Bab 2. Alea & Sean

Setelah beberapa jam akhirnya operasi selesai, Dokter keluar dari ruangan operasi dan Alea sudah menunggu di depan ruang operasi, Sean juga ada di situ.

Perasaan kawatir dan takut kini menyelimuti hati Alea. Saat ini ia hanya punya Ibunya, ia takut jika operasi Ibunya gagal, lalu di dunia ini aku hidup sama siapa? Aku tidak mau hidup sendirian di dunia Tuhan.

"Alea," panggil sang Dokter yang sudah tidak muda lagi, rambutnya saja sudah beruban tapi Dokter ini masih terlihat gagah dan tampan.

Debaran jantung Alea cukup kencang, ia takut, deg-degan juga iya dan berharap operasi Ibunya berhasil.

"Iya Dok," buru-buru Alea beranjak dari tempat duduknya. "Bagaimana Dok kondisi Ibuku?" Alea menatap sang Dokter penuh rasa kawatir.

"Operasinya berjalan lancar, kamu tenang ya! Nanti Ibumu akan segera di pindahkan ke ruang rawat," kata Dokter dan Alea mengangguk.

Aku bisa bernafas dengan lega, Ibuku sudah di operasi, terimakasih Tuhan engkau sudah mengirimkan dewa penolong untuk Ibuku, ya biarpun syaratnya konyol untuk di turuti. Tapi apakah benar dia dewa penolongku? Entahlah lihat saja nanti ke depannya akan seperti apa? Saat ini uang begitu penting bagiku, aku tidak peduli biarpun aku harus melakukan hal konyol di dunia ini. Termasuk mempermainkan sebuah pernikahan, sungguh aku juga tidak mau tapi ini adalah jalan satu-satunya.

"Ibumu sudah melakukan operasinya, sekarang aku mau minta imbalan yang aku katakan tadi," kata Sean, tanpa menatap Alea.

Baru merasakan nafas lega, menghirup angin dengan bebas. Tuhan cobaan apalagi ini?

"Iya aku tidak lupa," kata Alea malas.

"Malam ini kamu ikut aku temui Kakek aku!" ajak Sean, membuat kedua mata Alea membulat sempurna.

"Hey, Ibuku baru saja selesai operasi, dia masih butuh aku untuk menjaganya. Apa tidak bisa tunggu 2 hari dulu?" geram Alea, kesal melihat Sean, ingin sekali menjambak rambut cepaknya.

"Hanya sebentar, tenang saja! Ibumu nanti aku minta suster untuk menjaganya dengan baik, lagian kan cuma sebentar," kata Sean pada Alea.

Alea menghela nafas berat, percuma melawan tidak bakal menang juga dengan manusia datar sedingin es ini.

***

Mirna akhirnya di pindahkan ke ruangan rawat, Alea juga sudah berada di ruang rawat Ibunya.

Mirna adalah Ibunya Alea, ia di tinggal oleh suaminya dari Alea lahir, entah suaminya pergi kemana? Katanya sih nikah lagi sama janda kaya raya, tapi entah itu benar atau tidak? Mirna juga tidak pernah tahu kabarnya sampai sekarang.

"Alea," suara Mirna terdengar pelan, lemas sekali.

"Ibu," sahut Alea yang diiringi tetes air mata bahagia.

Kedua manik mata Ibu dan anak itu saling menatap, ada rasa bahagia yang tidak bisa di ungkapan.

"Alea, kamu dapat biayai darimana untuk operasi Ibu?" tanya Mirna, padahal baru saja sadar tapi ia sangat kawatir pada putrinya, ia takut putrinya sampai berbuat nekad demi kesembuhannya.

"Ibu, Ibu istirahat saja ya! Jangan tanya ini uang darimana? Yang penting Ibu sembuh," ujar Alea. Tidak perlu Ibunya tahu dapat uang darimana? Aku tidak mau Ibuku kepikiran.

Mirna hanya mengangguk pelan, ia berusaha percaya kepada putrinya, ia yakin kalau sang putri mendapatkan semua uang pengobatannya ini secara halal. Ya uang ini memang halal Alea dapatkan, hanya saja ia harus melakukan pernikahan konyol dengan laki-laki kaya raya.

"Sekrang Ibu istirahat ya! Alea ada kerjaan yang harus Alea urus, Bu," katanya dengan nada lembut.

"Kamu masih kerja di kedai kopi?" tanya Mirna pada anaknya.

"Masih Bu, Ibu istirahat ya! Alea masih ada urusan yang harus Alea urus," jawab Alea dengan nada lembut.

Mirna menurut pada Alea, sebelum ia pergi ia juga tidak lupa menitipkan Ibunya kepada suster yang menjaga Ibunya, suster itu adalah suruhan Sean.

Setelah Alea berlalu keluar ruang rawatnya, Mirna memejamkan kedua matanya untuk istirahat.

Berharap dirinya akan segera pulih agar biaya RS tidak semakin besar, kasian Alea pasti dia harus berjuang sendirian.

"Bagaimana sudah selesai?" suara yang tidak asing itu terdengar nyaring di telinga Alea, suara siapa lagi kalau bukan suara Sean? Entah berapa lama laki-laki tampan ini menunggu Alea, karena malam ini juga ia mau mengajak Alea bertemu dengan Kakeknya.

"Dasar laki-laki aneh, kau mengangetkanku saja," cetus Alea bersungut-sungut.

"Lama, ayo cepat ikut aku! Kita bertemu dengan Kakek aku," ajaknya tanpa permisi Sean langsung menarik satu tangan Alea.

Alea hanya diam, ia terponggoh-ponggoh mengikuti langkah kaki Sean, yang menurutnya langkah kakinya begitu cepat.

Entah akan seperti apa pertemuannya dengan Kakeknya Sean nanti?

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!