“Aku memang ceroboh, salahkan saja diriku yang bodoh ini. Aku hanya tidak menyangka, kita bisa bertemu lagi seperti ini. Mungkin ini takdir. Aku menyelamatkanmu, dan kini, kau juga menyelamatkanku. Benar-benar hubungan timbal balik. Terimakasih,” ucap Wuxian.
“Kau tidak perlu berterimakasih padaku. Sebelumnya kau bilang, ini adalah bentuk hubungan timbal balik. Aku berhutang padamu, dan kini aku telah membayarnya. Mungkin, takdir mempertemukan kita kembali hanya untuk membantuku melunasi hutang budiku. Di antara kita, tidak ada ada hal semacam hutang budi lagi,” balasnya.
“Bagaimanapun, aku tetap harus berterimakasih. Oh ya, aku belum tahu siapa namamu. Bolehkah aku tahu siapa namamu? Kau tidak perlu menjawabnya jika tidak ingin,” tanya Wuxian.
“Huang Chao, panggil aku Huang Chao. Sepertinya, kita seumuran. Aku berumur 15 tahun ini,” jawab Huang Chao.
Huang Chao sudah mula banyak bicara dan membuka dirinya kepad Wuxian, setelah keduanya telah melalui peristiwa hidup dan mati bersama. Wuxian pun sedikit lebih bahagia, ketika ia menyadari bahwa di dunia ini, ia tak lagi sendiri.
Tidak ada orang yang sendirian di dunia ini, selain mereka yang menyendirikan diri mereka sendiri dan menutup diri dari orang-orang yang ingin menerima dan menghangatkan hati dengan bantuannya.
“Kita selisih 2 tahun. Aku 3 tahun lebih mda darimu. Umurku 13 tahun ini. Jadi, kau adalah Gege,” ujar Wuxian. “Bolehkah aku memanggilmu Huang Chao Gege?” tanyanya.
“Kau boleh memanggilku apa pun. Mulai sekarang, aku akan membantumu dan melindungimu,” cetusnya.
***
Yu Wuxian adalah seorang anak yang baru menginjak usia 12 tahun. Dia hanyalah anak biasa dari keluarga sederhana, yang tumbuh di desa terpencil di tengah hutan, jauh dari perkotaan. Harapan terbesarnya adalah mendapat teman dan kasih sayang dari kedua orantuanya. Sayangnya, kedua orangtuanya terlalu keras padanya, membuat Wuxian berpikir bahwa mereka bukanlah orangtua kandungnya.
Yu Wuxian sangat ingin memiliki banyak teman. Sayangnya, tak ada satu pun anak di desanya yang bersedaia untuk berteman dengannya. Tidak tahu alasannya mengapa, mereka hanya membencinya.
Namun, Wuxian tak pernah menyangka jika dia bisa bertemu seorang anak laki-laki yang mau berteman dengannya, bahkan bersedia untuk melindunginya.
Huang Chao, seorang anak yang tidak sengaja dipertemukan dengan Yu Wuxian. Tidak tahu siapa identitasnya yang sebenarnya, sehingga para bandit sampai memburunya, Yu Wuxian pun tak ingin mengetahuinya. Akan tetapi, kehadiran Huang Chao di hidup Wuxian secara tidak sengaja memunculkan tragedi kepada keluarganya dan desa tempat tinggalnya. Namun, semua hanya tentang takdir. Tak ada satu pun yang patut disalahkan.
“Yu Wuxian!” panggil Huang Chao.
“Ya!” jawab Yu Wuxian.
“Apa kau berhasil menangkapnya?” tanya Huang Chao.
“Aku mendapat satu. Kak Chao, bagaimana denganmu? Apa kau berhasil menangkapnya?” tanya Wuxian.
Huang Chao menggelengkan kepalanya, seraya menghela nafasnya. “Kenapa begitu sulit sih menangkap ikan-ikan di sungai? Mereka sangat liar. Jika aku dulu, pasti … Ah, sudahlah. Aku akan berusaha lebih keras lagi.” Huang Chao tampak ingin mengatakan sesuatu yang mengungkit kehidupannya. Namun, dia yang tersadar pun langsung mengalihkannnya ke topik utama.
“Tidak, kau tidak perlu menangkap ikan lagi. Aku yang akan melakukannya. Hmmm… kumpulkan saja rantng kering untuk memanggangnya,” ujar Wuxian.
“Yasudahlah. Kalau begitu, kau saja yang menangkapnya. Aku akan mengumpulkan ranting kering,” balas Huang Chao seryaa naik ke daratan. Sedangkan Wuxian pun tetap melanjutkan tugasnya, yaitu menangkap ikan di tepi sungai.
Ketika Wuxian telah berhasil menangkap 3 ekor ikan, Wuxian pun akhirnya berhenti dan naik ke daratan. Ia menusuk 3 ikan itu dengan rating kayu seadanya.
“Wuxian, di sini!” seru Huang Chao seraya melambai-lambaikan tangannya, isyarat bahwa ia memanggil Wuxian untuk datang ke arahnya.
Tanpa menunggu waktu lama, Wuxian pun berjalan menghampiri Huang Chao sambil membawa hasil tangkapannya yang telah ia bersihkan organ-organnya.
Huang Chao memilih tempat teduh di bawah pohon wisteria yang tak jauh dari sungai yang ada di sana. Huang Chao telah mengumpulkan ranting kayu. Hanya saja, dia belum menyalakannya.
“Kak Chao, apa kau tahu cara menyalakan api?”
Huang Chao menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu berkata, “Aku tidak pernah melakukan semua hal ini sebelumnya. Aku memang tidak berguna,” ucapnya yang merendahkan dirinya yang tahu apa-apa.
“Kak Chao, jangan begitu. Siapa pun tidak akan bisa melakukan apa pun, jika belum pernah melakukannya. Begitu juga Kak Chao yang tidak bisa, karena belum terbiasa. Tenang saja, kita bisa belajar, karena aku bisa.” Ucapan Wuxian sengaja ia ucapkan untuk menghibur Huang Chao.
“Baik,” balas Huang Chao.
Yu Wuxian pun mulai menggesekkan dua buah batu, hingga mengeluarkan percikan api. Kemudian, ia membakarkannya ke tumpukan ranting kering, hingga api menyala sempurna. Yu Wuxian menancapkan ranting yang menusuk ikan-ikan sungai yang berhasil ditangkapnya.
Sembari menunggu panggangannya matang, Yu Wuxian pun mengajak Huang Chao berbicara.
“Kak Chao, apa kau berasal dari keluarga kaya?” tanya Yu Wuxian.
“Hmm… kenapa kau menganggapnya seperti itu?” balas Huang Chao.
“Hanya saja… aku penasaran. Dan juga, tidak ada bandit yang mengejar seorang anak kecil tanpa tujuan. Pasti yang menjadi tujuan adalah keluarga Kakak,” tebak Wuxian.
“Kau memang pintar. Benar, target mereka adalah aku. Namun, aku tak memiliki keluarga lagi. Mereka mengejarku karena aku memiliki sesuatu yang membahayakan bagi mereka,” tutur Huang Chao.
“Yang menargetkan Kak Chao, aku tebak, sudah pasti bukan para bandit itu. Pasti ada dalang lain di baliknya … tapi aku tidak ingin bertanya. Kak Chao, apakah luka di tubuh Kakak sudah membaik?” tanyanya.
“Sekarang sudah lumayan, berkat obat yang kau resepkan padaku. Meski sangat pahit, tapi kemanjurannya tidak diragukan. Pahit juga bukan masalah, karena tujuanku sembuh secepatnya,” jawab Huang Chao sembari menyentuh luka-luka di tubuhnya yang mulai mengering.
“Baguslah kalau begitu. Oh ya, aku penasaran dengan satu hal. Aku penasaran bagaimana hidup kaya raya? Pasti sangat nyaman, karena apa pun dapat dibeli dengan mudah. Kak Chao, bisakah kau menceritakan bagaimana kau menghabiskan semua uang keluargamu? Aku penasaran. Tapi, jika kau tidak ingin memberitahunya, aku tidak akan bertanya,” ucap Wuxian.
Huang Chao menghela nafasnya. Ia merasa bahwa perkataan Yu Wuxian terlalu lugu. Namun, di sisi lain ia merasa jika saja perkataan Yu Wuxian itu kenyataannya, maka akan lebih baik.
"Entahlah. Tidak ada hidup yang mudah di dunia ini. Memiliki banyak harta sama sekali tak menjamin hidup kita akan selalu aman dan nyaman. Orang yang tidak memiliki apa-apa pasti berpikir untuk memiliki segalanya, tetapi orang yang memiliki segalanya pun pernah berpikir untuk menjalani hidup yang sederhana dan bahagia," kata Huang Chao.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments