bulan madu ini harus sukses jadi akting harus bagus.

"Alea, dekat sini duduknya!" pinta Sean dengan lirikan tajam.

Aduh ini apalagi? Mau makan saja harus main drama lagi.

"Mau ngapain? Aku tahu kamu cari-cari kesempatan untuk dekat-dekat denganku kan," cibir Alea dengan senyum jail. Padahal nasi goreng berselimut telur yang ada di hadapannya sudah tidak sabar ingin di lahapnya. Tapi Sean ada-ada saja, dasar manusia rempong.

"Ambil foto, kirim ke Kakek!" kata Sean ketus.

"Nanti saja pas sedang jalan-jalan di taman bunga," tolak Alea. Malas saja saat sedang menikmati makanan sibuk berfoto.

Sean mengangguk lalu keduanya segera menghabiskan makananya karena setelah makan, mereka akan pergi ke taman bunga.

Setelah selasai makan, Sean langsung membayar semua makanan. Dan setelah itu kedua sejoli itu langsung pergi ke taman bunga, saatnya berfoto untuk menyakinkan Kakek Hutama.

Pagi yang sejuk dan cuacanya lumayan dingin, pemandangan yang begitu indah menemanin kedua sejoli ini untuk menikmati jalan-jalan mereka hari ini. Di taman bunga ini pemandangan terlihat begitu indah, hembusan angin membuat hati tenang dan nyaman. Taman ini cocok untuk para anak muda yang mau pacaran, tapi tidak cocok untuk kami yang hanya melakukan pernikahan kontrak ini.

"Aku capek..."

"Payah, baru jalan sebentar saja sudah capek. Dasar laki-laki lemah."

"Hey kau gadis kontrak, apa katamu? Aku ini lemah!"

Sean menatap Alea bersunggut-sunggut, Alea menatap Sean sengin lalu menganggukan kepalanya.

Hati Sean langsung bergejolak marah, rasanya ingin menikam Alea seperti singa yang menerkam mangsanya. Lalu melahapnya hidup-hidup, biar gadis kontrak itu tidak bicara sembarangan lagi.

"Iya kamu lemah, jalan belum ada 15 menit saja sudah mengeluh," cibir Alea.

Alea tiba-tiba menarik tangan Sean, membuat Sean semakin kesal. "Lepaskan aku bodoh!" pinta Sean ketus.

"Ayo kita ambil foto selfi, lalu mengirimnya kepada Kakek!" Alea mengarahkan ponselnya ke atas, ia bersiap untuk mengambil foto selfi dirinya berdua dengan Sean.

Sean memasang raut wajah dingin, ia sedingin es batu yang baru keluar dari kulkas. Alea mendengus kesal melihat raut wajah Sean.

"Hey kamu mau mengambil foto untuk Kakek apa mau nakut-nakutin tetangga sih? Perasaan dingin sekali seperti kulkas dua pintu saja," oceh Alea. "Hey mendekatlah!" karena Sean hanya diam dan tidak mau mendekat akhirnya Alea menarik pipi Sean hingga Sean mendekat ke dirinya.

"Senyumlah! Jangan seperti moster yang menakutkan," saat Sean tidak mau tersenyum Alea kembali menarik pipi Sean, lalu mengambil selfi dan akhirnya jadilah foto lucu seperti ini.

Biarpun Sean tampak tidak bahagia di dalam foto tapi Alea cukup bahagia, ya bahagia jailin Sean.

Visual Sean dan Alea

"Baguskan," saat melihat hasil selfinya Alea tertawa, lalu ia langsung memgirimkan foto itu ke Hutama.

"Foto macam apa ini? Kenapa hanya kamu yang tampak bagus di foto, lalu aku, kenapa aku malah seperti ini?" protes Sean panjang lebar.

"Lucukan," kata Alea dengan senyum yang cukup manis.

"Lucu darimananya? Dasar sialan," sahut Sean tapi tak di gubris oleh Alea.

Kedua sejoli yang sudah seperti tom dan jerry itu kembali melanjutkan jalan-jalan mereka, biarpun Sean masih cemberut tapi Alea tidak perduli sama sekali, lagian kalau di ladenin pasti tak akan ada habisnya.

***

Melihat kiriman foto dari Alea, Hutama begitu bahagia, ia tak henti-hentinya tersenyum. Gina mengulas senyum tidak suka, ia tahu pasti sang Papi sedang bahagia karena gadis kampung itu.

"Heran sama Papi, jelas-jelas banyak gadis berkelas. Tapi kenapa ia malah menikahkan cucunya dengan gadis miskin itu, lalu Sean, apa dia buta memilih gadis yang tidak sepadan sama sekali dengan keluarga Hutama," gumam Gina dengan suara lirih. Tapi di dengar oleh Hari yang duduk tepat di sebelahnya, Hari mengelengkan kepalanya.

"Mama, jangan bicara seperti itu! Yang penting Papi bahagia. Terus Sean juga mencintai Alea, miskin atau kaya sama saja di mata Tuhan Ma," dengan sabar Hari menasehati istrinya yang cukup sombong.

"Biarpun sama saja di mata Tuhan, tapi tetap beda di mata manusia. Malu Pa punya menantu miskin, teman-teman Mama semuanya dari kalangan sosiallita Papa," sahut Gina dengan penuh ke sombongan.

"Itu hanya status di dunia Ma, di mata Tuhan kita sama saja," tukas Hari dengan tegas. Geram sekali pada istrinya ini.

"Terserah Papalah, belain saja terus itu menantu kampungan kesayangan Papa, lagian sampai kapanpun aku tidak akan menerima dia sebagai menantuku titik tidak pakai koma!" tegas Gina dengan penuh penekanan.

Hari mengangguk tidak perduli istriku tidak menerima Alea sebagai Menantunya, yang penting anakku Sean bahagia dengan gadis pilihannya. Sean sudah punya semua, uang yang di hasilkan juga sudah cukup bahkan lebih kalau hanya untuk menghidupi satu istrinya itu, istrinya mau rebahan di rumah juga akan selalu tercukupi. Jadi bagiku tidak perlu memantu dari kalangan yang sama seperti keluarga Hutama yang penting tulus menyayangi Sean dan mencintainya.

Pemikiran Hari yang tidak lain adalah Papanya Sean, ia memang orang yang bijak jauh sekali dengan pemikiran istrinya.

***

Sean dan Alea sangat menikmati hari ini berdua, biarpun sedikit-sedikit terjadi perdebatan tapi Alea dan Sean terus jalan beriringan.

Kini keduanya berjalan-jalan di tengah-tengah taman bunga matahari, bunga-bunga warna kuning yang bermekaran itu membuat Alea begitu bahagia, jarang sekali aku jalan-jalan ke tempat seperti ini.

"Ayo ambil foto lagi!" ajak Alea, ia lebih antusias untuk mengambil foto tapi wajar saja sih soalnya wanita jadi rempong.

Sean hanya menurut, lagian foto-foto yang di ambil juga buat di kirimkan ke Kakeknya.

Tak terasa hari semakin panas, Alea dan Sean juga sama-sama sudah sama-sama lelah dan foto juga sudah di ambil dengan baik, drama hari ini akhirnya selesai. Hasil foto jepretan Alea juga langsung di kirimkan ke Kakek Hutama.

Setelah menyelesaikan drama yang melelahkan ini Sean dan Alea kembali ke penginapan untuk istirahat.

***

Setelah beberapa hari melewati bulan madu yang cukup melelahkan, akhirnya pagi ini Sean dan Alea pulang ke rumah.

Saat menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Alea memilih tidur karena sangat lelah dan mengantuk sedangkan Sean fokus menyetir.

"Enak sekali kamu bisa tidur," kata Sean pada Alea yang sedang tidur.

"Fokuslah pada jalan! Jangan kebanyakan menggerutu!" padahal Alea memejamkan matanya tapi meyahuti kata-kata Sean, aduh ternyata Alea hanya pura-pura tidur saja. Dasar Alea jail.

"Dasar gadis menyebalkan," cetus Sean ketus tapi Alea masih tetap memejamkan matanya.

Perjalanan yang cukup panjang dan sangat melelahkan, akhirnya berakhir juga Sean dan Alea akhirnya sampai di rumah juga.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!