KBAS 4

Seperti biasa, Sheila menchat Zein malam hari pukul delapan.

Tapi ternyata japriannya hanyalah ceklis satu. Pertanda kalau ponsel Zeinul sedang off alias mati.

Kak...

P

P

P

P

Sepi. Tak ada jawaban.

Sheila hanya bisa menghela nafas panjang.

Kemana kamu, Kak Zein?

Hatinya mulai dijalari rasa ketakutan yang kian membesar.

Tidak. Tidak boleh berfikir yang negatif. Kak Zein pasti bukanlah lelaki yang akan lepas tanggung jawab begitu saja. Tidak mungkin.

Sheila berusaha berfikir positif.

Sehari, dua hari, bahkan sampai berhari-hari.

Zein tak kunjung menghubungi Sheila. Handphonenya juga tidak aktif sampai hari ini, detik ini.

Sampai Sheila baru menyadari kalau menstruasinya tidak lagi datang.

Gadis muda berumur 16 tahun itu seketika merasa dunia begitu gerah dan panas senantiasa menghantui hari-harinya.

Seminggu, dua minggu... Sheila sampai menggoogling apa saja ciri-ciri wanita hamil. Lalu Ia juga mencoba mencari cara untuk menggugurkan kandungannya yang baru terlambat beberapa minggu.

Tapi ternyata Sheila belum juga halangan.

Panik sekaligus cemas. Sementara Zeinul Abidin Taher tak kunjung menghubunginya.

Sheila berusaha mencari alamat rumahnya Zein lewat ibu Tari yang ialah seorang karyawati kantor administrasi sekolah.

Rumah Zein ternyata sudah lama dijual. Lewat cerita beberapa tetangganya yang Sheila interogasi, katanya orang tua Zein bercerai setahun lalu dan mereka membagi harta gono-gini dengan menjual seluruh aset.

Sheila semakin panik. Ternyata Zein memiliki sisi kelam dengan misteri kehidupan keluarganya yang broken home.

Engga mungkin! Zein ga mungkin berbuat jahat sama gue! Ga! Ga! Ini ga bener!

Sheila juga mencari Zein ditempat tongkrongannya. Tapi tidak bisa Ia ketemukan. Bahkan semua temannya tidak ada yang tahu kemana Zein pergi.

Sheila mengingat-ingat masa-masa ketika mereka masih bersama.

Zein tidak pernah ingkari janji.

Zein tidak pernah berbohong.

Ia akan bilang tidak bisa, jika memang tidak bisa. Ia akan bilang diusahakan jika masih bisa diusahakan.

Zein tidak pernah berkata-kata manis selain kata, "Aku cinta padamu, Sheila! Aku hanya jatuh cinta kepadamu saja!"

Kak Zein! Kakak dimana? Kenapa tak kunjung menghubungku?

"Jangan khawatir, Aku akan selalu ada untukmu, Sheila!"

"Janji ya, Kak? Jangan tinggalin Aku!" kata Sheila ketika mereka baru saja selesai bercinta untuk pertama kalinya.

"Kamu kali' yang akan tinggalin Aku karena Aku ga seperti cowok lain yang suka kasih hadiah sama pacarnya!?"

"Ga lah! Aku ga punya pikiran kearah situ! Bagiku, selalu bersama dalam keadaan apapun, itu jauh lebih berharga daripada seribu hadiah walaupun mahal sekalipun. Kamu ada untukku, menemani Aku ditengah kesendirian... Tidak bisa dibandingkan dengan emas batangan."

Saat itu Zein tersenyum begitu bahagia. Raut wajahnya, bersinar cerah membuat Sheila yakin kalau cinta mereka bukanlah CINTA MONYET yang kata orang jika dilakukan diusia muda belia.

Sheila jatuh cinta pada Zein yang selalu mendekati dirinya dalam keadaan apapun.

Zein gigih. Hingga Sheila mulai nyaman hingga menceritakan kesedihan hatinya sebagai seorang anak yang kekurangan kasih sayang.

Itu adalah kesalahan pertama yang Sheila lakukan.

Karena kenyamanan telah Ia dapatkan dari pertemanan yang kian intens bertemu satu sama lain setiap hari selama masa sekolah. Berlanjut hingga akhir pekan libur sekolah, mereka juga janji ketemuan di luar.

Bercanda, bercengkrama, tertawa juga menangis bersama membuat Sheila semakin jatuh kedalam cinta yang memabukkan.

Kadang mereka berkhayal, mengatakan andaikan saja keduanya telah berusia dewasa dan bisa mengambil langkah yang lebih jauh lagi untuk bisa tinggal bersama.

Sheila mabuk cinta pada Zein yang seorang anak lelaki misterius.

Cinta yang membutakan mata dan hati hingga akhirnya pasrah di atas ranjang motel sewaan Zein yang kala itu berbahagia karena telah diterima kerja di sebuah perusahaan retail.

Sheila... menyerahkan keperawanannya pada Zein tanpa pikir panjang. Tanpa perhatikan masa depan. Tanpa mengingat perasaan kedua orang tuanya yang sudah bekerja dengan begitu kerasnya demi membiayai pendidikan sekolahnya sampai saat ini.

Sheila menangis terisak dalam pelukan Zein yang hangat setelah semuanya telah terjadi.

"Kakak... hik hik hiks...! Kenapa kita bisa kebablasan ngelakuin hal-hal seperti ini?" tanya Sheila sedikit menyesal dengan perbuatan yang mereka lakukan.

Iman yang lemah, membuat Sheila bertekuk lutut di dalam pelukan Zein yang menjanjikan cinta putih nan tulus padanya.

"Sheila! Aku tahu..., kamu pasti punya banyak keraguan karena usiaku yang masih sangat muda hingga tidak bisa kamu percaya sepenuhnya! Tapi Aku sungguh jatuh cinta padamu, Sheila! Kamu beda. Sangat berbeda dengan gadis lain yang hanya melihat fisik serta penampilanku saja. Itu sebabnya, Aku ingin mempersembahkan keperjakaanku hanya padamu seorang saja, Sheila! Kamu percaya padaku khan? Ini juga yang pertama bagiku, Sheila! Sungguh! Demi Tuhan Aku tidak berani berbohong!"

Sheila menangis dalam dekapan Zein.

Keduanya tidak bisa berkata apa-apa lagi selain saling memeluk dan berjanji satu sama lain untuk selalu bersama apapun yang terjadi.

Tapi ternyata...

Flashback the end

"Sheila! Sheila!!! Kamu dipanggil pak Broto!!!"

Sheila tersentak. Suara Anggara tiba-tiba terdengar jelas di telinga kirinya.

"Saya, Pak?" Sontak Sheila berdiri sembari mengangkat jari telunjuknya ke atas sehingga seluruh teman sekelasnya tertawa ngakak melihat teman baru mereka yang terkejut dari lamunan sampai berbuat kegaduhan.

"Ck ck ck... Apa sih yang sedang kamu lamunkan, Nona Murid Baru?"

Merona wajah Sheila. Seluruh isi kelas mentertawakan kebodohannya.

"Ma_ maaf, Pak! Tadi saya bingung, uang jajan saya ketinggalan di rumah!"

Anggara menepuk dahinya. Suasana kelas kembali riuh mengetahui ternyata teman baru mereka yang pindahan dari Ibukota itu ternyata seorang pelawak yang polos.

"Yassalam..."

Padahal Sheila hanya sedang bersandiwara. Sengaja membuat dirinya terlihat lugu, lucu bin dungu agar tidak mendapatkan cecaran pertanyaan dari kelakuan random yang tadi Ia lakukan.

"Sudah, duduk, Sheila! Anggara!"

"Ya, Pak?" jawab Anggara pada pak Broto, guru Pembukuan dan Akuntansi dengan wajah kaget.

"Kasih pinjam uang si Sheila itu nanti di jam istirahat. Biar dia gak kepikiran lagi sama uang jajan yang ketinggalan!"

"Baik, Pak!"

"Satu lagi!"

"Iya, Pak?"

"Jangan dikasih bunga kecuali bunga mawar merah pertanda cinta!"

Pecah kembali suasana kelas dengan tawa cekikikan seluruh penghuninya yang berjumlah 39 murid itu karena celotehan lucu pak Broto mencandai Anggara dan Sheila yang masih mode on bengong pura-pura bego.

Sejak saat itu, lagu dangdut Bunga Mawar Merah kembali booming di kelas 12 IPS 3.

Bunga mawar merah suatu tanda cinta

Yang berarti bahwa kau cinta padaku

Dengan senang hati kuterima cintamu

Karena aku juga cinta kepadamu

Oh bahagia, dua hati telah terpadu

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

⚘meluncur...
semangat kk...

2023-03-16

0

Kang Anto

Kang Anto

Ternyata di DO y dari sekolah yg dulu krn hamil diluar nikah

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!