PENDEKAR BELENGGU NIRWANA
"Siapa di sana?!" teriak seorang anak berkisar umur 12 tahun dengan nada menyentak.
Anak itu bernama Yu Wuxian. Wuxian tiba-tiba waspada terhadap sesuatu yang bergerak hebat di balik semak-semak. Namun, ketika Wuxian berteriak keras, sesuatu yang bergerak di balik semak-semak pun tiba-tiba berhenti.
Karena tak mendengar adanya sahutan dari sesuatu yang dicurigainya, Wuxian pun memberanikan diri untuk memeriksanya. Wuxian tersontak ketika melihat seorang anak seumuran dengannya terbaring lemah dengan tubuh berdarah-darah. Namun, tiba-tiba anak itu membuka matanya, lalu mengarahkan pisau ke arah Wuxian dengan sikap waspada.
Wuxian sedikit terkejut ketika melihat benda tajam itu menodong ke arahnya. Akan tetapi, Wuxian berusaha memasang sikap setenang mungkin untuk menghadapinya.
"Kau terluka. Begini saja, kau taruh pisaumu lebih dulu. Kemudian, aku akan mengobati lukamu. Setelah kau lebih baik, kau bisa membunuhku," ujar Wuxian yang sengaja membujuknya dengan perkataan tidak logisnya.
Anak itu mulai melemahkan kewaspadaannya. Ia menundukkan kepalanya, memikirkan tentang perkataan yang Wuxian baru saja katakan. Namun, ia tetap menodongkan pisau ke arah Wuxian.
Ketika ia akhirnya mengerti dengan apa yang Wuxian maksud, ia reflek mengangkat wajahnya. Tatapannya mulai tajam. Mungkin, yang sedang dipikirkannya saat ini yakni, perkataan Wuxian terkesan konyol dan tidak masuk akal.
"Cepat cari! Kita harus menemukannya dan membunuhnya!!!" perintah seseorang yang terdengar hingga ke telinga Wuxian dan anak yang terluka itu. "Apa kau sudah menemukannya?!" sentaknya kepada seseorang yang tampaknya bawahannya.
"Tuan, sepertinya kita kehilangan jejaknya," lapornya.
"Sampah! Tidak berguna!!! Dia hanyalah seorang anak-anak yang bahkan telah terluka. Dia pasti tidak akan bersembunyi jauh. Dia pasti bersembunyi di sekitar sini. Jika kalian tidak bisa menemukannya, lupakan tentang upah 500 uang perak. Kita bahkan akan kembali dengan kepala terpisah," ujarnya mulai panik.
"Tuan, kenapa kau menerima perintah semacam ini? Kita semua tahu, meskipun kita berhasil membunuhnya dan mendapatkan uang 500 perak, mereka pasti tetap tidak akan mengampuni nyawa kami. Mereka pasti akan memberantas habis siapa pun yang akan menjadi saksi mata, termasuk kita yang melakukannya. Kita tidak akan selamat, meskipun berhasil membunuhnya," ujar bawahannya.
"Aku tahu betul tentang hal ini. Kau pikir, aku ini bodoh, apa?! Lalu, kau ingin aku menolak perintah ini dengan terang-terangan di hadapannya? Gila! Aku lebih dungu jika menolak perintah ini di hadapannya. Jika aku menolak perintah ini, kita semua pasti tidak memiliki kesempatan bernapas sampai hari ini. Kita hanya perlu membuatnya seakan-akan mengerjakannya," jelasnya.
"Lalu, kenapa kita benar-benar melukainya?" tanya bawahannya.
"Karena... meskipun kita tidak mendapat perintah darinya, anak itu harus mati bagaimanapun caranya. Dia ancaman terbesar baginya, tapi bukan berarti bukan ancaman besar bagi kami. Kau tahu, kenapa kita diperintahkan untuk membunuhnya dan membawa kepalanya sebagai persembahan? Itu karena dia telah merasa terancam dengan kehadiran anak ini. Begitupula kita. Jika kita tidak berhasil membunuhnya, maka, dia akan menjadi ancaman baru bagi kita. Jadi, kita harus menemukannya dan memenggal kepalanya," jelasnya panjang kali lebar.
"Lalu, apa langkah kita selanjutnya jika berhasil membunuhnya?" tanya bawahannya yang mulai penasaran.
"Kita harus pergi dari Negara ini," ungkapnya.
"Lapor, Tuan." Tiba-tiba datang lagi seorang bawahan lainnya yang ingin melaporkan sesuatu kepada atasannya.
"Apa kau sudah menemukannya?" tanyanya.
Bawahan itu menggeleng-gelengkan kepala. "Kami sudah menggeledah seluruh tempat di sekitar sini, tapi kami belum berhasil menemukannya," ungkapnya.
"Tidak berguna! Mati saja kalian semua!!!" Pimpinan itu pun mulai emosi, karena anak buahnya tak ada satu pun yang berhasil menemukan seorang anak yang tengah dicari olehnya.
"Namun... kami menemukan seorang anak lain," ujarnya.
"Untuk apa kau memberitahuku hal ini?! Tunggu... ." Pimpinan itu berpikir sejenak tentang apa yang baru saja dikatakan oleh bawahannya. "Bisa dipertimbangkan. Cepat bawa anak itu kemari!!!" perintahnya dengan tegas.
Bawahan itun pun segera beranjak dari tempatnya, untuk menjalankan perintah dari sang pimpinan bandit. Sedangkan bawahan lainnya yang sedari tadi tengah bercakap-cakap dengan sang pimpinan bandit pun hanya bisa menyimpan rasa penasaran atas apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya.
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, ia pun menanyakan alasan di balik perintah itu kepada sang pimpinan, "Tuan, apa yang akan kau rencanakan?" tanyanya.
Pimpinan itu pun melirik bawahannya dengan tatapan licik dan senyum setengah bibirnya. "Ada kambing hitam yang masuk ke dalam perangkap dengan sendirinya. Anak itu akan berguna bagi kita," ujarnya.
"Jangan bilang... kau akan mengganti kepalanya dengan kepala anak itu," tebaknya ragu-ragu.
"Kau bisa menebaknya dengan mudah sudah menjadi berkah bagimu mengikutiku selama ini. Namun, kali ini aku tidak memiliki pemikiran semacam itu. Dia hanya akan menjadi cadangan bagi kita. Sedangkan tujuan yang kita jalankan, tetap harus kita lakukan. Bagaimanapun, kita tetap harus menemukannya dan membunuhnya. Terlalu beresiko jika membiarkan sesuatu yang mengancam sepertinya dibiarkan berkeliaran," jelasnya.
"Tuan, aku telah membawakannya." Selang beberapa menit kemudian, bawahan tadi pun membawa seorang anak ke hadapan Sang pemimpin para bandit dengan kondisi tubuh yang diikat kencang agar tidak dapat kabur.
Anak yang mereka tangkap adalah Yu Wuxian. Ketika melihat sosok Wuxian, awalnya para bandit mengira bahwa dia ada anak yang tengah mereka cari. Sayangnya, bukan dia, karena para bandit mengenal dengan jelas wajah sang anak yang berhasil melarikan diri dari mereka.
Walaupun mereka salah tangkap, tetapi Wuxian tetap tak bisa lolos semudah itu dari cengkraman mereka.
"Lepaskan aku!!!" teriak Wuxian dengan tatapan mata nyalangnya.
"Anak kecil, kau cukup berani!!!"
Plak!!! Bandit yang menangkap Wuxian memukul keras wajah Wuxian hingga ujung bibirnya berdarah.
"Berhenti!" perintah sang pemimpin bandit yang menghentikan tindakan bawahannya.
"Lepaskan aku!!!" teriak Wuxian sekali lagi.
Pemimpin bandit itu berjalan ke arah Wuxian seraya menurunkan beberapa derajat tubuhnya ke hadapan wajah Wuxian. "Bawahanku benar, kau memang cukup berani. Namun, di samping aku menyukai orang pemberani, aku juga membenci mereka. Karena itu, aku ingin orang semacam kalian harus dimusnahkan!" cetusnya. "Tapi... untuk saat ini, aku tidak akan membunuhmu, karena kau masih berguna bagi kami. Bawa dia!" perintahnya.
"Baik!"
Para bandit itu tetap melanjutkan pencarian mereka, dengan membawa Wuxian bersama mereka.
"Tunggu!" Wuxian menghentikan mereka. Ketika Wuxian memberi aba-aba untuk berhenti, para bandit pun reflek menoleh ke arah Wuxian.
"Kenapa? Berani sekali anak kecil sepertimu menghentikan kami," ujar salah satu dari mereka.
"Aku menghentikan kalian untuk menyelamatkan kalian. Sebaiknya kita jangan mengambil jalan di depan sana, karena di sana banyak sekali jebakan pemburu," ujar Wuxian.
"Benarkah? Kenapa kami harus percaya kepada anak kecil sepertimu?" tanya salah seorang bandit yang tidak percaya karena curiga.
"Aku tidak perduli kalian percaya atau tidak, karena itulah kenyataannya. Aku sering sekali ke tempat ini, karena itu aku lebih familiar. Di depan sana memanh banyak sekali jebakan yang dipasang lara pemburu. Jika kalian ingin terus maju, silakan saja. Jangan salahkan aku yang sudah mengingatkan," ucap Wuxian dengan santainya.
"Benarkah? Kalau begitu, kita ambil jalur lain," ujar Pemimpin bandit.
"Tuan, untuk apa kita percaya dengan ucapannya?" tanya bawahan yang selalu berada di sampingnya.
"Lalu, kau ingin mengacuhkannya dan membuat kita semua terperangkap ke dalam perangkap yang dipasang pemburu? Kita tidak punya banyak waktu, lebih baik jangan mengacau!" sentaknya dengan tegas.
"Benar, kalian harus percaya dengan perkataanku. Lagian, aku juga ikut bersama kalian. Jika sesuatu terjadi kalian seperti terperangkap ke dalam perangkap pemburu, bukankah aku juga akan ikut terperangkap?" Wuxian mencoba menguatkan perkataannya.
"Perkataannya cukup masuk akal. Baik, kalau begitu, kita ambil rute lain," ujar sang Pemimpin bandit. "Jalan mana yang paling aman?" tanyanya kepada Wuxian.
"Sana!" serunya. Wuxian menunjuk ke arah jam 9.
"Baik, kita ambil rute itu," ucap sang Pemimpin para bandit.
Para bandit itu pun berjalan ke arah rute yang ditunjukkan oleh Wuxian yang juga masih menjadi sandera mereka. Tiba-tiba...
BRUKK!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
QUEEN
MC nya masih polos 😁
2023-02-25
0
Rizki Al-Mubarok
Baik banget, musuh kok mau diobati 😅
2023-02-25
0