Musibah awal

Arya adalah seorang siswa SMA yang berusia 17 tahun, dan juga bekerja sebagai kurir pengantar barang di pasar lokal. Dia merasa sangat bosan dengan kehidupannya yang monoton dan terus-menerus di-bully oleh teman-temannya di sekolah karena keluarganya yang miskin. Arya memiliki keinginan kuat untuk merubah hidupnya dan keluarganya, dan itulah sebabnya dia mengambil pekerjaan sebagai kurir di pasar.

Sepulang dari sekolah di Gang Kliwon, Kilometer 3 Jakarta Selatan, Arya terlihat dengan rambut hitamnya yang acak-acakan dan celana panjang hitam yang telah berubah menjadi putih karena pembullyan teman sekelasnya di hari ulang tahunnya. Arya hanya bisa menerima perlakuan tersebut tanpa melawan, lalu berjalan pulang dengan perut yang sudah lapar dan menginginkan makanan yang lezat. Namun, naasnya, Arya yakin di rumah pasti tidak akan ada makanan.

Arya menuju sungai untuk membersihkan diri dari kotoran dan berganti baju, lalu melanjutkan perjalanan ke pasar untuk menjadi pengantar barang. Ini merupakan rutinitas Arya setiap hari. "Aku bosan, namun aku merasa lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa," pikir Arya dalam hatinya.

Pada awal pekerjaannya, Arya cukup beruntung karena bertemu dengan pelanggan setia. Saat sedang membantu Yuna membawa barang belanjaannya di Pasar Gombrong, Yuna yang sibuk memilih sayuran dan buah-buahan menitipkan dompetnya di dalam tas belanjaan Arya.

"Mas Arya, tolong jangan sampai dompetku hilang ya. Di dalamnya ada banyak uang," ucap Yuna sambil menyerahkan tas belanjaan pada Arya.

"Aku pasti akan menjaganya dengan baik, Kak Yuna. Saya adalah pengantar barang yang profesional," jawab Arya sambil tersenyum.

Ketika mereka tiba di tujuan dan Yuna membuka tas belanjaannya, wajahnya berubah pucat. "Dompetku hilang!" teriaknya dengan panik.

Arya merasa bersalah dan khawatir. Ia merasa telah mengecewakan pelanggannya yang setia. "Maafkan saya, Kak Yuna. Saya akan mencarinya secepat mungkin," ucapnya sambil menenangkan Yuna yang mulai panik.

Tanpa berpikir dua kali, Arya langsung berlari kembali ke Pasar Gombrong untuk mencari dompet itu. Setelah berputar-putar beberapa kali, Arya tidak bisa menemukan dompet Yuna. Raut wajahnya yang sebelumnya penuh semangat dan harapan berubah menjadi sedih dan kecewa.

"Sudahlah, Mas. Sudah terlambat sekarang. Mungkin aku harus menerima kenyataan ini," ucap Yuna sambil menundukkan kepala.

Meski telah berusaha sekuat tenaga, Arya tidak bisa membantu Yuna mendapatkan kembali dompetnya. Arya merasa sangat menyesal dan merasa dirinya telah gagal dalam tugasnya untuk menjaga dompet Yuna. Dia kembali ke Yuna dengan rasa malu dan menyerahkan tas belanjaan yang kosong dengan perasaan sedih dan kecewa.

Arya merasa sangat bersalah dan tidak tega meninggalkan Yuna begitu saja. "Maafkan aku, Kak Yuna. Aku seharusnya lebih hati-hati. Biarkan aku mengganti uang yang hilang, maukah?" tawar Arya.

"Enggak perlu, Mas. Tidak adil jika kamu yang harus menggantinya. Aku yang salah mempercayakan dompetku padamu," kata Yuna sambil tersenyum getir.

"Kalau begitu, bolehkah aku meminta nomor teleponmu, kak? Aku akan mencoba membantumu mencari dompetmu besok," tawar Arya.

"Aku sangat berterima kasih atas tawaranmu, Mas Arya. Tapi aku akan mencoba mencarinya sendiri terlebih dahulu," ucap Yuna dengan tersenyum.

"Aku mengerti, Kak. Tapi tolong beritahu aku jika kamu membutuhkan bantuan, ya?" ucap Arya dengan lembut.

"Terima kasih, Mas. Kamu baik sekali," kata Yuna dengan tersenyum.

Arya merasa sangat bersalah karena telah kehilangan dompet pelanggan setianya. Ia berputar-putar di sekitar pasar, mencari-cari tanda keberadaan dompet itu. Namun, setelah waktu berlalu, Arya merasa semakin tertekan dan bersalah. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

Namun, saat baru keluar dari pasar, ia melihat Yuna menunggu di pintu keluar. Arya terkejut dan khawatir, karena wajah Yuna tampak berbeda dari sebelumnya. Ternyata, Yuna mengalami kesulitan karena majikannya memaksa Yuna mengembalikan uang dan kartu yang ada di dompet kepada majikannya. Yuna dimarahi dan bahkan diusir dari rumah majikannya karena tidak memiliki cukup uang.

Dengan hati yang tergerak, Arya membawa Yuna ke rumahnya. Ketika sampai di rumah, ibunya terkejut melihat mereka berdua. Namun, Arya menjelaskan situasinya dan meminta izin untuk menginap di rumah. Setelah beberapa diskusi, akhirnya ibu Arya menyetujuinya.

Baru sampai rumah, Arya memberitahu ibunya bahwa ia akan pergi kerja kelompok. Setelah berbohong, Arya merasa bingung mau ke mana untuk mencari uang. Ia yakin jumlah uang di dalam dompet yang hilang cukup besar, mengingat Yuna selalu belanja lebih dari 3 juta setiap kali ke pasar.

Saat sedang berjongkok di gang, Arya merasa terpojok dan merasa gelisah mencari cara untuk mendapatkan uang. Matanya jelalatan, mencari-cari kesempatan di sekitarnya. Tiba-tiba, mata Arya tertuju pada sebuah warnet yang memiliki poster game Eterna Online. Tanpa berpikir panjang, Arya segera memasuki warnet dan menyewa VR helmet. Meski cukup mahal, 10 zyn per jam, Arya merasa ini mungkin kesempatan terakhir untuk mencari uang.

*Ting

Selamat datang pemain baru.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

Arya,,, kere.. 😑

2023-03-10

0

Fikri Tofik Pranata

Fikri Tofik Pranata

lah, Yuna, Yuna dompet kok di titipin MC kita ya ilang kan.

2023-02-22

1

Fikri Tofik Pranata

Fikri Tofik Pranata

Ternyata sad boy mc kita guys🥲

2023-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!