Anak itu pun tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau, dia tetap harus menyingkir dari jalan Wuxian, meskipun sangat berat. Akan tetapi, ia pun tak punya hak untuk menghentikan Wuxian yang baginya, dia bukan siapa-siapa.
Wuxian pun melanjutkan langkahnya dengan kedua tangan terkepal kencang.
“Hei, apa kau bodoh! Apa yang akan kau lakukan dengan cara pergi seperti itu? Kau ingin mencari siapa dan balas dendam terhadap siapa… sudahkah kau memikirkannya? Hanya orang bodoh yang mengambil tindakan sepertimu saat ini,” ucap anak itu, dengan harapan membujuk Wuxian sekali lagi.
Perkataan anak itu reflek menghentikan langkah Wuxian sejenak. Wuxian mendengarkan perkataan anak itu, hingga ia selesai berbicara.
“Apa kau sudah selesai berbicara? Benar, aku memang orang bodoh. Orang bodoh sepertiku lebih perduli tindakan dan bertindak tanpa berpikir. Aku memang bodoh, tidak seperti yang pintar sepertimu. Memikirkan strategi sebelum bertindak. Aku tidak bisa, karena itu bukan aku yang mampu melakukan semua itu,” balas Wuxian.
“Aku bisa membantumu!” cetusnya.
“Kau tidak perlu melakukan semua itu. Lagian, apa yang akan terjadi padaku, apa urusannya denganmu? Aku harap setelah ini, kita tidak perlu bertemu lagi. Tidak ada hutang apa pun di antara kita!” cetusnya.
Wuxian berpisah dengan anak yang ia temui, tanpa mengetahui siapa namanya. Sedangkan anak itu pun terpaksa harus membiarkan Wuxian memilih jalannya, walau ia tahu jika jalan yang Wuxian ambil akan sangat berbahaya karena tak adanya persiapan.
“Sudahlah. Biarkan dia memilih jalan yang dia inginkan. Untuk apa aku terlalu mengkhawatirkannya. Setelah apa yang terjadi padanya, aku yakin jika dia akan lebih kuat dari sebelumnya,” batinnya.
Di sisi lain, Wuxian yang pergi begitu saja meninggalkan anak itu pun malah berbalik mengkhawatirkan keselamatannya. Wuxian berjanji jika dia akan mengobati luka-lukanya. Namun, sesuatu terjadi dan membuatnya melupakan apa yang ia janjikan.
“Apa dia akan baik-baik saja? Aku meninggalkannya seperti itu dengan kondisi terluka parah,” gumam Wuxian yang juga mengkhawatirkannya. Tiba-tiba… “Aaaaaa!!! Tolong!!!” Wuxian kehilangan fokus dan tak memperhatikan jalannya.
Ia tidak tahu jika di depannya adalah jurang. Ia terpelesat, untung saja ia dengan sigap meraih seuntai akar pohon yang berada di dekatnya.
“Tolong! Tolong aku!” Wuxian meminta tolong kepada siapa pun dan berharap siapa pun dapat menolongnya. ‘Bodoh! Aku memang bodoh. Meminta pertolongan di tengah hutan belantara adalah tindakan bodoh. Arrgh! Siapa yang perduli? Toh aku memang bodoh,’ batinnya. “Tolong! Tolong aku!!!” teriak Wuxian, sekali lagi meminta pertolongan kepada siapa pun yang dapat mendengar suaranya.
Wuxian tetap berpegangan pada seuntai akar pohon yang menjuntai ke dinding jurang. Wuxian berusaha memanjat akar itu, tetapi entah kenapa semakin ia memanjat, akar pohon itu semakin memanjang. Ia baru mendapati ada sebuah akar pohon yang aneh seperti itu. Wuxian hanya bisa bertahan, karena ia tak kuasa memanjatnya. Telapak tangannya perlahan memanas karena ia harus menahan beban tubuhnya.
Anehnya, sesuatu yang kuat tiba-tiba merasuki dirinya. Seperti kekuatan ghaib atau sebuah aura asing yang perlahan mengalir ke dalam darahnya dan membuatnya semakin melemah.
“Tolong!!!” Wuxian berteriak sekali lagi, karena hanya itulah harapannya.
“Sepertinya, aku mendengar sesuatu,” gumam seseorang. Karena penasaran, ia pun berjalan mengikuti sumber suara yang didengarnya.
Ketika semakin dekat dan suara berhenti, ia mendapat seseorang yang bergelantungan di pinggir jurang. Melihat hal itu, ia pun segera membantunya untuk menolongnya, tanpa memikirkan apa pun. Namun, ketika ia sadar jika semakin ia menarik akar pohon itu, maka, semakin panjanglah akar pohon itu.
“Buruk! Ini adalah akar pohon Hantu Seribu meter,” gumamnya.
Karena ia berpikir jika menolongnya dengan akar itu akan semakin membahayakannya, maka, ia pun mencari benda lain untuk menolongnya. Ia mencari tanaman menjalar lainnya yang ia rasa kuat untuk menahan beban berat.
“Hei, apa kau mendengarku? Tangkap ini! Jika kau sudah menangkapnya, kau bisa menggerakkannya. Aku akan membantumu menariknya,” teriaknya dari atas jurang. Ia mengikatkan tumbuhan menjalar itu di pohon yang ada di sampingnya sekuat-kuatnya.
Ketika ia merasa seseorang di bawah sana telah menggoyangkan tumbuhan rambat yang ia julurkan ke bawah, ia pun berusaha keras untuk membantu menariknya ke atas.
Ketika telah berhasil, ia sangat terkejut ketika mengetahui siapa yang baru saja dia tolong.
“Kau… Wuxian!”
“Oh, ternyata kau anak yang terluka itu. Terimakasih… ya.” Wuxian pingsan secara tiba-tiba.
Ketika melihat Wuxian pingsan, ia pun dengan cepat memeriksa kondisinya.
“Tidak baik. Sesuai dugaanku, dia teracuni akar pohon Hantu seribu meter. Bocah bodoh ini! Baru saja pergi, sudah seperti ini. Benar-benar membuat orang khawatir saja!” Ia meneriaki Wuxian yang pingsan di rangkulannya.
Kemudian, anak itu menyandarkan tubuh Wuxian yang ada berada di dekatnya. Lalu, ia memetik herbal seadanya, yang sekiranya dapat menetralisir racun yang ada di tubuh Wuxian.
Setelah selesai, ia pun ikut menyandarkan tubuhnya di samping Wuxian. Ia benar-benar lelah karena baru saja menyelamatkan Wuxian dari tebing jurang curam yang ujungnya terlihat gelap dari atas.
‘Baru kali ini aku menolong seseorang. Ternyata seperti rasanya… cukup membanggakan. Tidak heran Ayah dan Ibu lebih memilih mengutamakan orang lain, daripada diri sendiri. Ayah, Ibu, aku merindukanmu,’ lirihnya dalam batin. “Kau sudah sadar?” tanyanya tatkala melihat Wuxian yang perlahan membuka matanya.
“Kau… kau yang menolongku?” tanya Wuxian dengan kesadaran yang masih belum utuh.
“Tentu saja. Lalu, siapa lagi yang menolongmu selain aku? Hantu yang ada di akar pohon tadi?” celotehnya.
“Benar, aneh sekali. Kenapa akar pohon itu semakin panjang ketika aku menariknya?” pikir Wuxian.
“Kau mungkin tidak tahu. Itu adalah akar pohon Hantu seribu meter,” jelasnya.
“Pohon Hantu seribu meter? Aku baru mendengarnya. Nama yang cukup unik. Apa ada hantu yang menjaga pohon itu?” tanya Wuxian dengan polosnya.
“Aku juga tidak tahu hal itu. Hanya saja, ada yang pernah berkata, pohon Hantu seribu meter adalah pohon yang dikatakan keramat. Orang yang pertama menyentuhnya bisa saja mengalami keberuntungan, ataupun kesialan,” jelasnya.
“Ahh… jadi begitu. Tentu saja yang menimpaku adalah kesialan. Mana mungkin aku bisa terpeleset ke jurang itu jika tidak sengaja menyandung akar pohon itu,” celetuk Wuxian.
Huang Chao memincingkan matanya tatkala mendengar perkataan Wuxian yang terkesan mengelak sesuatu yang baru saja terjadi kepadanya.
“Kenapa kau malah menyalahkan pohon? Seharusnya kau lebih berhati-hati ketika berjalan. Memang sangat sembrono. Setelah kau pergi seperti itu, aku selalu khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Ternyata belum lama, sesuatu benar-benar terjadi padamu,” balasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
anggita
pohon🌳 hantu👿 seribu meter...
2023-05-17
0