Semua sibuk mencari keberadaan Devano.
Yusherlan pergi ke asrama sekolah Devano ternyata tidak ada disana.
Susanti mencari ke rumah-rumah teman dekat Devano, juga tidak ditemukan di sana.
Sheila marah sekali pada dirinya sendiri dan hanya menghubungi Anggara agar turut serta mencari keberadaan putra tunggalnya.
Sheila hanya memberikan sebuah foto seorang anak remaja tampan yang berusia 14 tahun.
"Aku akan coba cari Devano, Shei! Kamu jangan panik ya?! Tenang dan doakan Devano segera kembali pulang. Oke?"
Itu adalah perkataan Anggara via video call yang Sheila lakukan di dalam kamar Devano.
Ia menyesal sekali. Kejujuran yang membuatnya harus menerima kenyataan, Devano yang masih bau kencur itu justru salah mengartikan dan memilih kabur dari rumah.
Berkali-kali Sheila menghubungi ponsel Devano. Tapi ponsel anak tanggung itu tetap tidak aktif dan hanya tertuliskan kata 'memanggil' tidak berdering.
"De, pulanglah De! Maafin Aku, De! Hiks hiks..." isak Sheila menangis pilu.
Ditempat lain di sebuah warung internet, ternyata Devano justru membuka semua jati dirinya dan mengetahui kalau statusnya hanyalah anak adopsi sebenarnya sejak lama, bahkan sejak kelas empat SD.
Namun baru kali ini Ia mengetahui kejelasannya dari mulut Sheila, Ibu kandungnya sendiri.
Meskipun belum jelas siapa bapak biologisnya, namun Devano meyakini ucapan Sheila barusan adalah suatu kebenaran.
Devano duduk bersila menghadap layar komputer yang disewanya di dalam warung internet tak jauh dari rumah Bernard dan Nirina.
Anak itu menggila setelah mencoba mencari-cari media sosial Sheila dimasa lalu. Mencari tahu barangkali ada harapan Devano mengetahui siapa lelaki yang telah membuat Sheila melahirkannya 14 tahun yang lalu.
Namun ternyata mencari kebenaran itu teramat sulit.
Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Selain memang mukjizat, rasanya teramat jauh untuk Devano bisa menemukannya dalam waktu singkat.
Kini Ia menghilangkan rasa penat dan kepusingannya dengan bermain game online.
Berharap semua hanyalah mimpi dan Ia terbangun dengan dirinya yang murni bersih tanpa kisah suram.
Devano memang bersekolah di sekolah yang lebih menitikberatkan keimanan dan akhirat.
Namun usia muda dan kekuatan iman serta goncangan cobaan yang dahsyat membuat pemuda remaja itu oleng juga. Tapi tidak sampai pada pelarian yang gila parah.
Dia berurai air mata sembari sibuk menekan tombol-tombol keyboard dan bermain game online sepuasnya menghabiskan uang lima ratus ribu rupiah yang ditariknya dari tabungan di mesin ATM.
Bocah empat belas tahun itu tertawa tetapi air matanya terus menetes.
Sesekali punggung tangannya mengusap lelehan hangat di pipi kiri dan kanannya. Devano sedih, sangat sedih sekali.
"De', boleh ga Om pinjem dulu komputernya? Kamu dari tadi nge-game terus deh kayaknya!"
Devano mendongakkan wajah ke arah pria yang berdiri dihadapannya.
Pria yang tadi ada di rumah!!!
Seketika wajah Devano pucat pias. Zein berdiri tegak dengan wajah melongo.
Pukul dua belas malam, Ia sedang dalam pelarian. Namun ternyata, dunia ini begitu sempit.
Devano segera bangkit berdiri dan hendak beranjak pergi. Tetapi Pria itu dengan cepat menarik tungkai lengannya.
"Om!"
"Tunggu! Kamu, kamu yang tadi di rumahnya Sheila, kan? Sedang apa kamu disini malam-malam begini?" tanya Zein alias Gerald Alfaro.
"Saya, saya..."
"Tunggu, please jangan kabur! Aku cuma ingin tahu apakah kamu sedang dalam keadaan kurang baik? Sedari tadi,... air matamu terus menetes."
"Hiks hiks... Tidak!"
Devano berkata tidak, tapi air mata terus mengalir tanpa bisa Ia hentikan dan...
"Huaaa... huaaa, Aku ini anak pungut, anak haram, anak yang tidak diinginkan kedua orang tuanya! Huaaa..."
Devano menangis keras. Membuat Zein langsung mendekap mulut pemuda tanggung itu dan meraih masuk pelukannya.
"Stt... sudah, sudah! Ayo ikut Om!"
Orang-orang yang ada di dalam warnet itu melihat Devano dengan wajah ketakutan. Takut dan cemas kalau Zein adalah seorang Intel yang sedang menyamar mencari anak-anak dibawah umur yang masih berselancar di dunia maya.
Namun ternyata, hanya Devano seorang saja yang dibawa pergi ke luar warung internet yang agak tertutup itu.
Devano dibawa ke kediaman Bernard lewat pintu lain yang berlantai tiga dan memiliki banyak pintu kost-an sehingga kedatangan Devano tidak dapat diketahui orang lain termasuk Bernard dan Nirina.
Sebuah kamar kosong.
Devano mulai merasakan takut setelah mengetahui Zein membawanya ke sebuah kamar kost-an yang tak berpenghuni alias kosong melompong.
"Om! Om, Saya mau pulang saja! Maaf Om!"
Zein tersenyum lebar. Ia mulai bisa menebak jalan fikiran Devano yang menyangka dirinya adalah psikopat penyuka anak-anak.
"Tenanglah! Siapa namamu, Boy?"
Zein menangkap tangan Devano dan mendudukkannya di atas tilam permadani.
"Duduk, jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu. Percayalah!"
Kini Devano berusaha tenang dengan kaki bersila di lantai.
"Om..."
"Namaku Gerald Alfaro. Tadi kita sempat berkenalan, tapi aku lupa namamu!"
"Devano, Om!"
"Devano..."
Zein menatap lekat wajah Devano.
Dalam hati Ia ingin memeluk erat tubuh pemuda itu. Pemuda tanggung yang tampan itu adalah darah dagingnya. Zein sudah mengetahui lebih dahulu sebelum Sheila memberitahukannya.
Tapi kini Ia harus terus bersandiwara demi mental dan juga jiwa putra yang telah begitu lama Ia telantarkan.
"Kamu... pergi dari rumah tanpa pamit?" tanya Zein setelah melihat tas ransel besar milik Devano.
Pemuda empat belas tahun itu menunduk.
"Jangan takut, aku tidak akan mengadu pada keluargamu!"
"Om...! Apakah Om adalah orang yang akan jadi suami Kak Sheila?"
Deg.
Jantung Zein berdesir.
Semoga, De, semoga! Semoga Aku bisa menyunting Mamamu dan kita tinggal bersama di Brisbane Australia!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🌼Fitalia Sesa🌼
visual devanonya ganteng
2023-03-13
0
Kang Anto
Ketemu bokapnya nij. ini novel bagus lho ceritanya tp koq sepi tor. kurang promo y
2023-03-13
0