“Aku menciumnya. Sangat amis. Darah hewan apa ini?” Huang Chao bertanya-tanya.
“Menurut pendapatku, bau darah semacam ini bukanlah bau darah hewan-hewan seperti rusa, anjing, ataupun babi. Dari bau yang tercium, seperti… ada sedikit bau bangkai. Seperti darah yang sengaja didiamkam beberapa lama,” ujar Wuxian.
Huang Chao terdiam, mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Wuxian kepadanya. Sangat mencurigakan ketika melihat ritual yang tengah mereka kerjakan.
Sekelompok orang itu berkeliling, membentuk pola lingkaran, dengan api unggun yang dinyalakan di tengah-tengah.
Tampak yang lainnya tengah membawa sebuah tempat yang berbentuk tempat air umumnya. Namun, isi dari tempat air itu bukanlah air, melainkan darah. Mereka menciduk darah itu dan membakarnya ke dalam api. Mereka melakukan aksi itu, hingga darah yang ada di wadah terkuras habis.
“K-Kak Chao… a-apa kau melihat apa yang mereka bawa di ujung tongkat?” tanya Wuxian dengan nada bicara gagapnya.
Huang Chao pun semakin menajamkan penglihatannya, memperhatikan ujung tongkat yang mereka bawa mengelilingi api.
“Tidak mungkin… itu kepala manusia?!” Huang Chao terhenyak tatkala menyadari apa yang mereka bawa di ujung tongkat mereka. “Ritual semacam apa ini? Kenapa manusia yang dijadikan korban?” Huang Chao berusaha menenangkan dirinya sebisa mungkin, meskipun hatinya sangat ketakutan.
Wuxian yang sangat ketakutan tatkala menyadari apa yang ada di ujung tongkat sekelompok orang itu, reflek memundurkan tubuhnya perlahan demi perlahan. Aksi Wuxian tak disadari oleh Huang Chao.
Ketika Wuxian berjalan mundur selangkah demi selangkah, ia tak sengaja menginjak ranting kayu. Karena terkejut, Wuxian reflek berbalik, hingga bahu kirinya membentur batang pohon yang ada di sampingnya.
Menyadari apa yang terjadi dengan Wuxian, Huang Chao pun reflek menoleh ke arahnya. Kedua bola mata Huang Chao membesar, menatap wajah Wuxian dengan alis berkerut.
“Siapa di sana?!”
CRING… SREK!!! Sebilah tombok meluncur ke arah mereka, menancap di salah satu pohon cemara yang berada di sekitar mereka.
Melihat apa yang terjadi, Huang Chao tak ingin berpikir panjang. Ia berjalan cepat menghampiri Wuxian, lalu menyeretnya untuk pergi dari sana.
“Lari!” Huang Chao memberi intruksi kepada Wuxian. Namun, Wuxian yang masih syok karena apa yang tengah terjadi, kehilangan fokusnya dan malah melamun dengan tubuh gemetar.
“Wuxian! Wuxian!!! Sadarlah, bodoh!!!” bentak Huang Chao.
“Ah? K-ka … .”
“Lari! Kita harus lari dari mereka. Atau tidak, kita akan mati!” sentak Huang Chao.
Huang Chao merasa tak ada gunanya ia menyadarkan Wuxian. Huang Chao pu hanya bisa menggenggam pergelangan tangan Wuxian dengan erat, dan membawanya berlari bersamanya.
“Siapa mereka?” tanya seorang pria dari kelompok yang tengah menjalankan ritual.
“Kami tidak bisa memastikannya. Mungkinkah… mereka mata-mata dari sekte kebenaran yang ditugaskan memantau pergerakan kita secara diam-diam?” pikirnya.
“Mungkinkah… mereka telah menyadari pergerakan kita selama ini? Jika mereka benar-benar mata-mata sekte kebenaran, kita tidak boleh melepaskannya. Jangan loloskan satu pun dari mereka. Bunuh! Jika mereka mati, bawa jasad mereka kepadaku,” perintahnya.
“Baik! Akan kami laksanakan perintah dari Guru.”
Kelompok yang tengah melakukan ritual itu harus menghentikan ritual yang mereka lakukan, dan memutuskan mengejar Wuxian dan Huang Chao yang mereka duga sebagai mata-mata dari sekte kebenaran. Namun, hanya satu orang yang dipanggil dengan sebutan ‘Guru’ yang tidak turut ikut bersama lainnya.
Pria yang mereka sebut ‘Guru’ itu sendirilah yang menyelesaikan ritual yang mereka kerjakan.
“Mereka di sana! Kejar!” perintah salah satu dari mereka.
Huang Chao menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang. Ia melihat sekelompok orang asing yang tengah mengejarnya dengan Wuxian. Tampaknya, mereka bukanlah orang biasa. Sepertinya, mereka adalah orang-orang dari dunia Jianghu.
Huang Chao dapat menebak seperti itu, karena mereka dapat mengejar sangat cepat. Itulah mengapa Huang Chao dapat menebak bahwa mereka semua adalah para kultivator dari suatu sekte.
Lutut Wuxian yang telah lelah pun mulai terasa nyeri, hingga ia terjatuh di tumpukan salju bersama dengan Huang Chao yang tertarik jatuh bersamanya.
“Wuxian, bangunlah!” perintah Huang Chao.
Wuxian mencoba untuk bangun, tetapi percuma. Lututnya sudah mati rasa. Posisi mereka saat ini berada di ujung tebing. Huang Chao tak tahu seberapa curamnya tebang itu. Namun, mendengar deras air mengalir, Huang Chao menebak bahwa di bawahnya ada sebuah sungai.
“Kak Chao, pergilah! Tinggalkan aku! Selamatkan dirimu sendiri. Terimakasih atas semua yang kau lakukan selama ini. Jangan hiraukan aku! Pergi! Pergi!!!” desak Wuxian.
“Anak bodoh! Apa yang sebenarnya kau katakan?! Jika tidak memiliki harapan hidup, jangan panggil aku seperti itu. Kita tidak akan mati seperti ini. Aku tidak akan meninggalkanmu!” cetus Huang Chao.
“Kak Chao! Kau harus tetap hidup. Jangan pikirkan aku! Jika kau tidak cepat pergi, mereka akan menangkapmu!” desk Wuxian. Ia terus memaksa Huang Chao untuk meninggalkannya, karena ia tak ingin menyeret Huang Chao mati bersamanya.
“Anak bodoh! Sudah kubilang, jangan katakan hal semacam itu. Kita tidak akan mati!” cetus Huang Chao.
“Kau akan memiliki harapan jika meninggalkanku. Kau harus pergi dan selamatkan dirimu sendiri!” balas Wuxian.
“Kalian mau pergi ke mana?!” Tidak perlu waktu lama, kelompok asing itu berhasil mengepung Wuxian dan Huang Chao.
Wuxian dan Huang Chao menatap mereka satu persatu dengan tatapan antusias. Tidak ada kesempatan bagi mereka berdua untuk kabur lagi. Dan mereka pun sudah yakin 100% bahwa kelompok asing itu tidak akan mengampuni mereka, meskipun mereka berdua hanyalah seorang remaja, karena di dunia Jianghu tidak ada yang memandang usia, melainkan kemampuan atau kultivasi.
“Kalian berdua, apa kalian mata-mata yang dikirim sekte kebenaran?” tanya salah satu dari mereka.
“Ka-kami bukanlah mata-mata dari sekte mana pun. Kami hanya seorang penyintas yang tidak sengaja lewat,” gagap Wuxian.
“Benar, kami hanyalah anak biasa. Kami tidak memiliki kultivasi apa pun. Jika kalian tidak percaya, kalian bisa memeriksa tubuh kami. Tidak, jika kami seorang kultivator, kami tidak akan berlari, melainkan terbang dengan pedang, atau menghilang dengan mudahnya.
“Kenapa kami harus percaya dengan apa yang kalian katakan? Lagian, tidak perduli kalian seorang mata-mata kultivator atau bukan. Karena kalian telah melihat apa yang kami lakukan, kalian harus mati! Bunuh!” cetusnya.
Kelompok asing itu mulai menyerang Wuxian dan Huang Chao. Huang Chao yang menggenggam erat pergelangan tangan Wuxian, semakin mengeratkannya. Ia menatap wajah Wuxian seraya menganggukkan kepalanya, memberi isyarat agar Wuxian yakin bahwa ia akan melindunginya.
Wuxian tak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh Huang Chao. Ia tak ingin Huang Chao melakukan hal bodoh dengan mengorbankan nyawa demi dirinya. Wuxian mengernyitkan kedua alisnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Namun, Huang Chao tidak ingin perduli dengan apa yang dipikirkan oleh Wuxian.
“Aaaaa!!!” Wuxian berteriak histeris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments