KBAS 19

"Bagaimana keadaan Devano?" tanya Anggara yang baru saja melihat Sheila masuk ke dalam ruangan kantor.

Mereka memang janjian untuk datang ke kantor lebih pagi.

"Alhamdulillah, Ga!"

"Syukurlah!"

Sheila menggenggam erat tangan Anggara.

"Ga! Nanti sore ke rumahku ya? Mama mau kenalan!"

Anggara menelan saliva. Jakunnya turun naik, agak sedikit tertekan.

Usia dewasa, dan ini untuk pertama kalinya Ia datang secara resmi ke rumah seorang perempuan. Dan hubungan ini benar-benar hubungan serius bukan untuk mainan.

Sheila juga tidak ingin berlama-lama pacaran, karena usia mereka sudah bukan saatnya lagi terus menerus di tahap penjajakan.

"Ga... Kamu siap khan menikah dengan Aku?"

"Aku siap, Sheila! Justru akulah yang harusnya menanyakan itu padamu. Karena, Aku belum jadi apa-apa. Aku, tidak sehebat kamu yang telah memiliki segalanya,"

Sheila segera membungkam mulut Anggara.

"Aku hanya inginkan pria baik yang punya tanggung jawab dan mencintaiku apa adanya. Itu saja. Dan Aku melihat itu di dirimu, Anggara!"

"Aku mencintaimu, Sheila! Tidak kurang tidak lebih. Dan Aku akan berusaha membahagiakan dirimu dengan caraku. Jika kamu benar-benar mempercayaiku sebanyak itu, Aku akan lebih banyak lagi membuktikannya setelah pernikahan kita nanti!"

Sheila terharu. Air matanya seketika merebak mendengar ketulusan hati Anggara.

Ruangan kantornya menjadi saksi bisu betapa dua orang dewasa itu saling mencinta.

Pagi itu, Anggara semakin bahagia karena kembali berhasil mendapatkan c++man ganas dari Sheila yang sudah sangat merindu.

Sheila sudah tak lagi peduli pada CCTV yang 24 jam memantau kegiatannya. Mereka saling melepaskan hasrat sarapan lezat dengan melu++at b+b+r hangat di pagi hari yang cerah ceria ini hingga,

Bruk

Sebuah bingkai besar jatuh karena tubuh keduanya yang menempel satu sama lain terdesak hingga pojokan tembok.

Keduanya tersipu malu-malu.

Semua terasa indah dan nikmat. Sehingga baik Sheila maupun Anggara ingin melakukan lagi dan lagi. Saling berbagi kecapan rasa dari bibir merah nan menggoda.

Hingga tanpa sadar, waktu bergulir dan suara ramai pekerja kantor yang lain terdengar bersenda gurau.

"Ayo, ayo... Yang lain sudah berdatangan!" bisik Sheila membuat Anggara tertawa kecil.

Mereka bagaikan dua remaja yang tengah kasmaran.

Saling melempar senyum dan mengeluarkan tatapan mata yang mengandung aliran listrik.

Sheila jatuh cinta.

Sheila benar-benar telah jatuh cinta pada Anggara.

Begitu pun sebaliknya.

Anggara ingin waktu cepat berlalu. Ingin segera bertemu keluarga Sheila dan mengatakan kalau Ia berani meminang anak gadis mereka karena memiliki cinta yang lebih besar daripada cintanya Arjuna pada Dewi Sinta.

Ia ingin mengatakan kalau rasa sayangnya pada Sheila sangat luas melebihi luasnya samudra Hindia dan samudera Pasifik.

Anggara ingin memperlihatkan semuanya jauh lebih nyata ketika ijab kabul diucapkan dan penghulu serta para saksi memberikan jawaban sah kepadanya.

Anggara ingin menggendong Sheila menaiki ranjang pengantin mereka.

Ingin ini, ingin itu. Ingin semuanya.

Tuk tuk.

Seketika Anggara terkejut. Seorang pria berdiri disamping mejanya tanpa Ia ketahui siapa pria itu mengetuk meja kerjanya.

"Kamu karyawan baru itu?"

Mata mereka saling berpandangan.

Anggara mengangguk dengan bibir terkatup.

Siapa dia? Datang-datang langsung menginterogasi!

"Kak Abell!"

Sheila keluar dari ruangannya dengan wajah sumringah.

Kakak? Ternyata... pria ini kakaknya Sheila!

Anggara segera bangkit dari duduknya. Ia gugup dan tergagap mengulurkan tangan untuk memberikan salam.

Tetapi Abell seperti mengabaikannya.

"Kamu ikut ke ruangan!" katanya dengan tegas sembari menggerakkan satu jari telunjuknya.

Anggara menelan ludah. Menghela nafas dan mengikuti langkah Abell yang menggandeng tangan Sheila dengan mesra.

Sesekali Sheila menoleh ke belakang. Memberi kode kedipan pada Sang kekasih yang hanya diam dan terus melangkah.

"Duduk!"

Anggara menurut. Sheila juga mengikutinya dengan duduk di sebelah Anggara.

"Siapa suruh kamu ikutan duduk?" tegur Abell pada Sheila.

Tentu saja adik bungsunya itu terkekeh geli.

"Apaan sih, Kak! Ga lucu ah!" timpalnya setelah beberapa detik tertawa.

"Dasar ya kalian!? Bisa-bisanya ci+man dalam ruangan ini tanpa peduli CCTV yang memantau! Sengaja? Mau jadi pemeran utama drama Romi dan Yuli? Hm?"

Kini Sheila dan Anggara sama-sama terhenyak.

Abell rupanya menyaksikan siaran langsung adegan kissing mereka pagi ini.

"Kalian ini bukan anak remaja! Bukan pula sedang dalam hubungan di belakang layar! Kenapa kau tidak secara gentleman mendatangi rumah kami lalu meminta adikku secara dewasa kepada kedua orang tua kami?"

"Kak! Tenanglah dulu. Anggara akan datang nanti sore pulang kantor, Kak!"

"Tenang, tenang! Kamu fikir Aku bisa tenang melihat adiknya di++um secara brutal lewat cctv oleh pria yang tak dikenal? Kamu fikir Aku sebagai kakak pertama akan diam saja dan tutup mata pura-pura tak melihat kelakuan binal kalian? Bagaimana kalau pria ini hanya mempermainkan perasaan kamu saja, Shei? Kamu sudah yakin dia akan jadi suamimu nanti?"

Sheila menunduk. Ucapan Abell mengena' di hati.

"Kak, mohon maaf, Saya Anggara, saya akan bertanggung jawab dan berniat menikahi Sheila jika keluarga sudah menyetujui. Niatan saya akan datang berkunjung sore ini menemui Pak Yusherlan dan Ibu Susanti. Maaf, Kak! Maafkan saya. Saya yang bersalah, bukan Sheila. Sheila,"

"Jangan bela dia! Dan kamu siapa, berani sekali mencintai adik perempuanku satu-satunya tanpa kutahu kabar percintaan kalian yang secepat kilat!"

"Kak!!! Kenapa jahat begitu sama Angga?" sela Sheila mulai tidak suka dengan interogasi sang Kakak.

"Sheila, tenang dulu. Biarkan Aku memperkenalkan diri dulu," ujar Anggara lembut kepada Sheila.

Abell terus bertingkah tegas.

Anggara berdiri.

"Kak, nama saya Anggara. Bujangan usia 30 tahun. Saya teman sekelasnya Sheila di SMA kota Intan. Kami bertemu kembali setelah 12 tahun tak bersua. Sayangnya, status sosial saya saat ini adalah karyawan baru Sheila di perusahaan ini. Tapi dengan hati besar, saya ingin menyampaikan perasaan saya terhadap Sheila pada Kakak. Saya, Anggara mencintai Sheila sejak kami masih sama-sama kelas tiga SMA. Saya pernah mengungkapkan rasa cinta saya dulu dan Sheila baru menjawabnya lima hari yang lalu. Kami, memiliki niatan untuk menikah secepatnya jika mendapat restu dari Pak Yusherlan, Bu Susanti, Kakak-kakak sekalian dan juga Devano, putranya Sheila."

Abell terpekur.

"Jadi kamu tahu, Sheila adalah ibunya Devano?"

Anggara mengangguk cepat.

"Apakah dia lelaki yang sama,"

"Bukan! Bukan Kak!" Sheila langsung bereaksi.

"Devano sekarang ada di rumah Om Bernard. Dia ada dalam pengawasan Gege. Kau tahu kan, Gege adalah..."

"Gege itu Zein!!!"

"A_apa???"

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

🌼Fitalia Sesa🌼

🌼Fitalia Sesa🌼

nah kan nah lo. ke gep kakanya

2023-03-13

0

Kang Anto

Kang Anto

sosor terus sosor

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!